Wednesday, 15 July 2015

Amerika di Balik Serangan Teror di Tunisia

Indonesian Free Press -- Semakin bertambah, dugaan Amerika di balik serangan teror di Sousse, Tunisia, yang menewaskan 39 orang, sebagian besar turis asal Eropa baru-baru ini.

Mayjend Abdelaziz Medjahed, mantan pejabat keamanan setempat, mengklaim Amerika dan Israel merupakan otak dari serangan maut tersebut.

Ia menyebut serangan itu merupakan bentuk pemerasan terhadap pemerintah Tunisia untuk mengijinkan pembangunan pangkalan militer Amerika di negara itu.

Menurut Mayjend Medjahed selain motif pangkalan militer itu, Israel juga turut bermain dalam serangan itu untuk menciptakan ketidakstabilan di Tunisia yang berujung pada kehancuran negara Arab Maghribi itu.

Sejumlah laporan menyebutkan, setelah tumbangnya Presiden Ben Ali oleh gerakan 'Arab Spring' yang dirancang Amerika tahun 2011, regim Ikhwanul Muslimin mengijinkan Amerika untuk membangun pangkalan militer rahasia di gurun Remada,  Tunisia. Di pangkalan ini dikabarkan CIA melatih militan-militan teroris untuk berperang di Suriah dan Irak.

Namun hal itu berubah setelah tumbangnya regim Ikhwanul Muslimin pada tahun 2014 dan mengantarkan Presiden Beji Essebsi ke tampuk kekuasaan. Beji dikenal sangat nasionalis dan menentang keterlibatan Amerika dalam urusan internal Tunisia.

Pada tanggal 20 Februari lalu bahkan dikabarkan Beji telah mengusir Dubes Amerika Jacob Walles dari Istana Presiden. Beji tersinggung dengan Walles yang terus mendesaknya untuk menerima pangkalan militer Amerika.

Tidak hanya mengusir Walles, Beji juga menolak telepon Presiden Barack Obama.(ca)


Ref: 'Tunisia: US ambassador expelled from the presidential', crimesofempire.com.

No comments:

Post a Comment