Indonesian Free Press -- Perkembangan politik Timur Tengah semakin tidak menguntungkan zionis Amerika-Israel, meski keduanya telah berjuang keras untuk memperkuat pengaruhnya dengan menyerang Irak dan Suriah serta campur tangan politik Lebanon. Blok politik yang dikenal sangat anti-Amerika/Israel berhasil merebut kekuasaan politik di Irak dan Lebanon.
Seperti dilaporkan Press TV, Sabtu (19 Mei), koalisi politik pimpinan ulama kharismatik Shiah Irak, Moqtada al-Sadr, berhasil meraih kemenangan pemilu legislatif Irak. Koalisi Sa'iroun (Marchers) yang dipimpin al-Sadr berhasil meraih 54 kursi dari total suara 329 kursi, demikian menurut penghitungan akhir hari Sabtu. Jumlah itu mengalahkan perolehan koalisi 'Penaklukan' yang dipimpin Hadi al-Ameri (47 kursi), serta koalisi 'Kemenangan' yang dipimpin perdana menteri inkumben Haider al- Abadi (42 kursi).
Koalisi 'Penaklukan' adalah koalisi politik baru yang untuk pertama kali berlaga dalam pemilu. Terdiri dari 18 partai politik kecil yang umumnya bekas pendukung kelompok milisi Popular Mobilization Units (PMU). PMU atau Hashd al-Sha’abi, adalah kekuatan yang paling berperan dalam penaklukan ISIS di Irak, terutama berkat dukungan Iran. Namun, demi meraih kekuasaan politik, kelompok ini telah meletakkan sebagian besar senjatanya.
Dengan kemenangan ini, al-Sadr memiliki kedudukan paling kuat untuk menentukan pejabat Presiden dan Perdana Menteri mendatang. Namun dipastikan pemintahan akan berjalan sulit mengingat harus melakukan perbaikan berbagai sektor yang hancur akibat perang sejak invasi Amerika tahun 2003 hingga kemunculan ISIS yang menduduki sebagian besar Irak tahun 2014.
Al Sadr adalah pemimpin Shiah yang dikenal sangat anti-Amerika. Ia pernah memimpin pemberontakan berdarah terhadap pendudukan Amerika di Irak tahun 2008 yang berakhir dengan pengasingan dirinya ke Iran. Setelah kembali, ia membangun kekuatan politik yang berjuang merebut kekuasaan melalui pemilu. Meski demikian, ia tidak menunjukkan komprominya dengan keberadaan militer Amerika yang masih berada di Irak dengan dalih memerangi ISIS. Ia menyebut militer Amerika sebagai penjajah dan bertekad akan terus memeranginya.
Hizbollah Menang di Lebanon
Sebelumnya kelompok anti-Amerika/Israel juga memenangkan mayoritas kursi parlemen Lebanon setelah blok Hizbollah dan Amal yang tergabung dalam koalisi 'Al Amal Wal Wafa' (Harapan dan Kesetiaan) berhasil meraup 28 kursi parlemen atau naik 2 kursi dari pemilihan sebelumnya. Kemenangan juga diraih sekutu Hizbollah, Free Patriotik Movement yang meraih 22 kursi atau naik empat kursi dari pemilu sebelumnya.
Pada saat yang sama sekutu Amerika/Saudi/Israel, Future Movement (FM) yang dipimpin PM Saad Hariri harus kehilangan 12 kursi, dari sebelumnya 33 kursi kini hanya mendapatkan 21 kursi.
Popularitas Hariri merosot tajam setelah ia tidak berdaya menghadapi tekanan Saudi Arabia untuk mengundurkan diri pada tahun 2017 lalu, meski kemudian ia membatalkannya kembali.(ca)
No comments:
Post a Comment