Indonesian Free Press -- Tanda-tanda bahwa keseimbangan militer dunia telah berubah menjauhi dominasi Amerika semakin terlihat jelas dari perkembangan berikut ini. Cina kini tengah mengembangkan armada kapal perang penghancur kapal induk (carrier killer), sementara Rusia pun mengembangkan rudal jelajah hipersonik yang memiliki kemampuan yang sama.
Kantor berita Sputnik News melaporkan, 18 Agustus lalu, bahwa Cina tengah membangun armada kapal destroyer peluru kendali Type 052D Luyang yang dijuluki sebagai 'Carrier Killer' atau 'China’s Aegis”. Tambahan kekuatan baru ini diperkirakan akan semakin memperkuat pengaruh Cina di kawasan, pada saat Cina terlibat ketegangan dengan Amerika dan negara-negara Asia sekutu Amerika.
Dilaporkan setidaknya 11 'Carrier Killer' Cina akan ditempatkan di wilayah konflik di Laut Cina Selatan. Bersama dengan kapal induk Liaoning kapal-kapal perang ini mampu memblokir seluruh kawasan dari semua kekuatan lawan termasuk Amerika. Kekuatan utama kapal penghancur (destroyer) Cina ini adalah rudal jelajah jarak jauh berkecepatan hingga 3.000 km per-jam yang mampu menenggelamkan kapal induk Amerika.
Semakin menambah kecut Amerika adalah bahwa selain armada kapal penghancur kapal induk itu, Cina juga diketahui tengah membangun kapal induk buatan sendiri. Seperti dilaporkan Sputnik News, Cina melakukan pembangunan kapal induknya di Dalian Shipyard. Ini akan menjadi kapal induk kedua Cina dan yang pertama dibuat di dalam negeri, karena kapal induk pertama adalah buatan Rusia yang dimodifikasi sendiri.
"Gambar-gambar itu menunjukkan bahwa pembangunan kapal induk Type 001A CV telah hampir selesai, setelah penambahan bagian haluan dan sejumlah komponen eksterior lainnya. Sebagai tambahan, para analis menganggap bagian ini telah selesai karena dua area fabrikasi yang berkaitan dengan 'dry dock' telah bersih dari material," tulis laporan tersebut.
Rudal Jelajah Hipersonik Rusia
Sementara itu Rusia juga tengah mengujicoba senjata barunya yang dirancang mampu menghancurkan seluruh armada kapal induk Amerika. Seperti dilaporkan Veterans Today, 28 Agustus, Rusia baru saja selesai melakukan ujicoba rudal stratospheric bagi pesawat-pesawat pembom Rusia. Senjata ini mampu menghancurkan sasaran pada jarak hingga 1.000 km.
"Rudal ini hampir tidak mungkin dicegah oleh semua sistem pertahanan lawan. Setelah diluncurkan, rudal X-32 akan melesat hingga ketinggian 40 kilometer dan mencapai lapisan stratosphere sebelum menukik tajam ke sasaran," tulis laporan itu.
Dengan kecepatan lebih dari 5.000 km/jam, rudal ini dirancang untuk menghancurkan semua kapal, fasilitas radar dan pusat komando lawan. Dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis GLONASS (GPS versi Rusia), rudal ini memiliki akurasi sangat tinggi.
Rudal baru ini adalah pengembangan dari rudal sebelumnya X-22, yang diluncurkan dari pesawat pembom strategis supersonik Tu-22M3 dan Tu-22M2.
Rusia diperkirakan masih mempertahankan jumlah armada pembom yang dijuluki, yaitu lebih dari 10 resimen. Pakar sejarah militer Dmitry Boltenkov mengatakan bahwa setiap resimen pembom Tu-22M memiliki 20 pesawat dengan kemampuan meluncurkan 40 hingga 60 rudal X-22. Kuantitas serangan seperti ini hampir dipastikan mampu menghancurkan sebuah armada kapal Amerika yang dipimpin kapal induk (carrier strike group). Amerika sendiri memiliki sekitar 10 kapal induk.
Proyek pengembangan X-32 telah dimulai pada tahun 1990, namun ujicoba pertama baru dilakukan 10 tahun lalu.
Sebagai tambahan, Rusia juga tengah mengembangkan kapal selam generasi ke-5 bernama 'Husky'. Sementara pendahulunya saja sudah dianggap sebagai kapal selam 'siluman', kapal selam baru ini hampir dipastikan tidak terdeteksi oleh musuh. Kapal selam baru ini akan dilengkapi dengan rudal hipersonik “Zircon”.(ca)
Carrier Killer Weapon diciptakan tentu ad pula anti carrier killer weapon. keunggulan keduanya akn ditentukan oleh strategi dan taktik masing2..
ReplyDelete