Entah atas pertimbangan apa Presiden Lebanon, Michael Suleiman, seorang Kristen yang secara kultural lebih dekat dengan barat, "mendekati" Saudi Arabia melalui kunjungan resmi tgl 11 November lalu. Saudi Arabia tengah sakit dan pengaruhnya di Timur Tengah berada di titik terendah terutama setelah kegagalan "proyek Syria". Cap Saudi sebagai "negara bos para teroris" dan "pelindung para ekstremis Islam" tentu juga tidak menguntungkan popularitasnya di Lebanon yang pluralis.
Tapi kunjungan tetap dilakukan, dan kekecewaan lah yang didapat.
Dengan berbasa-basi memuji peran Saudi terhadap negara Lebanon, Sulaeiman berharap Saudi akan memperkuat dukungan ekonomi kepada Lebanon terutama terkait dengan beban ekonomi yang ditanggung Lebanon akibat keberadaan pengungsi Syria. Harapan kedua, dan inilah yang terbesar, adalah peran aktif Saudi untuk membantu memecah kebuntuan politik Lebanon terkait pembentukan kabinet yang tidak juga tuntas akibat penolakan blok politik sekutu Saudi, Partai Al Muqtakbal, yang dipimpin mantan perdana menteri Saad Hariri dan Fuad Siniora.
Namun, alih-alih jawaban memuaskan, Raja Abdullah justru memojokkan Sulaeman ke posisi yang paling tidak diinginkan oleh semua pemimpin politik Lebanon, yaitu berhadap-hadapan melawan Hizbollah.
"Anda harus mengirimkan tentara untuk menghentikan keterlibatan Hizbollah di Syria," kata Raja Abdullah.
Sulaimen adalah seorang jendral dan mantan panglima Tentara Lebanon. Ia faham betul bahwa Hizbollah tidak bisa dikalahkan. Jangankan oleh tentara Lebanon, Israel pun berulangkali dibuat kalang kabut oleh Hizbollah. Itulah sebabnya, sebagai panglima tentara yang secara konstitusi berada di bawah komando perdana menteri, ia memilih netral dalam konflik bersenjata antara perdana menteri Fuad Siniora dengan Hizbollah tahun 2008.
Kala itu Fuad Siniora dengan percaya diri karena bantuan senjata, milisi-milisi bersenjata dan limpahan uang dari Saudi, mencoba kekuatan Hizbollah dengan berusaha merampas jaringan telekomunikasi milik Hizbollah yang menjadi sumber kekuatan Hizbollah menghadapi Israel. Pemimpin Hizbollah Sayyed Nasrallah telah memperingatkan Siniora bahwa jika mau Hizbollah sanggup membuat Siniora terbangun esok hari di dalam penjara. Namun peringatan itu tidak diindahkan Siniora.
Maka Hizbollah pun bertindak cepat dengan menyerang posisi milisi-milisi pendukung Siniora di Beirut dan sekitarnya. Benar saja. Dalam sehari pertempuran, Siniora sudah terkepung di dalam kediaman resminya. Maka, alih-alih merampas jaringan telekomunikasi Hizbollah, Siniora harus merelakan beberapa pos kabinetnya jatuh ke tangan Hizbollah.
Maka demi mendengar permintaan Raja Abdullah tersebut, Suleiman pun tersentak kaget dan setelahnya hanya bisa termangu-mangu. Pada saat itulah muncul kejutan lain yang diterima Suleiman, yaitu ketika kemudian muncul sosok Saad Hariri, mantan perdana menteri Lebanon yang merupakan "anak emas" kerajaan Saudi. Demi mencairkan suasana, dengan berbasa-basi Hariri memuji peran Suleiman dalam mencegah keterlibatan Lebanon dalam konflik Syria.
"Jika mampu (melawan Hizbollah) tentu beliau akan melakukannya," kata Hariri kepada raja.
Kehadiran Hariri tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada Sulaimen sebenarnya bisa ditafsirkan sebagai penghinaan bagi Suleiman. Ia adalah seorang presiden yang tengah dalam pembicaraan resmi dengan seorang raja, sementara Hariri hanya warga biasa yang tengah dilanda kebangkrutan ekonomi dan politik. Pada situasi seperti ini tentu sangat sulit bagi Suleiman untuk membicarakan isu pembentukan kabinet. Maka kunjungan Suleiman pun mengalami kegagalan total.
REF:
"Saudi King Tells Suleiman Army Must Fight Hezbollah"; Al Akhbar; 27 November 2013
saudi dari negara miskin kini kaya karena sumber minyak yang melimpah tentu sumber daya alam yang melimpah belum tentu bisa membangun negara mereka sibuk mengurusi dunia entah apa yang di kejar saudi hingga keujung dunia menebar teror menghabiskan harta negara uang yang seharusnya untuk membangun dan mencerdaskan bangsa cuma ya kalau rakyat pintar juga menjadi ancaman kedudukan kerajaan yang paling kejam didunia .bangsa yang kuat harus ditempa dengan cobaan yang kuat baru menghasilkan generasi yang tahan banting ujian berat dan semakin berat ujian semakin matang bangsa itu .kita lihat iran 8 tahun perang dg irak betul betul menguras harta ,korban manusia sehingga kematangan dan kedewasaan muncul .saya yakin suriah sepuluh tahun kedepan akan jadi negara mengikuti iran baik tentara dan rakyat yang benar benar matang dan tangguh wasalam
ReplyDelete