Thursday, 26 December 2013

ERDOGAN YANG MAKIN TERPOJOK

PM Erdogan akhirnya melakukan perombakan besar-besaran kabinetnya dalam upaya mengatasi krisis kepercayaan publik terhadap pemerintahannya setelah terjadinya penangkapan besar-besaran kroni-kroninya oleh aparat penegak hukum akibat penyuapan dan korupsi. Namun sebelumnya sempat terjadi beberapa hal menarik yang dilakukan Presiden Abdullah Gul, orang yang dianggap menjadi pesaing berat Erdogan dalam pemilihan presiden tahun depan.

Dalam satu langkah yang bisa ditafsirkan sebagai "mengail di air keruh", Abdullah Gul pada hari Selasa (24/12) membuat pernyataan yang menyudutkan perdana menteri Tayyep Erdogan sekaligus meningkatkan citra diri sang presiden. Pernyataan tersebut adalah pembelaannya terhadap aksi penegak hukum atas kasus korupsi yang melibatkan kroni-kroni Erdogan. Pernyataan lainnya adalah faith accomply terhadap Erdogan berupa pengumuman rencana pengunduran diri menteri-menteri Erdogan yang terlibat kasus korupsi.

"Hukum adalah independen. Jika ada korupsi, hal itu tidak bisa disembunyikan. Semua orang harus menghormati proses hukum. Hukum akan memberikan kesimpulan yang benar," kata Gul kepada para wartawan, Selasa (24/12).

Padahal, sebagaimana diketahui, PM Erdogan sejak awal mencuatnya kasus ini telah menuduh proses penyidikan perkara tersebut merupakan "konspirasi jahat" untuk menjatuhkan pemerintahannya, dan ia pun sudah bersumpah untuk "mematahkan tangan" para konspirator. Ia tidak hanya menggertak, ia telah memerintahkan pemecatan beberapa pejabat kepolisian yang terlibat dalam penyidikan. Ia juga berhasil memaksakan 2 orang jaksa baru yang pro dirinya untuk ikut campur dalam penyidikan.

Dengan adanya pernyataan dukungan presiden, aparat keamanan yang terlibat dalam penyidikan menjadi lebih percaya diri. Sebaliknya Erdogan menjadi serba salah, menentang penyidikan berarti menentang kepala negara, dan hal itu akan membuat reputasinya semakin merosot. Sebaliknya berdiam diri juga akan membuat harga dirinya terinjak-injak.

Namun pernyataan Gul tentang pengunduran diri para menteri Erdogan merupakan pukulan yang jauh lebih keras. Mengapa Gul turut campur dalam urusan kabinet Erdogan dan mengumumkannya ke publik?

"Saya telah berbicara dengan perdana menteri tentang menteri-menteri yang terlibat kasus. Ia tengah membuat persiapan dan melakukan evaluasi. Anda akan segera mendengar kabarnya setelah kami bertemu," kata Gul mengindikasikan pemecatan para menteri yang terlibat perkara korupsi.

Faktanya, yang terjadi kemudian adalah pengunduran diri 2 menteri Erdogan yang terlibat kasus korupsi dan penyuapan ---sumber-sumber lain menyebutkan 3 orang menteri yang menyatakan mundur pada hari Rabu (25/12). Menteri-menteri yang mundur itu adalah Mendagri Muammer Guler dan Menteri Ekonomi Zafer Caglayan.

Adalah menarik, mengapa menteri-menteri itu mundur setelah adanya pernyataan Abdullah Gul dan bukannya Erdogan sendiri yang mengumumkannya? Tidak lain hal ini mengindikasikan Abdullah Gul-lah yang kini berada di atas angin dalam persaingan politiknya dengan Erdogan dalam memperebutkan kursi kepresidenan tahun depan.

Beberapa sumber menyebutkan (saya melihatnya di running text Metro TV) bahwa menteri-menteri yang mundur tersebut telah membuat pernyataan untuk membongkar korupsi yang melibatkan Erdogan. Jika ini benar-benar terjadi, maka bisa dipastikan karier politik Erdogan bakal hancur lebur. Jika pun ia nantinya bisa menghindari jeratan hukum, setidaknya reputasinya runtuh ke titik terendah yang tidak memungkinkannya eksis secara politik.

Pada hari Minggu (22/12) ribuan demonstran berkumpul di Lapangan Kadikoy, Istambul, menyuarakan pengunduran diri Erdogan dan pemerintahannya terkait skandal korupsi yang kini menjerat kroni-kroni Erdogan.

"Diamana-mana Partai Keadilan (AKP, partainya Erdogan), dimana-mana korupsi!" Teriak para demonstran.

"Gerombolan pencuri tidak boleh memerintah negeri ini!" Teriak sebagian demonstran lainnya.

Sementara seorang demonstran mengacung-acungkan spanduk bertuliskan: "Partai Keadilan, jauhkan tangan kotormu dari saku-saku kami!"

Menurut analis politik Stephen Lendman, kebencian publik terhadap Erdogan lebih disebabkan oleh sikap otoriter Erdogan selama ini. Adapun kasus korupsi yang kini menjerat kroni-kroninya, sebagaimana juga kasus pembongkaran Lapangan Thaksim beberapa waktu lalu hanya menjadi pemicunya saja.

“Saya percaya tangan kotor Erdogan terlibat dalam semua kasus-kasus korupsi, namun isu sebenarnya di Turki adalah pemerintahan yang sangat represif, dan itulah yang menjadi penyebab munculnya aksi-aksi protes," kata Lendman kepada media Iran Press TV hari Senin (23/12).

“Isu sebenarnya di Turki adalah penindasan negara polisi. Dan korupsi hanya membuat segalanya bertambah buruk," tambahnya.



REF:
"Two Turkish ministers resign over corruption probe"; almanar.com.lb; 25 Desember 2013
"Erdogan vows to punish rivals undermining his rule"; Press TV; 22 Desember 2013
"Repression, corruption make Erdogan unpopular: Analyst"; Press TV; 23 Desember 2013


No comments:

Post a Comment