Seolah tidak pernah berhenti para ulama salafi-wahabi mengeluarkan fatwa-fatwa kontroversial. Sebagaimana fatwa tentang penghancuran gereja-gereja oleh ulama terkemuka salafi-wahabi Saudi Sheikh Abdulaziz Al al-Shaikh baru-baru ini yang mengakibatkannya mendapat kecaman pedas dari ulama-ulama dari negara Islam lain.
Ulama besar Turki Sheikh Mehmet Görmez misalnya, menyebut fatwa tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang menghargai kesucian institusi-institusi milik agama-agama lain. Ia menekankan bahwa salah satu prinsip agama Islam adalah menghargai kebebebasan beragama umat lain.
"Pendapat yang dikemukakan mufti (Abdulaziz ) juga sangat jelas bertentangan dengan kesepakatan yang ditandatangani antara Nabi Muhammad dengan komunitas-komunitas non-muslim baik di Madina maupun di tempat lain di kawasan ini. Itu juga bertentangan secara jelas dengan hak-hak kekebalan yang diberikan oleh Islam kepada tempat-tempat suci agama lain sepanjang sejarah Islam," tambah Sheikh Gormez.
Sheikh Abdulaziz membuat pernyataan konteroversial itu dalam pertemuannya dengan delegasi "Society of the Revival of Islamic Heritage" dari Kuwait, beberapa waktu lalu. Saat itu anggota delegasi menanyakan hukum pembagunan gereja di negara-negara muslim. Sheikh salafi-wahabi itu menjawab bahwa pembangunan gereja di negara muslim harus dilarang, dan gereja-gereja yang sudah ada harus dihancurkan.
"Kami percaya bahwa pernyataan itu menjadi bayangan hitam bagi konsep tentang hak-hak dan kebebasan dalam Islam berdasarkan Al Qur'an dan Hadits dan pernyataan itu tidak akan pernah dicatat sebagai hukum Islam," tambah Gormez. Gormez berharap Abdulaziz segera membatalkan fatwa yang telah dikeluarkannya itu.
Kecuali Makkah dan sekitarnya yang oleh Rosulullah dinyatakan sebagai "tanah suci" yang bebas dari simbol-simbol kemusrikan dan kekafiran, Islam memerintahkan untuk memberikan kebebasan penuh bagi umat non-muslim untuk menjalankan ibadahnya. Umat Islam juga dilarang merusak tempat-tempat ibadah non-muslim dan menghina simbol-simbol kesucian mereka karena hal itu hanya akan menimbulkan kerusakan sosial.
Keterangan gambar: Sheikh Abdulaziz
Catatan:
Ini adalah salah satu komentar pengunjung situs Press TV tentang artikel di atas:
"Terima kasih Imam atas pernyataanya yang tegas. Kami juga ingin menanyakan apakah Saudi Arabia adalah negara Islam? Apakah bentuk negara kerajaan sesuai dengan hukum Islam? Apakah Grand Mufti Sheikh Abdulaziz Al al-Shaikh, seorang pengikut setia keluarga kerajaan yang kotor itu, adalah seorang yang benar-benar Islam?
Artikel di atas sebenarnya bersumber pada berita bulan Mei 2012, namun masih relevan dengan peristiwa-peristiwa saat ini.
Ref:
"Turkey’s top Muslim cleric slams Saudi mufti over his call to destroy churches"; Press TV; 5 April 2012
Dari aura wajahnya aja udah kelihatan..apakah wajah orang beriman seperti ini..jangankan grand master he.he.he..tanda cahaya wudhu aja ngga kelihatan sama sekali...klu kebetulan ketemu di pasar mungkin saya kira gembel gila yg mengais sisa2 makanan..aura kotor kedengkian,kemunafikan dan kegelapan jiwa terpancar hina lebih mirip mungkin dengan iblis laknat atau bisa di bayangkan lebih mungkin mirip dengan tukang2 sihir firaun jaman nabi musa...hanya orang buta mata kepala dan mata hati yg bisa nengakui dia imam mereka dan sholat di belakangnya...cahaya hati yg suci terpancar lewat wajah..itu pasti..bandingkan saja dengan Imam Khomenei atau Imam Khamenei..jauh bagaikhan langit dan bumi...
ReplyDeletebeda sunni beda syiah, kumintas sunni termasuk wahabi dan aswaja..
ReplyDeleteaswaja adalah aliran islam yang murni dan tradisional, tidak anarkis dan tidak pula plural, aswaja ada ditengah-tengah, sedangkan wahabi terkesan radikal dan mengandalkan fanatisme buta, ulama turki kebanyakan masih aliran madinah aliran asli aswaja, kalau aliran mekkah adalah aliran wahabiyah untuk dewasa ini, ada bnyak perbedaan yang mencolok dalam ibadah dan muamalah antara wahabi dan aswaja, diantaranya orang - orang wahabi benci dengan kaum non muslim namun mereka takut menghadapinya, sedangkan aswaja bersahabt dengan non muslim selama non muslim tidak membuat kekacauan dengan muslim, dua pemahaman ini saja berbeda, aswaja atau ahli sunnah waljamaah mengenal istilan kafir dzimmi dan kafir harbi, orang wahabi setiap kafir itu harbi, pasti pemahaman ini keliru dan menyalahi perbuatan Rasulullah yg mengatakan siapa yang menyakiti kafir dzimmi sama dengan menyakiti nabi, itu artinya kafir dzimmi itu harus di hormati tapi tidak dalam kapisitas menjadi sebagai pemimpin bagi umat islam.
kata-kata ulama Turki sama dengan pemahaman ulama Nahdatul Ulama di Indonesia.