Wednesday, 17 December 2008

Serba Langkah Mundur Amerika


Pada tanggal 27 November lalu parlemen Irak menyetujui pakta keamanan Amerika-Irak yang diusulkan Amerika untuk memberi legitimasi kehadiran pasukan Amerika di Irak paska berakhirnya mandat PBB.

Berdasarkan pakta tersebut pasukan Amerika diharuskan meninggalkan kota-kota dan desa-desa di seluruh Irak dan hanya boleh tinggal di pangkalan-pangkalan militer pada bulan Juni 2009. Kemudian pada akhir tahun 2011 seluruh pasukan Amerika harus sudah meninggalkan Irak. Pakta tersebut juga memerintahkan pasukan Amerika segera menyerahkan kontrol keamanan di ibukota Baghdad, termasuk daerah Green Zone, area tertutup tempat tinggal para pejabat tinggi sipil dan militer Irak, Amerika dan para diplomat asing. Di samping itu pakta tersebut melarang digunakannya Irak sebagai basis operasi militer terhadap negara tetangga serta dihapuskannya kekebalan hukum para anggota tentara bayaran Amerika yang seringkali melakukan kekerasan terhadap warga Irak.

Meski sebagian warga Irak, terutama warga Shiah pimpinan Muqtada al-Sadr, menentang perjanjian itu karena dianggap membenarkan pendudukan Amerika atas Irak, tidak dapat dibantah perjanjian itu merupakan bentuk kekalahan total Amerika di Irak. Hengkang dari Irak setelah kehilangan 4 ribu lebih prajurit serta menghabiskan $3 triliun, tentunya sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh Presiden George W Bush saat memulai perang Irak tahun 2003. Namun realitasnya menghendaki demikian, rakyat Irak, termasuk pemerintahan boneka Nouri Al-Maliki yang dibentuk Amerika sendiri menghendaki hengkangnya pasukan Amerika, tidak peduli Amerika berjuang keras selama delapan bulan untuk menghasilkan pakta yang menguntungkannya. Terima kasih kepada Muqtada al-Sadr yang penentangannya secara total terhadap Amerika membuat pemerintah dan anggota Parlemen “tidak berani” memberikan konsesi banyak kepada Amerika kecuali memberi waktu penarikan pasukan Amerika sampai tahun 2011.

Bahkan Iran, musuh Amerika yang awalnya menentang pakta keamanan Amerika-Irak karena curiga dapat menjadi alat legitimasi kehadiran permanen pasukan Amerika di Irak, menyetujui pakta tersebut. Hal ini tidak lain karena Iran melihat jelas bahwa pakta tersebut merupakan bentuk kekalahan Amerika.

Namun untungnya Presiden Bush, meski keok di Irak, perhatian masyarakat Amerika tertuju pada krisis ekonomi serta pemilu yang baru lalu. Sementara masyarakat dunia pun tengah terkejut dengan peristiwa Teror Mumbai, sehingga mengabaikan kabar kekalahan Amerika di Irak. Baru setelah peristiwa pelemparan sepatu oleh seorang wartawan terhadap Bush, perhatian terhadap Irak dan apa yang telah dilakukan Presiden Bush di sana, menguat kembali.

Saat draft proposal pakta tersebut diusulkan Amerika bulan Maret lalu tidak banyak perbedaan dari pengukuhan pendudukan permanen Amerika atas Irak. Dengan harapan dukungan penuh dari Nour Al-Maliki yang telah didukungnya “menyingkirkan” saingan-saingannya baik Muqtada maupun para pejuang Sunni Amerika menyusun proposal pakta pertahanan yang menguntungkan pihaknya. Namun di sisi lain Nour Maliki melihat kelemahan Amerika: tidak memiliki sekutu di Irak setelah semua kekejian yang telah dilakukan, kecuali dirinya. Nur Maliki pun berani melakukan tawar-menawar. Tidak ingin dicap sebagai antek Amerika terutama menjelang pemilihan umum tahun depan, Nur Maliki memaksa Amerika menerima pakta yang menjadi simbol kekalahan telak Amerika.

Kekalahan di Irak merupakan tahap kesekian dari beberapa kemunduran Amerika di panggung politik dunia paska kebijakan “Perang Melawan Terorisme” Amerika tahun 2001. Pertama adalah kekalahan Amerika di panggung politik Palestina dengan terpilihnya HAMAS sebagai pemerintah Palestina mengalahkan sekutu Amerika FATAH. Kedua adalah kekalahan dalam panggung politik Lebanon dengan keberhasilan HEZBOLLAH memaksakan pembentukan pemerintahan yang anti-Israel dan pro-Syria, dan ketiga adalah tersingkirnya sekutu kuat, Pervez Musharraf, dari kekuasaan di Pakistan. Kekalahan terakhir Amerika sebelum Irak adalah gagalnya petualangan sekutu Amerika, Georgia, di Ossetia Selatan. Dan tentu saja petualangan Amerika di Afghanistan, diyakini kuat akan semakin menjerumuskan Amerika dalam kehancuran.

Di sisi lain lawan-lawan Amerika semakin kuat saja.

No comments:

Post a Comment