Saya sebenarnya tidak ingin lagi menulis hal-hal negatif tentang Dahlan Iskan karena takut dituduh sebagai "barisan sakit hati", istilah untuk bekas anak buah yang meninggalkannya karena kecewa. Namun di mata saya, Dahlan Iskan selalu melakukan provokasi untuk dikritik. Terakhir adalah aksinya menjadi bintang iklan sebuah produk jamu non-tradisional.
Dalam acara "Bukan 4 Mata" beberapa hari lalu yang menampilkannya sebagai seorang bintang tamu, Dahlan Iskan menjawab pertanyaan Tukul tentang kepatutan dirinya sebagai pejabat publik menjadi bintang iklan satu produk komersil. Dengan enteng, seperti biasa menanggapi kontroversi tingkah lakunya, Dahlan mengatakan bahwa tindakannya tidak melanggar peraturan.
Sudah lama sebenarnya saya merasa terganggu oleh tingkah polah beberapa pejabat publik yang muncul sebagai bintang iklan, seolah-oleh gaji dan fasilitas besar yang diterima mereka masih kurang besar sehingga harus "ngobyek". Di antara pejabat publik itu adalah Rieke Diah Pitaloka yang menjadi bintang iklan minuman energi. Namun baru kali inilah saya mendengar langsung pernyataan seorang pejabat publik bintang iklan komersil yang membela diri.
Entah Dahlan Iskan benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh, seorang pejabat publik tentu saja sangat tidak patut menjadi bintang iklan komersial. Di negara-negara maju hal ini bahkan hal seperti ini sudah menjadi skandal besar. Jangankan menjadi bintang iklan, bertemu dengan pengusaha di luar kantor saja sudah menjadi satu skandal besar. Dahlan bisa saja berkelit bahwa ia tidak dibayar, namun tetap saja tidak patut. Seorang pejabat publik pada dasarnya adalah pelayan seluruh masyarakat. Lalu bagaimana Pak Dahlan menyatakan diri kepada para ribuan penjual jamu gendong bahwa dirinya adalah pelayan mereka sementara ia menjadi bintang iklan produk jamu industri modern?
Saya tidak tahu pasti apakah ada aturan formal yang melarang pejabat publik menjadi bintang iklan komersial. Setahu saya ada, karena iklan yang menampilkan bintang iklan asing saja sebenarnya dilarang karena menggusur lahan bintang iklan lokal.
Selain bohong soal aturan (formal maupun tidak formal) yang melarang pejabat publik menjadi bintang iklan, dalam acara "Bukan 4 Mata" itu Dahlan Iskan juga berbohong tentang program mobil listriknya. Menurutnya ia masih konsern untuk mengembangkan mobil listrik sebagai program nasional. Padahal baru beberapa minggu lalu ia menyatakan menghentikan pengembangan mobil listrik "Tucuxi" karena alasan mahal dan teknologinya yang kurang handal.
Kalau saja Dahlan Iskan benar-benar serius mengembangkan mobil listrik, ia akan melakukan langkah-langkah di antaranya sbb:
1. Mengeluarkan permen yang mewajibkan seluruh pejabat BUMN menggunakan mobil dinas listrik.
2. Mendesak presiden untuk mengeluarkan Kepres, atau jika perlu UU (bersama DPR) pengembangan mobil listrik yang mencakup pendanaan dan pembangunan infrastukturnya.
Sayang kedua hal tersebut tidak pernah disinggung-singgung Dahlan Iskan, dan karenanya Dahlan Iskan berbohong tentang pengembangan mobil listrik. Dan itu sangat wajar karena latar belakangnya sebagai fundamentalis
neo-liberalisme yang pro industri otomotif berbahan bakar minyak. Beberapa waktu lalu dalam satu tulisan di blognya, ia bahkan pernah mengusulkan dibongkarnya seluruh jaringan kereta api di Indonesia dan digantikan dengan jalan tol.
lha coba baca blog dahlan iskan.wordpress.com, semua tentang iklan itu sudah dibahas bapak dahlan iskan. tentang kenapa bapak dahlan iskan mau membintangi iklan tersebut. memang terkadang ada perspektif berbeda dalam melihat sesuatu. tetapi hendaknya dilihat dengan hati yg jernih..salam.
ReplyDeletemau capres jadi supaya terus terpampang di TV, sudah mulai kalah pamor sm Jokowi seh..
ReplyDeletebenar juga yah prediksi mas Adi ini.. awalnya memang dulu DI selalu mengobarkan semangat untuk membuat mobil listrik, tp sekarang ini gak ada buktinya.. saya juga selalu mengikuti perkembangan mobil listrik selama ini.. malah kok mendem begitu ajah.. malah sekarang mengalih perhatian ke bintang iklan
ReplyDeleteujuan mulia adalah satu urusan. melanggar etika adalah urusan lain. Tidak bisa dicampur aduk, apalagi jika digunakan untuk menutupi kesalahan.
ReplyDelete