Thursday 23 November 2017

Jokowi, Noam Chomsky dan Bill Clinton


Oleh: Hendrajit

Barusan baca bukunya Noam Chomsky. How the World works. Presiden Kennedy dan Bill Clinton, tulisnya, merupakan presiden presiden Pro Bisnis dan Konglomerasi. Kepatuhannya hanya pada logika modal. Yang sudah tentu juga korporasi dan konglomerasi.
Keduanya merupakan presiden AS dari Partai Demokrat, yang mendukung bisnis berskala besar. Tidak seperti Partai Republik yang sekadar mendukung bisns secara umum. Dengan kata lain, para presiden demokrat justru bertumpu pada dukungan korporasi.

Tidak heran jika dalam telaah Chomsky, seluruh tindakan Clinton yang terkesan pro HAM dengan menarik kehadiran militernya di Somalia, Haiti dan Serbia, maupun secara mendadak mencabut program stimulus ekonomi di sektor kesehatan dan pendidikan, menurut Chomsky, sama sekali bukan pertanda Clinton itu orang yang plinplan atau tidak konsisten.
Justru itu gambaran orang yang konsisten dan berprinsip. Sayangnya, konsistensi sebagai orang yang berpinsip itu, didasari kepatuhannya pada modal dan pemilik modal.
Bukankah Presiden kita sekarang juga seperti itu? Apalagi ketika sejak pilpres 2014, Jokowi-JK mendapat dukungan penuh dari Arkansas Connection. Sebuah koneksi yang bertumpu pada ikatan persahabatan antara Clinton dan James Riadi.
Jadi apa bedanya Jokowi dengan Clinton, ketika Pak Joko lebih mengutamakan pembangun infrastruktur daripada mendukung subsidi pendikan dan kesehatan bagi rakyat?
Artinya, Jokowi dengan caranya yang khas dia, juga patuh dan konsisten pada modal dan pemilik modal,
***


Dicopas dari status Facebook Hendrajit, Direktur Global Future Institute

1 comment: