"Tidak ada hal lain yang bisa dikatakan. Dari pandangan Washington, orang-orang Arab boleh saling membunuh, Sunni melawan Shiah, jihadis melawan sekuleris, petani melawan orang kota, dan orang Mesir melawan orang Mesir. Satu-satunya hal yang penting adalah perjanjian Camp David, dan tak seorang pun boleh mengecam Israel."
(Pepe Escobar)
Ketika menjadi korban kudeta militer oleh angkatan darat pada tahun 1966, secara "de facto" maupun "de jure" Presiden Soekarno sebenarnya masih menjabat sebagai presiden Indonesia yang syah.
Soekarno masih mengusai AL dan AU serta kepolisian. Partai-partai terbesar PNI dan PKI juga masih loyal kepadanya. Komandan Marinir meminta ijin Soekarno untuk menangkap pemimpin kudeta Mayjend Soeharto, dan komandan AU telah siap untuk membom mabes TNI AD. Seberapa batalion divisi elit Diponegoro, Brawijaya dan Siliwangi juga adalah loyalis Soekarno. Di sisi lain TNI AD hanya didukung oleh sekelompok "elit" yang disebut Soekarno sebagai antek-antek "nekolim" (neo kolonialisme barat), yang terdiri dari pengusaha non-pri, budayawan dan seniman, akademisi UI, dan wartawan.
Soekarno tentu bisa berhitung bahwa jika ia mau, ia pasti masih bisa bertahan sebagai presiden dan mengalahkan lawan-lawan politik yang hendak mengkudetanya. Namun hal itu tentu harus ditebus dengan pertumpahan darah yang hebat. Karena selain TNI AD merupakan kekuatan bersenjata terkuat di Indonesia, Soekarno juga telah mendapat laporan bahwa kapal-kapal perang Armada Pasifik Amerika telah mendekati pelabuhan Jakarta untuk membantu Soeharto.
Maka demi menghindari pertumpahan darah, Soekarno pun mengalah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto melalui "Supersemar". Dengan Soekarno yang "mengalah" saja masih diperlukan pembantaian terhadap ratusan ribu bahkan jutaan orang-orang yang dianggap menghalangi jalan Soeharto, sebagian besar di antaranya adalah anggota PKI, namun sebagian lainnya justru orang-orang yang tidak terlibat pertikaian politik seperti Chairul Saleh.
Lalu kita melihat hal lain yang bertolak belakang yang saat ini tengah berkecamuk di Mesir. Seorang presiden yang telah mendapatkan mosi ketidak percayaan sebagian besar rakyat Mesir (penandatangan petisi anti presiden berjumlah 22 juta lebih, sementara jumlah suara pendukung presiden dalam pemilu hanya berjumlah 13 juta) menolak mundur, bahkan meski telah mendapat ancaman militer sekalipun. Dan setelah dikudeta, pengikut-pengikutnya mengobarkan "perang" melawan regim baru.
Akibatnya kita melihat kini Mesir terpuruk menjadi negara terror. Aparat keamanan bentrok dengan massa Ikhwanul Muslimin, massa anti-Ikhwanul muslimin bentrok dengan massa Ikhwanul Muslimin, salafi melawan Kristen dan Shiah, sementara di semenanjung Sinai para teroris Al Qaida kembali melancarkan aksi-aksinya, yang dibalas dengan operasi militer besar-besaran oleh militer Mesir. Masih di Sinai, militer Mesir pun menutup perbatasan Gaza, dan bekerjasama dengan Israel memerangi Al Qaida yang didukung Israel dan Amerika.
Dalam konteks lebih luas, krisis Mesir telah membuat Arab dan negara-negara Islam Timur Tengah pun terpolarisasi secara "aneh". Turki dan Qatar yang bahu-membahu bersama negara-negara Teluk Saudi Cs menyerang Syria, justru bersebarangan sikap atas krisis Mesir. Sebaliknya Syria dan Iran yang bahu-membahu dalam krisis Syria, berseberangan sikap atas krisis Mesir.
(BERSAMBUNG)
pantas saja lha wong hasil analisis komentator kampung ...
ReplyDeletelha suara untuk IM/Mursi mencapai 51% , kemudian hasil referndum UUD malah mencapai 73%; kok bisa-bisanya mosi tdk percaya 22 juta dibanding beberapa juta pendukung Mursi ...
pakai dong akalnya!
kudeta militer si jendral biadab al-sisi dibantu koptik mesir dan partai sekuler+liberal dan al bedebahdei syiah dan tamarod syiah; ketahuan jelas khan peta politiknya!
dan sekarang para pendukung kudeta, mulai ketar ketir, karena wajah biadab asli al-sisi mulai tersibak. dan albedebahdei mulai lari terbirit-birit, menyusul yang lainnya.
rasain luh, para hipokrit demokrasi yang telah menjungkir balikkan nilai-nilai demokrasi yang diagung-agungkan itu!
Sdr yg tengah menderita (suffer)
ReplyDelete51% suara Moersi itu dari 49% rakyat Mesir yg memilih (51% lainnya golput).
Jadi riel-nya suara Moersi adalah 51% x 49% = 25% alias seperempat. 75% penduduk Mesir tidak mendukung Moersi. Itu matematikanya bung, bukan sulap.
Soal referendum jangan diklaim sebagai pendukung Moersi semua. Seluruh umat Islam Mesir mendukungnya, termasuk dari kalangan al Azhar dan salafi
yee..emank jelas2 kok Mursi yang memenangkan referndum tu..kok bisa-bisanya ente bilang mursi kalah..
ReplyDeletekalaupun data anda benar, apa faktanya tuh 51% golput semuanya anti mursi ?
slogan aja bilang tunjukkan kebenaran..wong ini jelas2 kudeta dari kaum sekularis..
anda kira al sisi itu anti barat ? anda kira Mohm. El Baradei itu anti yahudi ?..baradei itu jelas2 menamakan dirinya kaum sekuler dan kaum2 sekuler itu adalah kaum2 yang pro dengan barat+yahudi dan anti dengan islam..
bagaimana dengan militer Mesir ? militer mesir ini, orang awam pun tahu mereka sekutu dekat dengan barat..semua orang tahu itu om..
anda koar-koar anti yahudi atau barat, tapi nyatanya mendukung orang2 yang pro dengan yahudi+barat..
coba jelaskan pikiran anda ini ? jika tidak ada yang logis ga ada yg salah jika orang2 bilang anda berbohong..
ini internet..org yg tertarik membaca artikel seperti jenis2 ini adalah org2 cerdas..ga akan bisa dibohongi sama pemutarbalikan fakta kaya anda, kecuali golongan anda saja..coba aja klo ga percaya..
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTo vieker
ReplyDeleteAnda juga ngak bisa mengatakan mayoritas rakyat Mesir pendukung Moersi karena faktanya ia hanya didukung oleh 25% pemilih.
Soal referendum jelas mayoritas rakyat Mesir yg Islam mendukungnya, tapi bukan semuanya pendukung Mursi. Ingat putra Qardhawi dan orang-orang al Azhar saja anti-Mursi.
Sy tidak pernah menyatakan dukungan pada militer yg saya sebutkan secara jelas telah melakukan "kudeta". Namun sy lebih menyalahkan Mursi dkk yang telah menciptakan kondisi chaos.
Tolong dibaca dengan hati jernih.
Lho..apakah sbg seorang jurnalis anda tahu kan klo yang selalu menyebabkan chaos semasa Mursi menjabat adalah kaum sekulasrisme dan pengikut setia Hosni Mubarak ?
ReplyDeleteanda juga tahu kan klo husni mubarak itu 100% boneka barat dan sekutu yahudi ?
timbulnya chaos itu bukan karena Mursi, tapi karena kerusuhan yg dibuat kaum sekularis yg tidak ridha pemimpinnya dari orang islam..
apakah benar perkataan saya ini ?
dengan pendapat om ini, saya jadi bertanya sekali lagi apakah anda yakin dengan pendirian anda sebagai anti barat & yahudi zionis ?
jika om mantep pendiriannya, seharusnya om mendukung Mursi yg islam..lalu menyalahkan para pembuat chaos yaitu kaum sekuler yg menyebabkan chaos itu sendiri..
maaf jika anda menganggap saya mengganggu blog anda, tapi bukankah blog diciptakan untuk dikunjungi ?
Rekayasa musuh-musuh Mursi tentu menjadi salah satu faktor khaos. Dan justru di sinilah diperlukan kecerdasan seorang pemimpin untuk mengalahkan rekayasa-rekayasa itu. Bukan seperti Moersi, yang justru memancing di air keruh.
ReplyDeleteIa bisa berpura-pura baik pada musuh-musuhnya meski diam-diam tetap menjalankan agendanya, bukan justru menentang perang, tidak saja pada militer dan orang-orang sekuler liberal, tapi ditambah lagi pada orang-orang Kristen dan Shiah. Ia jadi terisolir sendirian.
Semua pengamat politik pasti menganggap Moersi, terlepas dari agenda pribadi dan kelompoknya, sangat tidak bijaksana. Dan terbukti bukan, ia kini jadi pesakitan.
To Viekar
ReplyDeleteSy tidak pernah menganggap Anda mengganggu blog saya. Mungkin orang lain, atau Anda yag menggunakan nama lain.
Memang ada beberapa pengunjung yg terpaksa saya black list karena tidak sopan dalam berargumen.