Friday, 25 May 2012

SKENARIO TERBARU ZIONIS UNTUK LEBANON

Hari Senin lalu (21/5) Kuwait melarang warganya untuk bepergian ke Lebanon, menyusul langkah yang sama yang telah diterapkan negara-negara Teluk lainnya. Ditafsirkan sebagai langkah "blokade ekonomi" dan bersamaan dengan ketegangan di utara Lebanon karena ditangkapnya ulama salafi Lebanon olah aparat keamanan karena plot terorisme, semua itu adalah strategi yang dilancarkan zionisme untuk menghancurkan musuh-musuh Israel di Lebanon.


"Warga negara Kuwait tidak boleh bepergian ke Lebanon dengan alasan apapun. Warga Kuwait yang sudah berada di Lebanon harus meninggalkan Lebanon segera, atau dalam kondisi khusus disarankan menghubungi kedubes Kuwait di Beirut," tulis kantor berita Kuwait KUNA mengutip kantor kemenlu Kuwait, Senin lalu.

Sebelumnya pada hari Sabtu (19/5) tiga negara Teluk, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab telah melarang warganya pergi ke Lebanon dan warganya yang berada di Lebanon untuk pergi secepatnya dengan alasan "situasi keamanan yang serius". Sumber-sumber diplomatik menyebutkan langkah serupa juga akan dilakukan Saudi Arabia, negara paling berpengaruh di kawasan Teluk.

Perdana menteri Lebanon Najib Miqati telah meminta negara-negara tersebut untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka. Ia menyebut langkah yang diambil negara-negara Teluk tersebut tidak bijak.

Namun komentar berbeda diungkapkan menlu pariwisata Lebanon Fadi Abboud. Ia menganggap langkah yang diambil negara-negara Teluk sebagai upaya sengaja untuk melakukan blokade ekonomi terhadap Lebanon. Ia membandingkan situasi Lebanon dengan Bahrain yang jauh lebih serius, namun negara-negara Teluk tersebut tidak melakukan hal yang sama terhadap Bahrain sebagaimana dilakukan terhadap Lebanon.



KETEGANGAN DI UTARA LEBANON

Sementara itu situasi di Lebanon Selatan terutama di kota Tripoli dan sekitarnya, sangat menegangkan menyusul tewasnya seorang pemuka agama Sheikh Ahmed Abdul Wahid dalam suatu insiden penembakan di sebuah pos keamanan sehari sebelumnya, Minggu (20/5).

Menurut laporan kantor berita National News insiden berawal dari datangnya konvoi yang mambawa Sheikh Abdul Wahid ke kota Halba untuk mengikuti aksi penentangan terhadap pemerintah Bashar al Assad di Syria. Sesampai di distrik Akkar konvoi yang dikawal personil-personil bersenjata tersebut melewati pos penjagaan keamanan yang meminta konvoi untuk berhenti. Namun konvoi menolak berhenti sehingga aparat keamanan menembakkan senjata ke arah konvoi yang mengakibatkan sang ulama dan seorang pengawalnya tewas.

Insiden ini menambah panas situasi di Lebanon Utara yang berbatasan dengan Syria dan merupakan basis terkuat kelompok Sunni yang kini menjadi oposan pemerintah Lebanon. Sebelumnya situasi sudah sangat tegang hingga menimbulkan beberapa insiden tembak-menembak yang menewaskan beberapa orang menyusul ditangkapnya ulama salafi, Shadi al-Mawlawi, Sabtu (12/5). Ia ditangkap karena dugaan keterlibatan dalam jaringan terorisme internasional. Selain Shadi, tentara juga menangkap dua rekannya, Hamzeh Mahmoud Tarabay dan seorang warga Qatar Abdel Aziz Attieh.

Menurut laporan media Lebanon "As-Safir" mengutip keterangan aparat keamanan, mereka ditangkap berdasarkan data-data yang akurat dan sudah dibenarkan oleh pengakuan para tersangka sendiri.


RENCANA AKSI TERORISME DI LEBANON
Menurut sumber-sumber inteligen Lebanon sebagaimana ditulis "As Safir", Lebanon kini tengah menjadi incaran aksi-aksi terorisme.

"Isi dari informasi tersebut adalah bahwa sebuah kelompok teroris yang berafiliasi dengan organisasi ekstri telah memasuki Lebanon untuk melakukan aksi-aksi sabotase, termasuk pembunuhan terhadap beberapa tokoh politik Lebanon, di antaranya ketua Parlemen (dan tokoh Syiah) Nabih Berri," tulis "As Safir".

Menanggapi informasi tersebut Nabih Berri berkomentar, "Adalah penting untuk mendukung tentara agar mereka bisa menjaga keamanan dan mencegah kerusuhan."

Pembunuhan tokoh Syiah seperti Berri tidak ada tujuan lain kecuali memicu perselisihan antara umat Sunni dengan Shiah di Lebanon, sebuah agenda lama zionisme yang berkali-kali gagal diterapkan di Lebanon.

 
INTEGRITAS TENTARA
Ada satu masa dimana tentara Lebanon, di bawah kepemimpinan nasional yang korup, hanya menjadi alat kepentingan satu kelompok politik tertentu sehingga membuka pintu lebar-lebar bagi masuknya kekuasaan zionis internasional. Namun kini hal itu tampaknya sudah dibuang jauh-jauh. Bersama kelompok perlawanan (resistance), tentara telah menjadi kekuatan yang sanggup membentengi Lebanon dari konspirasi zionis internasional.

Hal ini tampak dari langkah yang dilakukan tentara dalam menjaga keutuhan Lebanon. Kala terjadi perselisihan antara kelompok-kelompok politik dalam negeri, tentara berdiri netral, sebagaimana dalam pertikaian bersenjata antara kelompok perlawanan yang dipimpin Hizbollah melawan kelompok-kelompok politik pro-Amerika tahun 2008. Namun ketika Al Qaida dan ekstremis salafi berusaha membangun basis di Lebanon, tentara langsung memberangusnya sebagaimana mereka lakukan terhadap sebuah kamp pengungsi Palestina yang diyakini telah berubah menjadi basis ekstremis salafi dan Al Qaida tahun 2008. 

Hal inipun terjadi dalam krisis yang tengah terjadi di Lebanon Utara saat ini. Ditangkapnya Shadi al-Mawlawi dan tertembaknya Sheikh Abdul Wahid merupakan bentuk ketegasan aparat keamanan Lebanon dalam menjaga keutuhan negara.

Dalam wawancara dengan surat kabar "Al-Jomhouriya" komandan angkatan darat Jendral Qahwaji dengan tegas mengatakan bahwa tentara tidak akan membiarkan Lebanon jatuh ke dalam perpecahan.

"Apa yang terjadi di Akkar, Tripoli dan beberapa kota dan desa lainnya di Lebanon, sangat berpengaruh kepada kami. Tentara berada di sana untuk melindungi rakyat, bukan untuk menyerang rakyat," katanya.

Adalah menarik bahwa pada saat tentara berdiri netral menjaga keutuhan negara, mereka mendapat pujian dari Hizbollah dan kalompok-kelompok perlawanan anti-Israel, namun justru menjadi sasaran kritikan kubu oposisi pro-Amerika/Israel/Saudi.



Sumber: almanar.com.lb, 16, 20, 21 Mei 2012.

No comments:

Post a Comment