Indonesian Free Press -- Beberapa tahun yang lalu blogger melihat video youtube! yang memperlihatkan seorang laki-laki kulit putih yang terlibat perselisihan dengan seorang laki-laki Cina di dalam kabin kereta api. Terlihat laki-laki bule itu hanya duduk diam sementara laki-laki Cina tersebut memaki-maki dirinya. Pada satu saat, setelah merasa di atas angin karena diamnya si Bule, laki-laki Cina itu memegang dagu bule tersebut. Sontak bule tersebut berdiri, menekuk tangan laki-laki Cina itu dan kemudian mendorongnya ke sudut kursi. Kemudian bule tersebut mengingatkan laki-laki Cina itu untuk diam.
Namun, meski sudah kalah fisik dan tenaga dan duduk terpojok di sudut kursi, laki-laki Cina itu masih saja berteriak-teriak. Hanya saja, ia tidak lagi berani menyentuh tubuh bule tersebut. Untuk lebih jelasnya silakan melihat sendiri video tersebut di sini:
https://www.youtube.com/watch?v=WUkIkqedcys
JIka kita menelusuri youtube!, video-video sejenis akan banyak sekali ditemukan. Termasuk video yang viral di media online internasional adalah tentang anak balita yang berperilaku seperti jagoan kungfu, melawan petugas keamanan yang hendak membongkar dagangan neneknya. (Silakan lihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=qvkM3VNANWE).
Jika kita berbicara tentang film Mandarin, Hongkong, Taiwan atau apapun istilahnya yang merujuk pada film-film yang diproduksi oleh negara-negara ber-etnis Cina, maka persepsi paling dominan adalah film-film tersebut adalah film 'action' yang menggambarkan seorang jagoan etnis Cina. Maka film-film Cina identik dengan nama-nama Jacky Chan, Jet Lee, dan Andi Lau. Di masa lalu ada nama-nama seperti Fu Shen, Wang Yu, David Chiang, Chen Kuan Tai, yang semuanya adalah bintang-bintang 'action'.
Saya telah mencoba menganalisis tentang faktor apa yang mengakibatkan film-film Cina/Hongkong identik dengan kekerasan, sama seperti saya mencoba menganalisis mengapa orang-orang yahudi dikenal sangat chauvinis. Ternyata, semua itu berhubungan dengan sejarah kelam masa lalu orang-orang Cina dan Yahudi.
Orang-orang Cina dan yahudi sangat bangga dengan identitas kebangsaannya. Orang Cina menganggap negaranya sebagai 'negara pusat dunia' (Zong Guo), sementara orang-orang yahudi menganggap mereka sebagai 'bangsa pilihan Tuhan'. Pada saat yang sama mereka juga menyimpan dendam sejarah bahwa bangsa mereka ternyata hanya bisa menjadi 'bangsa jajahan' dan 'bangsa yang kalah'.
Seperti diketahui bangsa yahudi mengalami sejarah yang sangat pahit: pindah dari tempat asalnya di Kanaan (Palestina) ke Mesir karena bencana kekeringan. Diperbudak bangsa Mesir, diperbudak bangsa Babilonia, dan diusir dari negerinya sendiri oleh Romawi. Selanjutnya mereka hidup tercerai berai di segala penjuru dunia. Sedangkan bangsa Cina berulangkali harus menjadi bangsa jajahan di negerinya sendiri. Setelah dijajah orang-orang Mongol, mereka juga dijajah oleh orang-orang Manchu (Korea), orang-orang Eropa dan terakhir dijajah Jepang.
Kepahitan itu disimpan dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, disimpan di alam bawah sadar kolektif, yang melungkupi mayoritas orang-orang Cina. Faktor inilah yang mendorong kesadaran orang-orang Cina untuk berwatak 'keras kepala' dan 'sok jagoan'. Di negara-negara di mana orang-orang beretnis Cina menjadi minoritas seperti Indonesia, faktor 'ketakutan akan kembali ditindas' dan 'kesadaran kolektif bawah sadar' tersebut di atas, seringkali membuat mereka bersikap ekstrim. Seperti mereka yang berani mengolok-olok pribumi sebagai 'Tiko', seperti Beny, Cina pemicu kerusuhan anti-Cina di Makassar tahun 1997, atau seperti Ahok.(ca)
No comments:
Post a Comment