Indonesian Free Press -- Tadinya mau nulis Catatan Tengah yang menyoroti peran Menko Polkam Luhut Panjaitan dalam melambungkan Setyo Novanto di Munas Luar Biasa partai berlambang Pohon Beringin .
Tapi sebelum menulis saya buka WA dan email di HP
Di situ ada postingan video Yapto Soerjosoemarno. Karena saya memang ada rencana bertemu dengannya, saya dengarkan isi video.
Maksud ssya supaya kalau ketemu, punya bahan lain yang bisa dijadikan obrolan
Eh. ga taunya isi videonya sangat mengejutkan. .
Isu yang diangkat Yapto sangat relevan dengan soal yang menjadi kekhawatiran Letjen (Purn) Slamet Supriyadi. Mantan Wakil Ketua MPR-RI.
Yaitu sinyalimen tentang munculnya kekuatan komunis dalam bentuk baru, tapi oleh pemerintah saat ini seperti diabaikan.
Kemarin pagi, melalui telpon, Slamet Supriyadi yang anggota Kopassus ini minta segera bertemu.
"Bro ada hal penting yang ingin saya diskusikan", katanya.
"Atau kita ketemu di simposiunnya Pak (Letjen) Kiki Syahnakri di Balai Kartini besok", ujarnya lagi.
Selesai nelpon mas Slamet mengirimi saya agenda simposium tsb
Cukup tersentak. karena baru kali ini ada simposium yang mengumpulkan demikian banyak jenderal pensiunan
Di antaranya Wijoyo Suyono yang saya perkirakan berusia antara 85 - 90 tahun.
Jarang-jarang Pak Wijoyo muncul di pertemuan publik seperti ini
Tapi yang lebih menyentakkan lagi, adalah tema-tema yang disimposiumkan, berikut mereka yang jadi pembicara semuanya jenderal senior. Seperti Pak Try Sutriso, mantan Wapres ataupun menantunya Ryamirzad Ryacudu, Menteri Pertahanaan di Kabinet Joko Widodo.
Temanya berkisar soal ancaman PKI gaya baru. Para pembicaranya, bekas eksekutor militer di pemerintahan Orde Baru, rezim yang anti komunis.
Mantan ajudan Laksamana Sudomo, ketika yang terakhir ini menjabat Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib), cukup bersemangat ketika menyinggung soal banyaknya kelemahan pemerintahan Presiden Jokowi.
Yang kalau diangkat di halaman ini bukan lagi hal yang baru.
Tapi pembicaraan per telpon kemarin pagi itu tetap megganggu. Apalagi saya pernah berbicara di semua pertemuan tentang RRT dan ancaman komunis.
Tentang Yapto dan komunis, saya tahu kepeduliannya yang sangat besar.
Di tahun 1982, kami berdua sempat ditimpa masalah. Saat itu saya reporter harian sore SINAR HARAPAN. Yapto yang baru lulus sarjana hukum dari Universitas Kristen Indonesia saya wawancarai dengan menyoroti soal UU Agraria.
Di mata dia, beberapa pasal dalam UU yang baru disahkan oleh DPR-RI, terinfiltrasi konsep komunis. Dia mencurigai di dalam pemerintahan Orde Baru saat itu boleh jadi terdapat oknum kader PKI yang menyusup dan ikut mengkonsep UU tersebut.
Gara-gara berita itu, kami berdua diperiksa oleh Laksus Kodam Jaya.
Akhirnya saya dengarkan pidato Yapto. Karena peristiwa 1982 itu membangunkan memori saya. Ditambah lagi tahun lalu, sebuah film yang berkisah tentang pembantaian anggota komunis di Sumatera Utara, produksi asing, beredar.
Dalam film itu, Yapto termasuk tokoh yang berada di belakang penjagalan anggota komunis itu.
Pemimpin Ormas Pemuda Panca Sila ini mensinyalir Komunis asal Cina atau Tiongkok sudah masuk ke Indonesia.
Pembangunan rumah sepanjang pesisir Sumatera Timur dan Utara pulau Jawa yang dimulai dari Banten, Bumi Serpong Damai dst ke arah Timur, dicurigainya.
Menurut Yapto rumah2 dan apartemen itu laku semua. Dia curiga pembelinya.
Dia khawatir itu sebagai bagian dari penyiapan logistik untuk menampung anggota komunis yang diselundupkan RRT. Sebab dia juga melihat banyaknya senjata selundupan.
Yapto juga minta masyarakat untuk tidak memandang enteng trending baju kaos bergambar Palu Arit.
Komunis itu katanya terkenal dengan OTB - Organisasi Tanpa Bentuk seolah menyitir pembuatam dan penyebaran kaos palu arit bagian dari OTB
KECURIGAAN Yapto tentang komunis Cina yang masuk ke Indonesia dia awali penjelasan Teori Domino dari Ali Murtopo. Seorang jenderal Orde Baru yang dikenal salah seorang ahli intelejens Indonesia
Ali yang sudah almarhum berteori bahwa Sumatera Bagian Timur, Kalimantan bagian Barat dan Utara pulau Jawa merupakan "lorong" yang menjadi pintu masuk komunis Cina ke Indonesia.
Pada bagian lain Yapto mencurigai pemerintah sudah tersusupi agen komunis yang kemudian ikut membuat kebijakan pemerintah.
Bahkan penyusupan itu sudah terjadi di berbagai lembaga. Termasuk mungkin Ormas Pemuda Pancasila yang dipimpinnya ataupun ormas seperti Front Pembela Islam (FPI). ***
Keterangan: Dicopas dari CATAN TENGAH Derek Manangka, Rabu 1 JUNI 2016
Perang Asyimetris sudah dimulai.. Semoga segenap element pertahanan, intelejen dan Rakyat tetap waspada, berpegang teguh pada Pancasila, dan melakukan upaya pencegahan dengan cara efektif efisien..
ReplyDeleteJangan menghayal pak. Usia sudah tua mungkin syndrome. PKI apa ISIS yg lebih berbahaya? Jgn membodohi rakyat. PKI sudah tidak ada lagi..hanya generasi tua yg mengenang masa lalunya.. Sekarang zaman Google. Apa sih hebatnya PKI? Mau palu arit atau cangkul parang...semua yg menghancurkan NKRI dan Pancasila kita sikat bersama.
ReplyDeleteIka Putri. Itulah idiotnya Anda dan para jokower alai lainnya. ISIS dan komunis sama-sma antek zionis, tapi di Indonesia komunis lebih berbahaya. Kalau ISIS patronnya Saudi yang tidak berakar kuat dan mudah dibasmi. Komunis patronnya George Soros yang agen-agennya sudah mengakar kuat di birokrasi, termasuk pemerintahan kowi pujaanmu.
ReplyDelete