Wednesday, 21 September 2011
AL QAIDA, FIKSINYA ZIONISME
Pengantar blogger:
Menyambut tragedi WTC-911 kami akan memposting beberapa artikel terkait peristiwa tersebut, latar belakang, motif dan aktor-aktor yang harus bertanggungjawab atas tragedi tersebut.
Tragedi WTC-911 merupakan peristiwa terbesar di awal millenium ini, yang mengubah wajah dunia menjadi dipenuhi dengan "kekerasan", "kekejaman" dan "ketidak adilan", khususnya terhadap umat Islam. Adalah tanggungjawab moral setiap orang untuk mencari kebenaran di balik peristiwa tersebut.
-------------
Arti Al Qaida yang paling terkenal adalah "basis" atau "pangkalan". Namun Al Qaida juga bisa berarti "toilet", sebuah nama yang sulit dibayangkan akan digunakan oleh sebuah organisasi yang benar-benar Islami.
Al Qaida sebenarnya bukan sebuah organisasi nyata, melainkan julukan sebuah kelompok yang pada masa pendudukan Uni Sovyet di Afghanistan menjadi "kuda tunggangan" Amerika dan Saudi Wahabiah untuk menyalurkan senjata, mujahidin dan teroris ke Afghanistan. Keberadaannya yang misterius berkat sajian media-media massa zionis internasional merupakan sebuah "ciptaan" dinas rahasia Amerika dan Israel. Pada tahun 1979 CIA dan Mossad dengan dukungan Saudi dan Pakistan membiayai dan mempersenjatai gerilyawan mujahidin untuk mengusir Sovyet dari Afghanistan. Osama bin Laden adalah operator utama mereka. Sebagai agen CIA-Mossad ia bahkan memiliki nama julukan khusus, "Tim Osman".
Setelah Sovyet menginvasi Afghanistan, Amerika dan Israel mengucurkan miliaran dolar uang pajak rakyat Amerika untuk membiayai perang gerilya Afghanistan dengan harapan memerangkap Sovyet dalam "kubangan neraka" yang melemahkan ekonomi dan militer mereka dan akhirnya meruntuhkan kekuatan mereka. Semuanya berjalan sesuai rencana.
Setelah runtuhnya Sovyet, zionis yahudi yang memerintah Amerika membutuhkan "musuh" baru untuk membiayai ambisi dan nafsu mereka. Semua kekuatan ekonomi dan militer akan digunakan untuk menghancurkan musuh-musuh Israel dalam suatu kampanya perang besar tanpa akhir yang kemudian disebut dengan istilah "Perang Terorisme". Dan Al Qaida menjadi alat yang ampuh untuk mewujudkan skenario itu. Al Qaida pada dasarnya adalah terorisme zionis.
Irving Kristol, “godfather” dari faham neo-konservatifme (faham yang menjadikan Amerika sebagai preman dunia dengan tujuan melindungi kepentingan Israel), pada tahun 1973 mengatakan:
“Senator McGovern sangat jujur saat berkata akan berusaha mengurangi anggaran militer hingga 30%. Dan ini seperti mengiris jantung Israel. Namun kini yahudi menginginkan Amerika memiliki kekuatan militer yang dominan. Para yahudi Amerika yang peduli dengan keselamatan negara Israel harus berkata "tidak, kami tidak ingin anggaran militer Amerika dikurangi. Kita ingin militer kita tetap besar demi mempertahankan Israel."
Gembong neo-konservatifme lainnya, Norman Podhoretz, membuat pernyataan serupa. Demikian pula dengan Leo Strauss, tokoh “intelektual” neo-konservatifme awal yang menyarankan "tipuan berkelanjutan" oleh para penguasa dengan menggembar-gemborkan "kebaikan yang lebih besar" yang sebenarnya tidak lain adalah "kebaikan yang lebih besar bagi yahudi", bukan yang lain bahkan rakyat Amerika sendiri. Teori Norman Podhoretz ini dikecam intelektual yahudi lainnya, Noam Chomsky, sebagai bentuk faham "Leninisme" yang menghendaki masyarakat dipimpin oleh sekelompok elit militan yang tugasnya menjaga masyarakat sebagai masyarakat liberal dari bahaya individualisme serta menciptakan mitos-mitos demokrasi untuk membuat masyarakat percaya bahwa mereka berjuang melawan kekuatan jahat anti-demokrasi dan anti-kebebasan.
Al Qaida dan "ancaman terorisme Islam" adalah mitos-mitos semacam itu yang diciptakan untuk membuat rakyat Amerika terpedaya dan mendukung misi-misi zionisme yahudi. Namun bagaimanapun mitos-mitos itu pada dasarnya adalah bentuk kebencian yahudi pada non-yahudi umumnya dan umat Islam pada khususnya.
Dua kawan sealiran Stauss tidak lain adalah arsitek dan penjahat perang Irak yang juga mantan dubes Amerika di Indonesia, Paul Wolfowitz (orang-orang liberal idiot Indonesia sangat mengidolakannya, khususnya saat ia bertugas di Jakarta) dan Abram Shulsky. Yang terakhir ditunjuk menjadi pimpinan "Kantor Rencana-rencana Khusus", lembaga inkonstitusional di bawah deplu Amerika yang bertugas membuat informasi dan opini menyesatkan tentang senjata pemusnah massal yang menggiring pada rencana invasi atas Irak.
TIPUAN AL QAIDA DI GAZA OLEH ISRAEL
Pada bulan Desember 2002 PM Israel yang kini mengalami "sekarat tanpa ujung" alias koma, Ariel Sharon, mengklaim bahwa al-Qaeda telah melakukan penetrasi di Jalur Gaza, sebuah langkah untuk menciptakan alasan menyerang Gaza.
"Kita tahu bahwa mereka berada di sana (Gaza). Kami tahu bahwa mereka berada di Lebanon, bekerjasama dengan Hizbollah," kata Sharon yang seolah-olah tidak mengetahui bahwa gerakan salafiyun-wahabiah seperti Al Qaida tidak akan pernah berdandengan tangan dengan musuh yang paling mereka benci yaitu orang-orang Shiah.
Pejabat-pejabat Palestina menuduh Israel sengaja menciptakan gerakan Al Qaida di Gaza untuk menjadi alasan menyerang Gaza. Hal itu kemudian terbukti setelah aparat keamanan Palestina menangkap tiga agen Mossad yang menyamar sebagai anggota Al Qaida. Ketiganya diarak dan dipertontonkan kepada para wartawan asing dan sejak itu Sharon pejabat Israel tidak lagi berteriak-teriak tentang Al Qaida di wilayah Palestina. Penangkapan itu diperkuat lagi dengan ditemukannya dokumen yang menunjukkan aktifitas inteligen Israel dalam merekrut anggota Al Qaida di Palestina.
ijin share, mas bro
ReplyDelete