Indonesian Free Press -- Setelah hampir dua tahun terlibat kampanye bersama-sama media-media barat lainnya menyalahkan Rusia sebagai penanggungjawab penembakan pesawat MH17 Malaysian Airlines yang menewaskan 300 penumpang dan awaknya padas 17 Juli 2014 lalu, kantor berita Inggris BBC akhirnya mengakui kemungkinan pesawat itu ditembak oleh pesawat tempur Ukraina.
Dalam cukilan promosi untuk program dokumentasi “Conspiracy Files: Who Shot Down MH17?” yang akan dipublis 3 Mei mendatang, situs BBC menulis: "Ada sejumlah saksi yang menyebutkan keberadaan pesawat lainnya yang terbang di dekat MH17 sebelum pesawat itu jatuh."
BBC mengklaim laporan tersebut dibuat berdasar pengakuan sejumlah saksi mata dan keterangan pejabat-pejabat inteligen dan militer yang berbicara secara rahasia.
"Don’t miss this compelling Conspiracy Files unfold to see whether the mystery can be unravelled," tulis promosi BBC.
Hal ini mengkonfirmasi klaim Rusia dan sejumlah pakar independen yang menyebutkan bahwa MH17 ditembak oleh pesawat SU-24 Ukraina.
Hanya beberapa jam setelah jatuhnya MH17, media-media massa berat ramai-ramai menuduh pemberontak Ukraina yang didukung Rusia menembak jatuh pesawat tersebut dengan rudal BUK. Meski tidak ada konfirmasi tentang keberadaan rudal tersebut di tangan pemberontak, mengingat bahwa rudal tersebut adalah sebuah kompleks yang rumit dan cukup besar. Sistem pertahanan udara yang dimiliki pemberontak hanyalah rudal jinjing yang tidak bisa menembak jatuh pesawat sipil yang terbang di ketinggian 30.000 kaki atau sekitar 10.000 meter.
Sekitar dua hari kemudian Rusia merilis gambar satelit yang menunjukkan keberadaan pesawat tempur SU-24 Ukraina, dan menuduh pesawat itulah yang telah menembak jatuh MH17. Para pejabat barat menolak klain Rusia tersebut dengan menyebut pesawat itu tidak mampu terbang tinggi untuk menembak MH17, hal mana dibantah oleh pakar inteligen dan militer Gordon Duff yang juga editor senior situs Veterans Today.
Dalam wawancara dengan media Rusia Russia Today, Minggu (25 April), Gordon Duff mengatakan:
"Klaim tentang batasan ketinggian terbang adalah berdasar suplai oksigen ke dalam pesawat. Sekarang ada klaim bahwa pesawat ini (SU-24) hanya bisa terbang sampai ketinggian 22.000 kaki. Asal tahu, pada akhir perang Dunia II pesawat ME-262 jerman bisa terbang hingga ketinggian 40.000 kaki, sebuah P-51 Mustang Amerika terbang hingga ketinggian 44.000 kaki. Pesawat SU-24 dibuat sebagai saingan A-10
Thunderbolt, pesawat serang-darat Amerika. Namun SU-24 lebih cepat dan lebih kuat dari A-10 Thunderbolt yang ketinggian terbangnya sampai 45.000 kaki."
Tuduhan rudal BUK sebagai penembak jatuh MH-17 juga dibantah keras oleh Duff.
"Kita tidak mungkin tidak mengetahui, jika rudal ini ditembakkan," kata Duff.
Rudal BUK akan meninggalkan jejak gas buang (trail) yang bisa dilihat dan difoto oleh ribuan orang dari jarak hingga puluhan kilometer, dan dengan cepat akan beredar di media-media sosial.
"Anda tidak bisa menembakkan rudal itu di area yang datar di tengah hari yang cerah tanpa meninggalkan jejak gas buang yang tidak bisa dilihat oleh banyak orang," kata Duff.
Ada sejumlah bantahan lainnya tentang kemungkinan SU-24, atau SU-25 yang sama-sama pesawat serbu-darat buatan Rusia. Sejumlah orang menyebut pesawat ini tidak bisa bermanuver di ketinggian 30.000 kaki. Selain itu rudal udara-udara yang dibawanya hanya akan menimbulkan kerusakan terhadap MH-17, jika benar-benar ditembakkan. Namun hal ini pun dibantahkan oleh sejumlah pakar penerbangan militer.
Mantan komandan divisi angkatan udara Rusia Mayjend Sergey Borysyuk, mengatakan kepada Veterans Today bahwa pesawat tersebut tetap mampu bermanuver dengan baik di ketinggian hingga 14.000 meter atau sekitar 40.000 kaki.
"Saya sendiri pernah terbang hingga ketinggian 12.000 meter… Teman-teman saya bahkan pernah terbang hingga ketinggian 14.000 meter. Ketinggian 10.500 meter (ketinggian jelajah MH-17) secara resmi diperbolehkan selama operasi militer di Afghanistan, sehingga bahkan di ketinggian 12.000 meter pesawat ini memiliki kemampuan bermanuver secara nyaman. Kharakteristik aerodinamika pesawat ini memungkinkannya,” kata Borysyuk.
Tentang kemungkinan rudal yang digunakan untuk menembak MH17, ia menyebut rudal R-60. Rudal ini memiliki daya jangkau efektif 7,5 km, dan bisa lebih jauh lagi.
Hal yang sama dikatakan mantan komandan angkatan udara Rusia Vladimir Mikhailov, yang mengaku pernah menerbangkan SU-24 hingga ketinggian 14.000 meter.
Tim penyidik internasional yang dipimpin Belanda, yang belum juga mengumumkan hasil penyidikan akhir sesuai janjinya pada bulan Juli 2015 lalu, baru merilis laporan sementara yang menyebutkan MH-17 jatuh akibat ditabrak oleh benda berkecepatan tinggi. Namun laporan itu tidak menyebutkan benda tersebut.
Terkait dengan dokumenter BBC ini, Veterans Today menyebut teori lain yang menghebohkan, yang sengaja ditutup-tutupi oleh banyak pihak yang terlibat dalam insiden ini. Yaitu tentang pesawat SU-24 Ukraina bersenjatakan rudal Phyton buatan Israel, yang menembak jatuh MH-17. Namun, akhirnya pesawat SU-24 itu ditembak jatuh oleh pesawat tempur Rusia yang mencoba mencegah penembakan MH-17.
Baik Rusia maupun Ukraina saling menahan informasi ini karena akan menimbulkan konsekuensi yang sangat serius yang melibatkan semua kepentingan global. Israel sendiri menggunakan kesempatan itu sebagai ujicoba rudalnya, sembari memberi tamparan kepada Rusia yang telah memporak-porandakan proyek zionis di Suriah.(ca)
Indikasi keterlibatan rudal python memang tk bsa dikesampingkan..
ReplyDeleteKonspirasi sllu hdir dstiap insiden serius