Indonesian Free Press -- Saya pertama kali mendengar kabar ini pada tanggal 21 Agustus di situs Veterans Today, namun saya belum memutuskan untuk menuliskan skandal ini di blog ini karena tidak menemukan sumber pertamanya, yaitu situs media Financial Times, yang telah menghapus berita ini.
Namun, setelah bertemu seorang teman lama, seorang perwira menengah-atas (Kolonel) TNI yang dekat dengan kalangan inteligen yang meyakinkan saya bahwa kabar ini valid, maka saya putuskan untuk menulisnya di blog ini.
"Motifnya adalah sakit hati seorang intel Inggris," kata teman saya itu, menyebutkan bahwa kegiatan pesta seks oleh Putri Qatar ini telah berlangsung lama. Selama ini kegiatan ini diatur oleh seorang intel Inggris dengan imbalan menggiurkan. Namun kemudian Putri Qatar tersebut memberikan kepercayaan kepada intel Inggris yang lain. Karena sakit hati, intel pertama kemudian membocorkan kegiatan ini kepada wartawan 'Financial Times', dan beritanya menjadi viral di media-media online, meski kemudian Financial Times' menghapusnya, diduga karena tekanan pemerintah Qatar dan Inggris.
Seperti dilaporkan Veterans Today, para polisi Inggris terkejut mendapati seorang putri kerajaan Qatar tengah melakukan kegiatan seksual bersama tujuh orang di apartemennya di London. Ketika polisi mendobrak kamarnya, putri tersebut tengah melakukan pesta seks dengan tiga laki-laki Eropa, sementara empat laki-laki lainnya tengah menunggu giliran di luar kamar.
Awalnya polisi mengintai seorang 'terduga' pelaku kegiatan prostitusi ilegal yang ternyata membawa mereka ke apartemen milik putri tersebut. Kepada polisi orang itu menyebutkan bahwa putri tersebut bernama Sheikha Salwa, putri kandung dari mantan Perdana Menteri Qatar Hamad bin Jassim bin Jabor Al Thani. Melalui seorang perantara Putri Salwa memintanya membawa serta enam laki-laki dengan 'kualitas fisik khusus' yang berpengalaman melakukan aksi seks bersama-sama dengan imbalan menarik. Kepadanya Putri Salwa meminta untuk tetap berada di dalam apartemen hingga semua orang pergi, untuk menjaganya dari aksi-aksi kekerasan seperti telah terjadi sebelumnya.
Menurut laporan itu, Putri Salwa mengaku kepada petugas polisi bahwa yang dilakukannya bukanlah prostitusi melainkan membayar orang profesional yang tidak melanggar hukum Inggris. Namun polisi mengatakan bahwa yang dilakukannya adalah tindakan kriminal karena membayar orang-orang dengan catatan kriminal atau membayar orang untuk melakukan kegiatan prostitusi.
Menurut laporan itu kedutaan besar Qatar menawarkan imbalan sebesar $50 juta kepada Financial Times untuk mencegah laporan itu muncul ke publik, namun ditolak.
Laporan Financial Times juga disertai dengan foto-foto erotis yang diambil dari iPad Putri Salwa.
Sebelumnya, seperti juga dilaporkan di blog ini, beberapa putri kerajaan Saudi Arabia juga terlibat kegiatan seksual dengan perwira-perwira militer Israel. Baik Qatar maupun Saudi dikenal sebagai 'patron' dari semua gerakan wahabi di dunia.(ca)
No comments:
Post a Comment