Wednesday, 12 September 2012

AMERIKA-ISRAEL DI PERSIMPANGAN JALAN KE IRAN

Meski sering terjadi perbedaan antara Amerika dan Iran seputar isu tentang Iran, namun belum pernah perbedaan itu begitu menarik perhatian seperti akhir-akhir ini. Santer terdengar berita bahwa Presiden Amerika secara diam-diam telah mengadakan kesepakatan dengan Iran tentang isu nuklir Iran. Kemudian terdengar kabar bahwa PM Israel yang stress dengan keengganan Amerika menyerang Iran, marah-marah pada dubes Amerika di Israel. Menlu Amerika Hillary Clinton pun dengan tegas menepik tuntutan Israel agar Amerika memberikan "batasan" yang jelas tentang keputusan untuk menyerang Iran. Disusul kemudian oleh jubir kemenlu Amerika Victoria Nuland dalam pernyataan resminya hari Senin (10/9) yang mengatakan bahwa pemberian "pembatasan" atas isu nuklir Iran adalah "tidak berguna". Dan terakhir, meski kemudian dibantah, adalah penolakan Obama atas kunjungan PM Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih.

Namun tidak ada hal yang lebih mengejutkan, terutama bagi Israel, kecuali pernyataan kepala staff gabungan Amerika Jendral Martin Dempsey bahwa ia tidak ingin Amerika terlibat masalah yang diakibatkan oleh serangan militer Israel atas Iran.

Presiden dan para politisi Amerika boleh saja "pasrah bongkok-an" kepada Israel dan orang-orang zionis di Amerika. Namun tidak bagi para jendralnya. Kita mungkin masih ingat pernyataan Jendral Muellen, komandan pasukan Amerika di Timur Tengah dan Asia Tengah, tahun 2008 lalu. Tentang isu rencana serangan Amerika atas Iran ia mengatakan dengan tegas: "Tidak selama saya masih menjadi komandan di sini!". Dan kemudian muncul Jendral Dempsey.
Pernyataan Jendral Dempsey kepada pers Inggris baru-baru ini tentang keengganannya melibatkan tentara Amerika dalam masalah Iran membuat Israel dan para pendukung serangan atas Iran berfikir ulang tentang rencana yang telah dibuat bertahun-tahun itu. Para jendral seperti Dempsey dan Muellen itulah yang membuat selama ini rencana itu tinggal rencana belaka.

Selama berbulan-bulan Netanyahu dan para pejabat Israel berkoar-koar tentang keterlibatan Amerika dalam rencana serangan atas Iran, seolah mereka-lah yang menentukan semua kebijakan politik Amerika. Tanpa sanggahan sedikit pun dari pemerintah Amerika, tanpak segalanya seperti apa yang digambarkan oleh media Isreal mengenai kedudukan Amerika di mata Israel.

"Siapa sebenarnya yang superpower?" tulis sebuah media massa besar Israel menjelang pertemuan PM Netanyahu dan Presiden Barack Obama beberapa waktu lalu. Maksudnya adalah, Israel-lah yang sebenarnya menjadi superpower dan Amerika hanyalah pengawalnya. Namun komentar Jendral Dempsey mengubah segalanya dan membuat para pejabat Isrel panik.

"Pernyataan Dempsey mengubah segalanya. Ketegasannya itu menyatakan kepada dunia bahwa PM Benjamin Netanyahu telah terisolasi. Dan jika ia tetap memaksakan perang, ia akan menghancurkan hubungan dengan sekutu paling dekat negara yahudi itu," komentar Giora Eiland, penasihat keamanan Amerika antara th 2003-2006.

Dengan asset-asset berharganya di kawasan Timur Tengah yang terancam serangan balasan Iran jika diserang, termasuk ribuan personil militer Amerika, tidak heran jika Amerika diam-diam melakukan komunikasi rahasia dengan Iran melalui sebuah negara Eropa, untuk mencegah kehancuran asset-assetnya itu. Dengan Barack Obama yang membisu soal keamanan personil militer Amerika, Jendral Dempsey, dengan dukungan rekan-rekan militernya tentu saja, memutuskan untuk berbicara kepada umum demi melindungi anak buahnya.

Dempsey juga berfikir realistis. Dengan dua peperangan yang gagal dimenangkannya meski telah bertahun-tahun menggelontorkan ribuan personil militer dan berton-ton senjata, Irak dan Afghanistan, mengapa Amerika harus melibatkan diri dalam perang ketiga yang lebih berbahaya melawan Iran?

Netanyahu, dan kemudian diikuti oleh negara ZOG (Zionist Occupied Goverment) Kanada, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang memalukan. "Iran adalah ancaman terbesar tidak saja bagi Israel, namun juga bagi dunia. Anda hanya belum tahu akan seperti apa mereka."

Sepanjang sejarah modern-nya Iran tidak menyerang negara lain, atau sekedar melanggar wilayah kedaulatan negara tetangganya kecuali dalam perang Iran-Irak dimana Iran harus mempertahankan wilayahnya yang diserang Irak. Lalu bandingkan dengan Israel yang hampir setiap hari melakukan pelanggaran kedaulatan negara-negara tetangganya. Lalu bandingkan lagi dengan pernyataan pemimpin Israel di masa lalu, Jendral Moshe Dayan:

"Israel harus bersikap seperti anjing gila, yang terlalu berbahaya untuk diganggu."

Wapres Israel Moshe Yaalon baru-baru ini menyatakan dalam acara wawancara dengan sebuah radio Israel bahwa Hezbollah memiliki 60,000 roket dan rudal yang diarahkan ke Israel. "Hizbollah dan Lebanon harus membayar mahal," kecam Yaalon kepada Hizbollah dan rakyat Lebanon atas perlawanan mereka terhadap Israel. Roket-roket dan rudal Iran tentu jauh lebih banyak dan berbahaya dibanding milik Hizbollah.

Sebagai responsnya pemimpin Hizbollah Sayyed Hassan Nasrallah, mengatakan kepada media Lebanon bahwa, "Keputusan telah ditetapkan sebagai tindakan balasan. Dan tindakan balasan itu sangat hebat," katanya merujuk pada pangkalan-pangkalan militer dan kapal-kapal Amerika di Timur Tengah yang bakal menjadi sasaran serangan balasan Iran-Hizbollah jika diserang.

Bagi rakyat Israel, sebagaimana disuarakan tokoh-tokoh militer dan inteligen mereka, perang melawan Iran adalah tindakan kebodohan yang hanya membawa kehancuran bagi Israel. Itulah sebabnya mereka menolak opsi itu. Namun jika ternyata pemerintah Israel dan Amerika tidak bisa menahan diri untuk menyerang Iran, dunia akan menjadi saksi kebodohan para pemimpin Israel dan Amerika.



Ref:
"A Warning to Israel"; thetruthseeker.co.uk; 8 September 2012

"Netanyahu exploded over US hesitancy towards Iran – Republican congressman"; Russia Today, 7 September 2012



2 comments:

  1. hebat ...sy dh baca semua ..betol ke america ngan iran bersekutu?

    ReplyDelete
  2. nantinya juga AS + israel bakalan nyerang iran. tau sendiri kan AS itu kacungnya israel

    ReplyDelete