Friday, 10 February 2012
DUNIA BERSANDAR DI PUNDAK MEREKA
"Sungguh benar, di pundak merekalah dunia kini bersandar," tulis David Duke, seorang pejuang hak-hak masyarakat kulit putih dari penindasan kaum yahudi, tentang peran yang diemban orang-orang Palestina yang tinggal di wilayah yang diduduki Israel.
Yah, kalau bukan karena keberadaan mereka, yang bersabar dengan cobaan Tuhan dan tetap yakin bahwa kebenaran hakiki akan berpihak pada mereka, mungkin malaikat sudah menghancurkan dunia saat ini juga.
Tidak ada kemuliaan yang bisa ditunjukkan umat manusia saat ini lebih dari mereka. Bayangkan. Dengan kondisi mengenaskan setelah Israel menghancurkan rumah-rumah mereka dan membunuhi sanak keluarga mereka, mereka masih bisa tersenyum menyambut kedatangan para relawan asing yang hendak membantu mereka.
"Teh, Tuan?", kata mereka menawarkan segelas teh panas yang baru diseduh dari dapur darurat yang didirikan di luar bangunan rumahnya yang hancur, kepada para relawan.
Maka benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Rosulullah: "Di sekitar baitul maqdis (masjid al Aqsa di Jerussalem) akan ada segolongan orang yang selalu berada dalam kebaikan/kebenaran."
Pada tgl 9 Januari lalu, para pemukim illegal yahudi di Kiryat Arba membakar mobil milik keluarga Jawdi Jaber di Lembah Beqa', selanjutnya mereka melempari rumah keluarga malang tersebut dengan batu-batu.
Mobil yang dibakar tersebut sebenarnya bukan mobil mahal, melainkan hanya sebuah mobil butut minivan merk Peugeot buatan tahun 1979. Namun mobil itulah tulang punggung kehidupan keluarga Jaber. Secara rutin Jaber mengantar ibunya yang sudah tua renta ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya. Dalam kondisi hujan mobil ini juga berguna untuk mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah. Biasanya mereka berjalan kaki 6 km lebih melintasi pegunungan batu dan pemukiman orang-orang yahudi yang seringkali menghadang mereka dan mengganggu mereka, terkadang dengan menggunakan tongkat pemukul baseball.
Dan jika ada buah-buahan atau sayur-sayuran yang bisa dijual, Jaber akan mengangkutnya ke pasar terdekat di Hebron. Petani adalah mata pencaharian Jaber sebagaimana nenek moyangnya sejak dahulu kala. Namun setelah pemerintah Israel menutup saluran irigasi yang melintas ke kebunnya, hasil kebunnya seperti tomat, timun dan anggur, kini menyusut drastis. Ini belum termasuk ternak dan hasil kebun yang seringkali dirampok para pemukim yahudi.
Itu semua adalah penderitaan sehari-hari yang dialami Jaber dan ratusan ribu warga Palestina lainnya di wilayah pendudukan Israel.
"Kami tidak pernah merasakan satu hari pun dimana kami bisa hidup secara normal seumur hidup kami," kata Jaber.
Pada tahun 2001 ia mencoba membangun rumah kecil untuk istri dan kelima anaknya di tanah warisan orang tuanya. Setahun kemudian rumah itu dihancurkan oleh pemerintah Israel yang sejak tahun 1967 telah menghancurkan lebih dari 26.000 rumah milik warga Palestina.
Namun penderitaan Jaber belum separah Atta, saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Rumah Atta sudah tiga kali dihancurkan oleh orang-orang yahudi, pemerintah Israel maupun pemukim yahudi-nya. Yang paling mengenaskan terjadi pada bulan Januari 2000, pada hari Jumat, ketika para pemukim yahudi menyerang rumahnya dan mengusir Atta sekeluarga. Pada hari Sabtu mereka tinggal di rumah itu di bawah perlindungan polisi Israel. Pada hari Minggu mereka meninggalkan rumah itu dalam bentuk tumpukan arang. Sobekan-sobekan al Qur'an berserakan di halaman. Namun tak seorang pemukim yahudipun yang ditangkap.
Jika ada orang-orang "liberal idiot" yang mengatakan betapa baiknya orang-orang yahudi (orang-orang Jaringan Islam Liberal suka mengatakan demikian), ajak saja mereka ke keluarga Jaber. Orang-orang yang baik dan menyenangkan. Baik Jaber dan Atta lancar berbahasa Inggris. Istri-istri mereka akan menyajikan makanan khas Palestina, maklubeh, yang lezat. Dan anak-anak mereka cantik dan periang. Namun berhati-hatilah Anda, karena Anda bersama para pahlawan pemberani sejati. Mereka orang-orang yang tertindas, terluka dan trauma, namun mereka teguh dan sabar dengan semua penderitaan itu.
Di tengah-tengah dunia yang semakin kejam, keberadaan mereka sungguh bagaikan oase di tengah gurun. Dan bagi para malaikat di atas langit, sikap, perilaku dan kesabaran mereka memercikkan cahaya di tengah-tengah kegelap gulitaan dunia yang terbalut nafsu angkara murka, kemunafikan dan kelemahan iman manusia. Sungguh benar, di pundak merekalah dunia kini bersandar.
Ref:
"Freedom of Religion? You Try it in Israel"; David Duke, davidduke.com; 6 Februari 2012
Ku Teteskan air mata ini untuk mu Palestina. Doa untuk mu tak pernah berhenti dari kaum muslim diseluruh dunia. Sesungguhnya kamu tidak membutuhkan kami, kamilah yang membutuhkan mu, karna di Lengan mu dunia ini bersandar.
ReplyDelete