Indonesian Free Press -- Blunder zionis internasional dengan menyerang Irak ternyata kembali berulang di Suriah, sehingga Iran justru semakin kuat dan berpengaruh. Saat konflik di kedua negara mereda, Iran pun tampil sebagai pemenang.
Sebagaimana dilaporkan SouthFront, 18 Desember, konvoi militer pertama Iran bermasil memasuki Suriah melalui jalur darat yang berhasil dikuasai koalisi pro-Iran antara Irak dan Suriah. Sebelumnya, Iran hanya bisa mengirimkan bantuan ke Suriah maupun ke Lebanon (Hizbollah) melalui udara dan laut, atau melalui jalur ilegal.
Seperti disebutkan dalam laporan itu, konvoi militer Iran pertama berhasil masuk ke Suriah melalui pintu perbatasan Tell al-Badi, minggu lalu. Seorang pejabat Irak menyebut, konvoi itu terdiri dari 20 truk dengan ankutan yang tidak diketahui pasti. Konvoi ini dikawal oleh pasukan Pengawal Revolusi Iran, Hizbollah dan milisi Hizbollah al-Nujaba Irak.
"Jika klaim ini benar, maka ini adalah keberhasilan besar bagi Iran dan sekutu-sekutunya, khususnya Hezbollah Lebanon. Selama bertahun-tahun Iran hanya bisa mengirim senjata dan amunisi ke Hezbollah melalui laut dan udara. Ini memungkinkan Israel mengidentifikasi, mengikuti dan menyerang pengiriman ini dengan mudah. Namun kini sebuah jalur darat besar yang baru telah berhsil dibuka yang menghubungkan Iran dan sekutu-sekutunya," tulis laporan itu.
Seorang analis pro-regim Bashar al Assad sebelumnya menyebutkan bahwa tujuan utama Amerika dan sekutu-sekutunya menyerang wilayah perbatasan Irak-Suriah adalah untuk mencegah terbentuknya jalur susplai daraat seperti ini. Hal ini dibenarkan oleh mantan jubir kelompok Syrian Democratic Forces yang didukung Amerika, Tala Silo. Ia menyebutkan bahwa tujuan koalisi Amerika adalah menduduki kota al-Mayadin dan al-Bukamal untuk mencegah terbentuknya jalur ini. Namun, rencana ini gagal setelah pasukan Suriah yang didukung Iran berhasil mengusir ISIS dari kedua kota ini.
Sementara itu pasukan Suriah (SAA), milisi National Defense Forces (NDF) dan milisi dukungan Iran berhasil menggagalkan serangana ISIS di lembah Sungai Eufrat dan menduduki seluruh pos penjagaan antara al-Bukamal dan Deir Ezzor. Kelompok pengamat Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), menyebut dalam pertempuran ini ISIS kehilangan 52 anggotanya.
SAA dan NDF juga berhasil membebaskan desa-desa Rashadiya, Rasm al-Bidh, Rasm Sayyal, Rasm Kibar, Zilaqiat, Zilen dan Mashrifa dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham (Jabhat al-Nusra) dan sekutu-sekutunya di selatan Idlib, utara Hama dan selatan Aleppo.
Pertempuran paling intensif terjadi di Zilaqiat dan Zilen dimana Salah Eddine Al-Checheni, seorang komandan kelompok Jaish al-Muhajireen wal-Ansar, tewas. Namun, sebelum mundur kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaida itu sempat menangkap 6 personil SAA dan sebuah senjata artileri.
"Sedangkan perkembangan terbaru di Provinsi Idlib menunjukkan bahwa SAA dan koalisinya berusaha meningkatkan tekanan terhadap pemberontak di wilayah itu dan dengan stabil berhasil menguasai keadaan.
Pada 17 Desember lalu kelompok Jaysh al-Islam dikabarkan telah mengeksekusi 45 anggota kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) setelah pertempuran keduanya di Ghouta Timur di Provinsi Damaskus. Jaish al-Islam tidak membantah kabar tersebut, namun HTS menolak berpartisipasi dalam kesepakatan antara pemerintah dengan kelompok-kelompok pemberontak untuk mengevakuasi para pemberontak dari Ghouta ke Provinsi Idlib.(ca)
Iran semakin diatas angin..
ReplyDelete