Indonesian Free Press -- Tentara Israel membantai puluhan warga Palestina pada saat istri dan menantu Presiden AS meresmikan kantor Kedubes AS di Jerussalem.
Business Insider melaporkan sebanyak 16 warga Palestina tewas dalam insiden yang terjadi hari Senin (14 Mei) di Gaza. Di antara mereka adalah seorang remaja 14 tahun dan seorang penyandang disabilitas di kursi rodanya. 500 warga Palestina lainnya terluka, 200 diantaranya karena tembakan. Namun Press TV menyebutkan bahwa jumlah korban yang tewas mencapai 55 orang. Sementara pihak Palestina mengklaim korbannya mencapai 61 orang.
"Ini adalah hari besar ketika kami melintasi pagar dan mengatakan kepada Israel dan seluruh dunia bahwa kami tidak bisa lagi menerima untuk menjadi negeri yang diduduki," kata seorang warga Palestina, yang mencoba menerobos pagar berduri yang membatasi wilayah otoritas Palestina di Gaza dengan Israel.
Protes berlangsung untuk menandai peringatan 70 tahun hari NAKBA atau penderitaan yang juga bersamaan dengan ulang tahun negara Israel. Pada hari yang sama delegasi Amerika yang dipimpin Menkeu Steven Mnuchin serta putri dan menantu Presiden Donald Trump, Ivanka Trump dan Jared Kushner, menghadiri peresmian kantor Kedubes AS di Jerussalem.
"Banyak yang menjadi martir hari ini, sangat banyak, namun dunia harus mendengar pesan kami bahwa pendudukan Israel harus diakhiri," tambah warga Palestina itu.
Dengan jumlah korban seperti dilaporkan Business INsider, maka warga Palestina yang tewas dalam aksi-aksi demonstrasi menentang pendudukan Israel di Gaza telah mencapai 61 jiwa, sejak aksi-aksi serupa digelar sejak bulan lalu.
Pembantaian ini membuat marah dunia, namun Amerika yang semakin memperparah konflik dengan memindahkan kedubesnya ke Jerussalem yang diklaim Palestina, justru menuduh HAMAS sebagai provokator aksi.
Jason Greenblatt, utusan khusus Presiden Trump untuk Timur Tengah menulis di akun Twitternya, 'pemindahan Kedubes bukan berarti meninggalkan komitmen kuat bagi perdamaian. Ini tidak lain adalah situasi yang diperlukan untuk itu (perdamaian)."
Namun PM Palestina Rami Hamdallah mengatakan bahwa keputusan Amerika untuk memindahkan kedubesnya adalah 'pelanggaran nyata atas hukum internasional".
Turki Tuduh Israel Lakukan Genosida
Terkait insiden hari Senin (14 Mei), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kemarahannya dan menuduh Israel telah melakukan 'genosida' terhadap rakyat Palestina dan menyebut Israel sebagai 'negara teroris'.
"Israel negara terror yang tengah retak. Israel adalah negara terror. Apa yang telah dilakukan Israel adalah sebuah 'genosida'. Saya mengutuk drama kemanusiaan ini, genosida ini, siapapun pelakunya, Israel atau Amerika," kata Erdogan dalam pidatonya.
Selain itu Turki bersama Kuwait juga menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk bersidang membahas situasi di Gaza. Deputi Perdana Menteir Turki Bekir Bozdag juga mengumumkan penarikan duta besarnya di Israel dan Amerika sebagai bentuk protes. Langkah yang sama dilakukan Afrika Selatan.
"Pemerintah Afrika Selatan telah memutuskan untuk memanggil pulang Duta Besar Sisa Ngombane dengan segera hingga perkembangan selanjutnya,” kata Jubir Kemenlu Afrika Selatan.
Afrika Selatan menyebut aksi protes Palestina sebagai 'aksi damai' atas provokasi pembukaan Kedubes AS di Jerussalem dan mengecam aksi Israel sebagai 'agresi kekerasan'. Afrika Selatan menyerukan Israel untuk menarik pasukannya dari Jalur Gaza dan menghentikan 'penyusupan yang merusak dan menghancurkan atas wilayah Palestina.”(ca)
Kemenangan pasti diraih Palestina
ReplyDelete