Sunday, 26 May 2013

RAFSANJANI "BIJAK", AHMADINEJAD "JAHIL"

Pada satu hari menjelang Perang Khaibar di jaman Rosulullah, Beliau memerintahkan umat Islam untuk berangkat ke Khaibar (dekat Madinah) demi menaklukkan orang-orang yahudi yang terbukti telah melakukan tindakan pengkhianatan. Sebelum berangkat Beliau berpesan kepada kaum muslim untuk tidak melakukan sholat sebelum mencapai tempat tujuan meskipun waktu sholat telah tiba.

Ketika di tengah perjalanan ternyata waktu sholat benar-benar tiba. Sebagian sahabat Rosul memenuhi pesan Rosul dengan tidak melaksanakan sholat sebelum mencapai Khaibar. Namun sebagian sahabat lainnya, yang merasa memiliki hak menafsirkan hukum agama sendiri di atas Rosulullah, menolak mengikuti perintah Rosul dengan menjalankan sholat.

Pada saat itu sebenarnya umat Islam tengah diuji dengan ujian yang tampak ringan namun sebenarnya sangat berat. Kedua pilihan tersebut yaitu menjalankan sholat tepat waktu atau memenuhi perintah Rosul untuk menjalankan sholat di Khaibar tampak seperti 2 perintah yang sama-sama baik. Namun sebenarnya dalam kasus ini tidak demikian. Allah telah berulangkali berfirman di dalam Al Qur'an untuk mematuhi semua perintah Rosul karena semua perkataan beliau adalah kebenaran yang dijamin Allah. Sebaliknya menolak perintah Rosulullah diancam Allah dengan hukuman berat. Dengan demikian maka para sahabat yang melakukan sholat sebelum sampai Khaibar sebenarnya telah melakukan pembangkangan terhadap Allah dan Rosul-Nya.

Memang sebelumnya telah ada perintah untuk melakukan sholat tepat waktu. Namun dalam kasus ini perintah tersebut tidak berlaku lagi setelah digantikan oleh perintah untuk melakukannya di Khaibar. Dan bagi mereka yang merasa memiliki hak untuk menafsirkan hukum lain di luar perintah Allah dan Rosul-nya, maka sebenarnya orang itu telah berlaku "jahil".

Dalam riwayat hadits yang menceritakan peristiwa tersebut memang disebutkan bahwa Rosulullah tidak menyalahkan para sahabat yang membangkang perintahnya dengan menjalankan sholat di tengah perjalanan. Namun mengingat banyaknya bias pada kitab-kitab hadits,  saya lebih percaya bila Rosul mengecam tindakan para sahabat tersebut. Wallahualam. (Beberapa contoh hadits yang bias diantaranya adalah perintah untuk membunuh cicak, perintah membunuh ular, nabi Musa berkelahi melawan malaikat, nabi musa mengejar batu sambil telanjang, Allah yang berwujud seperti manusia, dll).

Terkait dengan kisah tersebut kini di Iran tengah terjadi peristiwa yang bisa ditafsirkan sama. Iran dipimpin oleh seorang ulama besar  keturunan Rosul yang disucikan Allah bernama Ali Khamanei. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin tertinggi, ia telah mendelegasikan kekuasaan memilih pemimpin eksekutif (presiden) kepada Dewan Penjaga Revolusi yang beranggotakan para ulama dan ilmuan. Dewan Penjaga Revolusi telah mendiskualifikasi 2 orang tokoh populer yaitu Akbar Hashemi Rafsanjani dan Esfandiar Rahim Mashaie. Rafsanjani adalah mantan presiden yang berperan besar dalam Revolusi Iran tahun 1979. Sementara Mashaie adalah seorang pejabat tinggi yang didukung oleh Presiden Ahmadinejad.

Atas keputusan tersebut Rafsanjani dan Ahmadinejad telah melakukan sikap yang mirip dengan sikap para sahabat terhadap perintah Rosulullah tentang sholat di Khaibar. Rafsanjani patuh pada keputusan, namun Ahmadinejad membangkang dengan "penafsiran"-nya sendiri.

“Rafsanjani menganggap bahwa pengalamannya menjadi presiden ditentukan oleh hukum. (Maka demi hukum pula beliau menerima keputusan),” kata Eshagh Jahangari, jubir Rafsanjani menanggapi keputusan Dewan Penjaga Revolusi.

Jahangari menekankan bahwa Rafsanjani adalah salah satu pilar dari sistem kekuasaan di Iran, maka ia tidak akan menghancurkan pilar tersebut.

Namun tidak demikian halnya dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Ia menolak keputusan tersebut dan memutuskan untuk membawa kasus tersebut ke pemimpin tertinggi Ali Khamanei. Menurut Ahmadinejad Mashaei, yang tidak lain adalah besannya itu, adalah seorang dengan keimanan yang tinggi dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan sebagai kandidat presiden. Penolakan pencalonan Mashaei dianggapnya sebagai "tidak adil".

Bukan kali ini saja Ahmadinejad melakukan "pembangkangan". Ia pernah terlibat "perang dingin" dengan pemimpin tertinggi Ali Khamenei akibat memecat seorang menteri yang dijagokan Khamanei. Ia juga dianggap "lancang" memasuki wilayah keagamaan yang merupakan haknya para ulama dalam kasus penafsiran "kedatangan al Masih". Ia baru meminta ma'af kepada Khamanei setelah diancam akan ditangkap oleh panglima Tentara Pengawal Republik yang berada di bawah komando pemimpin tertinggi.

Baru-baru ini Ahmadinejad juga melakukan kegaduhan politik, yaitu dengan memperdengarkan rekaman pembicaraan saudara kandung ketua parlemen di depan sidang parlemen. Selain itu para pendukung Ahmadinejad mengusir ketua parlemen saat berpidato di depan massa. Akibat aksi-aksi tersebut Ahmadinejad kembali mendapat ancaman oleh Tentara Pengawal Republik. Baru-baru ini juga beredar kabar tentang "penculikan" Ahmadinejad oleh aparat inteligen Iran akibat ancaman Ahmadinejad untuk "membongkar aib regim" setelah pencalonan kandidat presiden yang dijagokannya mendapatkan rintangan.

Jika para sahabat saja bisa membangkang kepada Rosulullah, manusia terbaik yang pernah diciptakan Allah di muka bumi, maka tidak mengherankan jika Ahmadinejad pun membangkang terhadap Ali Khamanei. Namun tentu saja hal itu tidak bisa dibiarkan karena hal itu berarti telah menyemai bibit perpecahan yang mengancam eksistensi suatu bangsa.



REF:
"Rafsanjani to Stay with S. Leader, Ahmadinejad Rejects Mashaei Dismissal"; almanar.com.lb; 22 Mei 2013

No comments:

Post a Comment