Saturday, 22 December 2012

“PERANG PEMBEBASAN DAMASKUS II” YANG KEMBALI GAGAL

Pertengahan tahun ini, beberapa bulan yang lalu, para pemberontak Syria gagal mewujudkan apa yang mereka sebut sebagai perang “Pembebasan Damaskus”. Kini pun upaya yang sama telah dilakukan pemberontak, dan kembali mengalami kegagalan.

Sejak bulan November lalu pemberontak kembali melakukan ofensif besar-besaran di berbagai provinsi di Syria dengan sasaran utama ibukota Damaskus. Namun mereka kembali gagal mewujudkan ambisinya menduduki Damaskus dan menjatuhkan pemerintahan Bashar al Assad, meski dukungan tanpa batas telah diberikan oleh negara-negara barat, Turki dan negara-negara Arab teluk. Media-media barat dan Arab pun tanpa henti menggembar-gemborkan kemenangan pemberontak dan kejatuhan Bashar al Assad yang sudah di ujung tanduk. Media-media barat tanpa kekritisan sedikit pun menelan mentah-mentah semua informasi dari LSM bantukan inteligen barat yang berbasis di London, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR). Informasi sampah yang dikeluarkan lembaga yang dijalankan seorang pedagang pakaian itu dipublikasikan selayaknya fakta aktual. Dan sebagaimana media-media barat dan Arab, SOHR pun menyuarakan kejatuhan Damaskus yang sudah dekat.

Koran Mesir “Al Ahram” bahkan mengklaim bahwa, “penduduk ibukota Syria Damaskus mendapatkan serangan brutal dari pasukan militer yang berada di luar kota serta dari kawasan Gunung Qasiun yang berada di atas ibukota.”

Klaim seperti itu hendak mengesankan bahwa para pemberontak telah menguasai sebagian kota Damaskus hingga kota itu harus mendapatkan serangan oleh militer Syria dari luar kota. Media-media massa juga menjadi mesin propaganda massif bagi para pemberontak.

“Para pejuang revolusi mengatakan bahwa gerak maju mereka ke Damaskus akan mendorong terjadinya desersi besar-besaran militer Syria. Mereka juga berharap ribuan tentara reguler akan membelot dan penerapan zona larangan terbang secara otomatis akan diberlakukan,” tulis “Al Ahram”.

Pada tgl 16 November lalu para pemberontak memproklamirkan “Hari Jum’at Menuju Damaskus” mengindikasikan serangan offensive besar-besaran mereka terhadap pasukan pemerintah. Mereka telah mempersiapakan dengan serius offensive tersebut. Beribu-ribu pasukan pemberontak pun berdatangan ke kota-kota sekitar Damaskus seperti Deraa dan Deir Ezzor. Namun sebulan sudah serangan besar-besaran itu dilakukan dan Damaskus masih utuh berada di tangan pemerintah. Upaya terakhir mereka untuk merebut kamp pengungsi Palestina di Yarmouk, juga berakhir dengan kegagalan total. Mereka bermaksud menjadikan kamp pengungsi tersebut sebagai pangkalan untuk melakukan serangan ke bandara internasional Damaskus sebelum memasuki Damaskus. Namun perlawanan sengit beberapa ratus gerilyawan bersenjata Palestina pendukung pemerintah Syria, menggagalkan rencana tersebut.

Beberapa serangan terkoordinir dilakukan pemberontak di beberapa kota sekitar Damaskus yang mengakibatkan tentara Syria meninggalkan beberapa pos. Namun pemberontak tidak pernah bisa memasuki Damaskus. Tentara Syria memang mundur, namun itu hanya taktik mereka untuk memperkuat diri kembali untuk kemudian melakukan serangan balik yang mematikan.

Pertempuran hebat terjadi di Daraya (barat daya Damaskus), wilayah pertanian Ghouta dan sekitar bandara internasional (sebelah timur Damaskus). Daraya menjadi salah satu sasaran pemberontak karena letaknya sangat strategis untuk digunakan menyerang pangkalan udara militer besar di Mazzé.


SERANGAN BALIK PASUKAN PEMERINTAH


Pada tgl 29 November, tentara Syria melancarkan operasi pembersihan besar-besaran terhadap keberadaan pasukan pemberontak di sekitar Damaskus dalam radius antara 5 dan 12 mil. Wilayah ini telah dibersihkan bulan Agustus lalu, namun membersihkan pasukan pemberontak di wilayah yang padat penduduk bukanlah pekerjaan mudah.

Koran Syria “al-Watan” melaporkan pada tgl 2 Desember tentang operasi tersebut. “Tentara Syria telah membuka pintu neraka bagi mereka yang bermimpi untuk bisa mendekati  Damaskus atau melancarkan serangan terhadapnya.” Menurut laporan tersebut tentara telah menimbulkan kerugian besar bagi para pemberontak di berbagai kota dan desa.

Setelah beberapa hari pertempuran wilayah Daraya berhasil dikuasi tentara sepenuhnya. Kota Harasta yang kosong setelah ditinggalakn penduduknya karena serangan pemberontak, berhasil direbut kembali sebagaimana kantong-kantong pemberontak di sekitar Desa Duma.

Di Ghouta yang berada di sebelah Timur ibukota, tentara juga berhasil membersihkan wilayah sekitar bandara internasional. Di area Sayyeda Zainab yang dihuni mayoritas oleh orang-orang Shiah, pertempuran pecah antara milisi pro-pemerintah dengan pemberontak. Wilayah ini pun berhasil dibersihkan dari pemberontak.

Pertempuran hebat terjadi pada tgl 3 Desember dimana tentara berhasil menewaskan ratusan pemberontak di berbagai daerah, termasuk 40 di Deir al-Assafir, 30 di Nina al-Awamid, 60 di  Shaba, 100 di sekitar bandara internasional serta 200 di Daraya. Sementara itu AU Syria terus melancarkan serangannya terhadap posisi-posisi pemberontak meski pemberontak telah dilengkapi puluhan rudal jinjing anti pesawat.

Sebagaimana serangan pertama terhadap Damaskus, serangan yang terakhir ini pun tampak secara militer hanya sekedar untuk tujuan “perang psikologis”, terutama dengan adanya pemberitaan yang massif di media-media massa tentang “kemajuan” pemberontak. Jumlah dan persenjataan pemberontak terlalu kecil untuk bisa mengalahkan satu wilayah luas dengan penduduk besar seperti Damaskus yang dihuni oleh 2 juta lebih penduduk. Pemberontak mungkin berhasil melakukan serangan terbatas di beberapa desa dan kota, namun biasanya tidak bisa bertahan terhadap serangan balik pasukan pemerintah.



Keterangan gambar: Taufik Hassan (23), seorang pemberontak Syria yang mengaku sebagai pejuang mujahiddin.

No comments:

Post a Comment