Wednesday, 8 February 2012
RUSIA DAN RAHASIA DARI FATIMA
Saat saya membaca berita tentang sambutan meriah rakyat Syria atas kedatangan menlu Rusia, Sergey Lavrov di Damaskus, Senin (6/2), untuk bertemu presiden Bashar al Assad, saya langsung teringat dengan tulisan mengenai "Rahasia Fatima" yang belum saya selesaikan. Namun sebelum saya menuliskan tentang hal itu, saya paparkan dahulu apa yang mendasari tulisan ini.
Minggu lalu Rusia, bersama Cina kembali memveto resolusi DK-PBB yang mengutuk regim Bashar al Assad dan menuntutnya mundur dari kekuasaan (veto pertama dilakukan akhir tahun lalu). Veto ini secara efektif berhasil mencegah satu lagi bencana kemanusiaan yang bakal dilakukan zionisme internasional. Bisa diprediksi dengan sangat mudah, sekali resolusi tersebut lolos, maka zionisme internasional dengan menggunakan tangan Amerika dan NATO serta sekutu-sekutunya akan menyerang Syria dan membantai ribuan warganya yang tidak bersalah sebagaimana telah terjadi di Afghanistan, Irak, Pakistan dan terakhir di Libya.
Maka sebagai bentuk terima kasih, ribuan warga Syria dengan sangat antusias menyambut kedatangan Lavrov dan mengelu-elukan Rusia dan Cina. Mereka membanjiri jalanan kota Damaskus hingga ke bandara sembari mengibar-ngibarkan bendera Rusia dan Syria.
"Terima kasih Rusia, terima kasih Cina!" teriak sebagian warga.
Kini kembali ke topik tentang "Rahasia Fatima". Pada tulisan pertama sudah disebutkan mengenai Rahasia Ketiga yang tidak juga dibuka oleh gereja Vatican, hal mana menimbulkan banyak spekulasi di masyarakat Katholik seluruh dunia. Paus Johannes Paulus II sempat mengemukakan alasan penolakan Vatikan untuk membuka Rahasia Ketiga Fatima. Dalam sebuah pertemuan dengan sekelompok pemuka agama Katholik di Jerman, ia mengatakan, (diringkaskan)
"Jika ada suatu pesan yang mengabarkan tentang bencana hebat yang menelan jutaan manusia dan tidak ada sesuatu pun yang bisa mencegah bencana itu, untuk apa gunanya mengabarkan pesan itu?"
Memang akhirnya Vatikan membuka pesan Rahasia Ketiga Fatima pada tgl 26 Juni 2000, namun apa yang disampaikan tidak seperti yang diperkirakan masyarakat, termasuk dengan apa yang diisyarakatkan oleh Paus Johannes Paulus II. Dengan kata lain, ada kecurigaan kuat, pesan rahasia itu telah dimanipulir oleh Vatikan demi tujuan tertentu. Namun bagaimana pun, pesan itu tetap memberi gambaran yang cukup "mengerikan", tentang bencana dan perang besar yang menghancurkan peradaban manusia, termasuk menumpaskan seluruh pemuka agama Katholik hingga pimpinan tertingginya, Paus. Berikut Rahasia Ketiga Fatima yang dilansir oleh Vatikan dalam bahasa Inggris:
"I write in obedience to you, my God, who command me to do so through his Excellency the Bishop of Leiria and through your Most Holy Mother and mine."
"After the two parts which I have already explained, at the left of Our Lady and a little above, we saw an Angel with a flaming sword in his left hand; flashing, it gave out flames that looked as though they would set the world on fire; but they died out in contact with the splendour that Our Lady radiated towards him from her right hand: pointing to the earth with his right hand, the Angel cried out in a loud voice: 'Penance, Penance, Penance!' And we saw in an immense light that is God: 'something similar to how people appear in a mirror when they pass in front of it' a Bishop dressed in White 'we had the impression that it was the Holy Father'. Other Bishops, Priests, men and women Religious going up a steep mountain, at the top of which there was a big Cross of rough-hewn trunks as of a cork-tree with the bark; before reaching there the Holy Father passed through a big city half in ruins and half trembling with halting step, afflicted with pain and sorrow, he prayed for the souls of the corpses he met on his way; having reached the top of the mountain, on his knees at the foot of the big Cross he was killed by a group of soldiers who fired bullets and arrows at him, and in the same way there died one after another the other Bishops, Priests, men and women Religious, and various lay people of different ranks and positions. Beneath the two arms of the Cross there were two Angels each with a crystal aspersorium in his hand, in which they gathered up the blood of the Martyrs and with it sprinkled the souls that were making their way to God."
Yang menarik saya (blogger) adalah bukan rahasia ketiga ini, melainkan rahasia kedua yang menyebutkan bahwa berbagai bencana di dunia tidak akan berhenti sebelum bangsa Rusia "bertobat". Dan setelah Rusia "bertobat", ia akan menjadi "penyelamat" bagi umat manusia.
Sebagaimana bangsa besar Eropa lainnya, Inggris, Perancis, dan Jerman, Rusia telah lama menjadi incaran yahudi internasional untuk ditundukkan. Dan setelah melalui berbagai peristiwa tragedi yang secara sistematis dipicu oleh konspirasi yahudi, Rusia pun akhirnya jatuh ke tangan yahudi yang menggunakan tangan gerakan komunisme Bolshevik pada tahun 1917. Inilah negara aristokrat Eropa terakhir dan terbesar yang jatuh ke tangan yahudi setelah sebelumnya Inggris melalui revolusi Perang Sipil abad XVI dan Perancis melalui Ravolusi Perancis pada abad XVIII.
Tuhan tidak pernah menimpakan bencana besar pada umat manusia tanpa sebelumnya memberi peringatan. Komet besar sebelum tragedi G-30 S PKI, adalah salah satu contohnya. Begitu pun di Eropa. Sebelum Perancis mengalami tragesi kemanusiaan terbesar dalam sejarahnya, yaitu Revolusi Perancis tahun 1789, suatu peringatan sudah diberikan ketika secara misterius seorang kurir gerakan ekstremis yahudi "Illuminati" ditemukan tewas tersambar petir. Polisi Bavaria yang memeriksa mayat sang kurir menemukan surat rahasia rencana besar pengambil-alihan negara-negara aristokrat Eropa oleh Illuminati. Pemerintah Bavaria pun bertidak sigap, organisasi "Illuminati" langsung dibubarkan dan para pemimpinnya ditangkap dan dihukum mati. Pemerintah Bavaria juga mengirimkan surat peringatan tentang bahaya gerakan-gerakan Freemasons yang saat itu marak terjadi di Eropa dan banyak dianut oleh para aristokrat Eropa yang tanda sadar telah telah diperalat oleh yahudi. Namun peringatan itu diabaikan Raja Perancis, Louis XVI, yang akhirnya harus dibayar mahal dengan nyawanya yang tercabut secara keji. Seorang raja yang dihormati, tewas mengenaskan di hadapan rakyatnya sendiri yang tidak berdaya dengan cara di-guilottine (alat eksekusi inovasi kaum yahudi, hasil dari kharakter mereka yang suka dengan kekejian).
Setelah peristiwa itu, orang-orang yahudi membantai jutaan rakyat Perancis yang dianggap "kontra revolusi", terutama kalangan bangsawan, kelas menengah terdidik, dan kaum agamawan. Slogan mereka di antara orang-orang yahudi sendiri adalah "gantung raja terakhir dengan usus paus terakhir, meski kepada rakyat umum mereka berteriak: "Kebebasan, Persamaan, Persaudaraan".
Rakyat Perancis bukan tanpa perlawanan. Jendral Lafayette yang legendaris, seorang pembela raja, mati-matian berusaha menyelamatkan nyawa raja. Namun ia tidak berdaya setelah "Dewan Revolusi" mengirimnya berperang ke luar negeri. Ribuan petani pun memberontak dan berusaha membebaskan raja, namun ditenggelamkan ke sungai oleh jendral pemimpin mereka yang ternyata adalah seorang pengikut yahudi.
Ah, Perang Sipil Inggris tidak kalah menyeramkan. Raja Charles yang dicintai rakyatnya pun digantung. Dan mayat-mayat yang dimutilasi dan dicongkel matanya berserakan di mana-mana. Awalnya hanya perkara sepele. Orang-orang yahudi mendirikan sekte Kristen ekstrim (Ordo Jesuit) yang memperjuangkan nilai-nilai "yahudi" diterapkan dalam agama Kristen, seperti libur hari Sabtu (Sabbath). Namun perkara sepele itu kemudian menjadi pemecah belah bangsa Inggris yang berujung pada perang saudara yang menelan ribuan kalau tidak jutaan, korban jiwa. Namun tentu ini semua tidak pernah ditulis oleh "bagawan" sejarah Indonesia, Sartono Kartodirjo yang menulis buku tebal tentang Revolusi Perancis, namun tanpa satu kata pun menyebutkan peran yahudi.
Pada tahun 1917, sebagaimana ditulis dalam artikel pertama, peringatan Tuhan melalui tiga anak kecil dari Fatima mulai terjadi. Pada tahun ini pula, revolusi Bolshevik Rusia mencapai momentum. Singkat kata, sebagaimana di Inggris dan Perancis, revolusi di Rusia ini menelan korban jutaan warga Rusia, yang hampir semuanya adalah penganut setia agama Katholik.
Dmitri Volkogonov, kepala satu komisi khusus Parlemen Rusia pernah mengungkapkan bahwa: "Antara tahun 1929 hingga 1952 sebanyak 21,5 juta rakyat Rusia ditindas. Sepertiga di antaranya ditembak mati dan sisanya dipenjara hingga mati."
Olga Shatunovskaya, seorang anggota Komisi Pengawas Partai Komunis semasa pemerintahan Perdana Menteri Khrushchev tahun 60-an mengatakan: "Antara 1 January 1935 hingga 22 Juni 1941, sebanyak 19,840,000 musuh rakyat ditangkap. Di antara mereka sebanyak 7 juta ditembak di penjara dan sebagian besar sisanya meninggal di penjara."
Namun tentu saja semua itu adalah angka "moderat" karena berasal dari sumber resmi pemerintah. Sebagian ahli memperkirakan jumlah korban jiwa selama pemerintahan komunis yahudi di Rusia mencapai 60 juta jiwa. Angka itu termasuk sekitar 7 juta jiwa penduduk Ukraina yang meninggal kelaparan setelah pemerintah merampas semua hasil panen gandum rakyat. Setelah mendapati jumlah ekskutornya kurang memadai untuk melakukan pembunuhan massal, komunis yahudi Rusia memilih cara efektif yaitu dengan sengaja membuat rakyat mati kelaparan.
Saya teringat dengan cerita tentang dua wartawan "liberal idiot" dari Amerika yang diutus koran mereka untuk meliput peristiwa Revolusi Bolshevik. Seorang di antaranya adalah John Reed, orang yang kemudian menjadi terkenal karena bukunya yang mengguncang dunia "Ten Days that Shock the World", yang kemudian menjadi pendiri partai komunis Amerika dan terakhir mati sebagai "pahlawan komunisme" dan dimakamkan di Uni Sovyet, meski para komunis Sovyet diam-diam menganggapnya sebagai seorang "useful idiot" .
Seorang lainnya, sayang saya lupa namanya (belum sempat searching internet), bernasib berbeda. Dianggap sebagai seorang "idiot", ia dibiarkan mengelana ke seluruh penjuru Uni Sovyet. Dan pengalaman yang dilihatnya sungguh mengguncang sisi kemanusiaannya hingga akhirnya menjadi pembenci komunisme dan yahudi. Ia melihat mayat berserakan di mana-mana dalam kondisi mengenaskan. Para petani yang disalib di pintu rumahnya sendiri, biarawati yang diperkosa dan alat kelaminnya dirusak, serta anak-anak sekolah yang diberondong senapan mesin saat belajar hingga darah dan ceceran otak berserakan tidak hanya di dinding, namun juga hingga di langit-langit kelas. Ini bukan cerita fiksi bung. Ini cerita nyata.
Dan komunis yahudi Rusia (Uni Sovyet) tentu saja dengan senang hati mengekspor metode komunis "menguasai dengan kekerasan" ke seluruh dunia. Maka pembunuhan massal pun terjadi di negara-negara di mana komunis berkuasa: Cina, Vietnam, Kamboja, Kuba, dll. Indonesia pun nyaris menjadi ladang pembantaian oleh orang-orang komunis kalau saja tidak ada perlawanan kaum santri Islam dan tentara nasionalis. Anda mungkin pernah mendengar cerita jaman PKI dahulu di berbagai daerah di Indonesia, tentang orang-orang yang memerintahkan penduduk untuk menggali lubang perlindungan di rumah masing-masing untuk "menyelamatkan diri" dari bahaya peperangan. Ternyata lubang itu digunakan untuk mengubur sang pemilik rumah sendiri, dan orang-orang yang memerintahkan penggalian itu adalah kader-kader PKI. Ini bukan cerita fiksi bung. Ini cerita nyata. Kalau tidak percaya tanyakan saja pada Pramoedya Ananta Toer.
Bersambung....
ditunggu kelanjutannya ...
ReplyDeleteJangan lama lama.
ReplyDelete