Sunday, 15 March 2009
Memanjakan Para Kapitalis Paling Rakus
Hanya beberapa hari setelah menjabat sebagai Presiden, Barrack Obama dibuat "terkagum-kagum" dengan ulah tingkah laku para eksekutif perusahaan-perusahaan keuangan Amerika yang "konon" tengah mengalami kebangkrutan dan harus ditolong oleh pemerintah dan bank sentral dengan talangan hingga triliunan dollar. Mereka membagi-bagi bonus tahunan yang jumlahnya mencapai ratusan triliun rupiah. Sekali lagi: ratusan triliun rupiah.
Namun itu belum seberapa dibandingkan apa yang dilakukan para eksekutif perusahaan asuransi raksasa American International Group (AIG). Baru saja mendapatkan dana talangan ketiga bulan Februari lalu hingga total dana talangan yang telah diterima AIG mencapai $170 miliar atau lebih dari Rp 1.700 triliun (Rp 700 triliun lebih besar dari APBN Indonesia), mereka menuntut pemerintah untuk mengganti beban pajak dan pembayaran lainnya senilai $306 juta.
"AIG melakukan hal ini untuk mencegah terjadinya pembayaran pajak yang berlebihan," kata humas AIG kepada wartawan Wall Street Journal tanpa menyinggung ironi di balik itu semua.
Ketidak pedulian para eksekutif AIG telah didemonstrasikan jauh hari setelah mereka menerima dana talangan pertama dan kedua bulan September dan Oktober 2008 lalu yang dibayarkan pemerintah dari uang rakyat. Mereka menyewa sebuah spa eksklusif seharga $440,000 sebagai tampat liburan akhir tahun para eksekutifnya. Kemudian mereka melanjutkannya dengan liburan ke Inggris dengan paket wisata berburu seharga $86,000. Mereka baru menghentikan pesta penghamburan uang rakyat setelah dikritik habis-habisan oleh masyarakat Amerika, termasuk Presiden Obama. Anggaran yang berhasil dihemat setelah penghentian tersebut mencapai Rp 80 miliar lebih.
Namun demkikian Federal Reserve (Bank Sentral Amerika) seolah melindungi semua "kegilaan" tersebut. Misalnya saat publik, termasuk Komisi Perbankan Senat, menuntut Federal Reserve mengumumkan nama-nama mitra bisnis AIG yang telah menerima limpahan dana talangan, Federal Reserve menolak.
"Saya khawatir jika kami mengumumkan nama-nama itu, masyarakat tidak akan lagi menggunakan jasa AIG," kata Deputi Gubernur Federal Reserve, Donald Kohn di hadapan sidang Komisi Perbankan Senat, 5 Maret lalu.
Namun beberapa media telah mendapatkan nama-nama tersebut. Menurut Wall Street Journal nama-nama tersebut termasuk bank investasi Goldman Sachs dan Merrill Lynch yang juga menerima talangan miliaran dolar dari pemerintah dan Federal Reserve. Bagi mereka semua, dana talangan tersebut tidak beda dengan hujan uang yang jatuh dari langit.
Para pemilik dan eksekutif Merryl Linch juga telah memperlihatkan ketamakan sekaligus ketidakpedulian yang luar biasa. Sebelum diambil-alih oleh Bank of America karena menderita kerugian besar senilai $15,84 miliar, para eksekutifnya membagi-bagi bonus untuk mereka sendiri hingga $3,6 miliar. Empat top eksekutifnya bahkan mendapat bonus hingga $121 juta.
CEO Bank of America Ken Lewis mulanya menolak permintaan Congress untuk menjelaskan kasus bagi-bagi bonus tersebut dengan alasan tidak memiliki otoritas atas semua kebijakan Merryl Linch sebelum merger. Namun bukti-bukti yang ditemukan kemudian menjelaskan bahwa Bank of America telah menyetujui kebijakan tidak bijak tersebut.
Kepala Kejaksaan negara bagian New York, Andrew Cuomo baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya tengah menyidiki apakah kebijakan bagi-bagi bonus tersebut sangaja dilakukan untuk mendorong proses merger antara Merryl Lynch dengan Bank of America. Bank of America menolak menyebutkan para penerima bonus senilai puluhan triliun rupiah tersebut dengan alasan "mengganggu privasi para pegawai". Lihatlah, demi privasi para pegawainya, mereka mengorbankan ratusan triliun dana masyarakat yang digunakan untuk menalangi kebangkrutan mereka sendiri. Dan sistem hukum Amerika yang "hebat" itu tidak berdaya apa-apa.
Adalah menarik juga malihat bahwa pada saat Federal Reserve menyetujui merger antara Merryl Lynch dan Bank of America selain melimpahi Bank of America dengan dana talangan senilai $50 miliar, pihak yang sama malah menolak membantu Lehman Brothers hingga mengalami kebangkrutan.
Bank Sentral dan Pemerintah tidak hanya mendorong sistem yang mendorong terjadinya krisis keuangan, mereka juga menghargai para kriminal yang bekerja menggunakan sistem tersebut. Contoh menarik terjadi pada Countrywide, sebuah perusahaan penyedia kredit perumahan (mortgage) yang telah merugikan para nasabahnya dan menjadi pemicu krisis mortgage yang berujung pada krisis keuangan global. Beberapa mantan eksekutif Countrywide kini bergabung dalam Private National Mortgage Acceptance Company (PennyMac), sebuah perusahaan mortgage nasional bentukan pemerintah yang ditujukan untuk mengatasi mortgage yang melanda Amerika dimana jutaan orang terancam kehilangan rumahnya karena tidak dapat mencicil kredit rumah yang samakin tinggi.
Salah satu eksekutif PennyMac, Stanley L. Kurland, adalah mantan CEO Countrywide yang dikenal sebagai arsitek praktik klasik kredit sub-prime mortgage yang awalnya memberikan bunga kredit murah, namun melonjak tajam kemudian. Di tangannya, Countrywide berhasil meningkatkan portfolionya dari $62 miliar menjadi $463 miliar. Menjelang hengkang dan meninggalkan Countrywide dalam kebangkrutan, Kurland menjual sahamnya senilai $200 juta.
Membela penunjukan Kurland sebagai eksekutif PennyMac, para pejabat keuangan Amerika berdalih: "Adalah penting untuk mempekerjakan orang-orang berpengalaman seperti Kurland, yang tahu bagaimana bernegosiasi secara kreatif dengan penyedia dan penerima kredit."
Bahkan program pemulihan sektor keuangan pemerintah bernama "Term Asset-Backed Securities Loan Facility (TALF)" dituduh Washington Post dalam editorialnya tgl 6 Maret lalu sebagai "memperkuat sistem perbankan bayangan" yang meliputi perusahaan-perusahaan keuangan yang telah menjadi penyebab krisis keuangan global. Program "public-private partnership hedge funds" juga hanya menjamin keuntungan besar-besaran para "pemain" sektor keuangan di atas beban rakyat pembayar pajak.
Namun ironi masih terus berlanjut. Menteri Keuangan Timothy Geitner yang secara berapi-api menyatakan bahwa pemerintah akan memberantas praktik-praktik penggelapan pajak, terbukti menggelapkan pajak sehingga $34 ribu saat menjabat sebagai pegawai IMF.
Kesediaan pemerintah untuk "melayani" para kapitalis tamak dan para eksekutifnya itu seperti tak terbatas. Penanggung beban sebenarnya adalah puluhan juta pekerja, petani, tukang, buruh, pekerja profesional, dan para pengusaha sektor riel. Merekalah yang benar-benar menderita kerugian akibat krisis keuangan. Sedang para kapitalis dan eksekutifnya, semakin kaya dan bergelimang uang talangan yang dikucurkan pemerintah dan bank sentral.
Di masa sulit dimana jutaan rakyat menganggur dan kehilangan rumah serta merosotnya fasilitas-fasilitas sosial, tidak ada sebuah kebijakan yang benar-benar bijak yang dilakukan pemerintah. Seperti, misal, moratorium pemutihan tunggakan kredit perumahan. Namun melihat kebijakan Presiden Barrack Obama yang lebih memprioritaskan para pemilik modal, tampaknya hal ini hanya impian belaka.
Keterangan gambar: para eksekutif AIG.
No comments:
Post a Comment