Indonesian Free Press -- Israel dikabarkan 'ketar-ketir' dengan kehadiran kapal induk Rusia di lepas pantai Suriah. Kehadiran kapal induk Admiral Kuznetsov akan membuat Israel semakin mengalami kesulitan melakukan operasi militer di Suriah, baik secara terbuka maupun diam-diam.
Sejak kedatangan militer Rusia di Suriah, Israel harus mendapatkan 'ijin' dari Rusia sebelum menerbangkan pesawat-pesawatnya di atas Suriah dan Lebanon, dan hal ini tentu sangat menjengkelkan Israel yang sebelumnya leluasa melancarkan operasi militer di sana. Dan kedatangan Admiral Kuznetsov akan membuat 'ijin' itu semakin rumit.
Seperti dilaporkan situs Algemeiner.com, 21 Oktober lalu, para pejabat keamanan Israel mengungkapkan kecemasannya terhadap kedatangan kapal induk Rusia yang diperkirakan akan tiba di lepas pantai Suriah pada akhir pekan ini atau awal pekan depan. Admiral Kuznetsov dan sejumlah armada pendukungnya kini tengah berlayar di Samudra Atlantik sebelum melintasi Gibraltar dan memasuki Laut Mediterania. Armada ini dikirim Rusia untuk memperkuat militer Rusia di Suriah paska gagalnya gencatan senjata yang digagas Rusia dan Amerika.
Dalam beberapa tahun terakhir Israel leluasa melancarkan serangan udara diam-diam ke Suriah atau Lebanon untuk mencegah pengiriman senjata-senjata canggih Iran kepada kelompok Hizbollah. Bahkan, setelah kehadiran militer Rusia dengan sistem pertahanan udara canggihnya sejak September 2015 lalu, Israel masih 'bisa' melakukan serangan udara ke Suriah, diduga setelah mendapatkan ijin rahasia dari Rusia.
Namun sejak kegagalan gencatan senjata dan situasi di Suriah semakin memanas dengan ancaman konfrontasi langsung antara Amerika dan Rusia, Rusia dikabarkan telah menutup wilayah udara Suriah bagi Israel.
Pada hari Jumat (21 Oktober) Admiral Kuznetsov terlihat melintasi lepas pantai Inggris. Sejumlah laporan menyebutkan kapal dengan 2000 awak yang mengangkut puluhan pesawat tempur dan helikopter ini akan mencapai Suriah dalam waktu seminggu. Rusia sendiri telah menempatkan sejumlah besar kapal perang di lepas pantai Suriah, tiga di antaranya dikirim segera setelah kegagalan gencatan senjata akhir bulan lalu. Di antara kapal perang tersebut dilengkapi dengan sistem pertahanan udara S-300 yang ditakuti Amerika dan Israel.
Pada saat yang sama koordinasi antara Rusia dan Israel untuk mencegah konfrontasi langsung di Suriah telah hancur. Pada bulan Juli lalu, misalnya, dikabarkan Israel mencoba menembak jatuh drone Rusia yang memasuki wilayah Israel. Israel dikabarkan juga telah kehilangan sebuah pesawat tempurnya setelah ditembak rudal Rusia, meski tidak ada konfirmasi mengenai hal ini.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah empat kali bertemu Presiden Rusia Vladmir Putin sejak Rusia terjun ke Suriah, salah satu tujuannya untuk menghindari kesalah-fahaman antara kedua negara di Suriah.(ca)
Masih berharap ada pertemuan antara F35 Israel dengan SU35 Russia di langit Suriah
ReplyDelete