Indonesian Free Press -- Tanggal 15 Februari 1979, atau empat hari setelah para revolusioner berhasil merebut kekuasaan dari Raja Shah Pahlevi dan Perdana Menteri Shampour Bahtiar, empat orang perwira tinggi militer Iran dihukum mati dengan ditembak di atap tempat tinggal Ayatollah Khomeini. Keesokan harinya, media-media Iran menampilkan gambar ke-empat mayat korban eksekusi di dalam kamar mayat. Sebagian di antara mereka tampak mengalami luka-luka parah karena siksaan.
Bagaimana mungkin sebuah gerakan moral yang mengatas-namakan 'Islam' melakukan hal sekeji itu? Bukankah hal itu hanya meniru apa yang dilakukan kaum revolusioner di segala revolusi yang diarsiteki oleh para kapitalis yahudi pemuja setan, seperti Perang Sipil Inggris, Revolusi Perancis, Revolusi Bolshevik (Rusia), Revolusi Kebudayaan (Cina), Revolusi-Revolusi Warna di Eropa, Arab Springs di Arab, Konflik Suriah, dll?
Pada tahun 2013, tidak lama setelah pilpres Iran, polisi Iran menangkap milyuner Babak Zanjani karena tuduhan korupsi. Ia telah berada dalam pengawasan polisi selama bertahun-tahun setelah melakukan langkah 'blunder' dengan memamerkan kekayaannya yang luar biasa besar ke publik, termasuk mobil-mobil mewah hingga pesawat jet pribadi.
Bagaimana mungkin, di sebuah negara yang perekonomiannya dikontrol penuh oleh pemerintah, ada seorang pengusaha bisa memupuk kekayaan sampai $14 miliar, atau lebih dari Rp150 triliun, tanpa melakukan kongkalikong dengan penguasa? Maka polisi pun bertindak. Namun 'regim penguasa' yang kala itu dikuasai oleh Presiden Ahmadijenad dari kubu 'konservatif', melindunginya, sehingga ia tetap aman. Baru setelah Hassan Rouhani dari kubu 'moderat' naik ke kursi kepresidenan, Zanjani pun ditangkap dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Meski demikian, regim Rouhani sendiri tidak benar-benar bersih. Tahun lalu ia dipermalukan dengan kasus penggelembungan gaji dan fasilitas sejumlah pejabat penting Iran yang tidak lain adalah para pendukung Rouhani. Dan jika diperhitungkan jangka waktu sepak terjang Zanjani di dunia bisnis, regim 'moderat' pendahulu Rouhani juga terlibat kongkalikong dengan Zanjani.
Kini aku percaya, perseteruan kubu 'reformis vs konservatif' di Iran adalah sama dengan perseteruan antara 'demokrat vs republik' di Amerika, 'buruh vs konservatif' di Inggris, atau 'kapitalis vs komunis' dalam konteks global di masa lalu. Mereka semuanya sama, yaitu pembodohan publik dan pengelabuhan adanya konspirasi jahat kapitalis yahudi dunia penyembah setan untuk menguasai ummat manusia. Bahwa, seolah-olah demokrasi berjalan baik dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan masyarakat.
Maka jangan diharap Iran akan berusaha menggalang ukhuwah-Islamiyah, menyatukan ummat Islam untuk menentang dominasi yahudi beserta semua turunannya: sistem keuangan ribawi dunia, eksploitasi dan penggunaan bahan bakar fosil yang merusak lingkungan, dan berbagai peperangan dan konflik yang terjadi tiada henti di seluruh penjuru dunia.
Ketika regim antek aseng-asing berkuasa di INdonesia, dan sebagian besar orang-orang Syiah Indonesia menjadi pendukung penista agama Ahok dan menjadi agen ganda untuk zionis, pemerintah Iran pun pura-pura tidak tahu. Seorang pejabat tinggi Kedubes Iran di Jakarta yang saya kirim pesan tentang fenomena itu, tiba-tiba menghilang kembali ke Iran tanpa membalas pesan-pesan saya.
Kini saya percaya, aib yang tersingkap dalam prosesi pemakaman pemimpin revolusi Iran Ayatollah KHomeini adalah benar.
Editor Senior Veterans Today Kevin Barrett, sebagaimana hampir seluruh editor di media independen Amerika itu selama ini dikenal sebagai simpatisan Iran. Namun, dalam tulisannya tanggal 13 Mei lalu ia menulis:
"Saya berada di Iran tahun 2013 dan melihat acara-acara debat kandidat presiden. Pada akhirnya, (Hashemi) Rafsanjani (mantan Presiden, tokoh 'moderat', orang terdekat Ayatollah Khomeini dan manusia terkaya di Iran), memberikan dukungannya kepada Rouhani yang kala itu relatif tidak terlalu dikenal. Rouhani menghabiskan banyak waktu tinggal di Inggris termasuk lima tahun di Scotlandia. Ia sudah berteman dengan Jack Straw sebelum Jack Straw (sebagai Menlu Inggris) memblokir upaya hukum kasus Lockerbie yang mengarah ke Iran sebagai pelaku pemboman. Pada saat Rouhani dinyatakan menang pemilihan, Jack Straw terbang ke Tehran untuk memberikan ucapan selamat, atau memberikan pengarahan-pengarahan. Rouhani tidak disangsikan adalah anggota Freemason dan memiliki passport Inggris. Ia bekerja sama dengan keluarga Hessabys, dan Mohsen Mohebi, seorang hakim di Pengadilan Internasional Den Haag untuk Israel.
Jack Straw adalah yahudi dan salah satu kaki tangan keluarga Rothschilds di Partai Buruh yang dipimpin Tony Blair. Bahkan media-media Inggris menyebut Jack Straw lebih melindungi kepentingan yahudi dibandingkan kepentingan Inggris. Saya melihat dalam sebuah forum diskusi BBC dimana Jack Straw membela Iran dari serangan Alan Dershowitz dan Professsor Israel.
Dan Amerika seharusnya tidak perlu mengeluh, karena Menlu Mohammad Javad Zarif
yang melakukan negosiasi program nuklir dengan Amerika adalah warga negara Amerika yang menghabiskan sekolahnya di San Francisco Bay Area. Amerika sebenarnya berunding dengan dirinya sendiri.
Di akhir-akhir hidupnya, Rafsanjani menyimpan lebih dari $100 miliar di bank-bank mancanegara dan memiliki kantor di Inggris, Dubai dan Saudi. Dulu saya mengira Saudi Arabia dan Iran bermusuhan. Kini, saya yakin semua itu hanya permainan. Pada bulan Januari 2017, Rafsanjani meninggal. Saya bertanya-tanya kemana saja uangnya pergi. Putra Shah Pahlvei mengatakan kepada dunia akan menumbangkan Iran dengan revolusi dan kelompok garis keras Israel mendukungnya," demikian tulis Barrett.(ca)
(Bersambung)
kalau bukan iran, lalu siapa yg mampu membantu muslim palestin melawan israel?
ReplyDeleteMasih membingungkan.. Apakah Iran bermain sbg diri nya sendiri ato bagian dr skenario jahat para dajalis
ReplyDeleteTime will Tell
Kemana arab,woiiii
ReplyDeleteBagus judul tulisannya, "Tangan-Tangan Setan Masih Mencengkeram Arab Saudi". Tapi kaum bumi datar mana terima maka dibuatlah judulnya, "Tangan-Tangan Setan Masih Mencengkeram Iran"
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteBung kasamago tak perlu bimbang Iran tetap Istiqomah yg melenceng bung cahyono kopas dari penulis Yahudi ikut proyek Iran phobia
ReplyDeleteHidup iran pembela palestina.yg benci iran yahudi
ReplyDeletebiar waktu yang menjawab,,, siapa yang berperang dengan israel. disanalah saya berpihak !
ReplyDelete