Indonesian Free Press -- Ribuan pasukan gabungan Amerika dan Israel terlibat dalam latihan perang bersama yang disimulasikan sebagai perang melawan Iran.
Sebagaimana dilaporkan media Inggris Daily Mail, 8 Maret, latihan berkode 'Juniper Cobra' itu digelar antara 4 Maret hingga 15 Maret di wilayah Israel dengan melibatkan 2.500 tentara Amerika dan 2.000 tentara Israel. Latihan ini digelar bersamaan dengan kekhawatiran para pejabat Israel dengan pengaruh Iran yang semakin kuat di Suriah dan Lebanon, tulis Daily Mail. Selain kedua negara, sejumlah negara NATO juga terlibat dalam latihan tersebut, seperti Inggris dan Italia.
Bulan lalu Israel kehilangan sebuah pesawat F-16 yang ditembak jatuh oleh rudal Suriah, saat pesawat itu melancarkan serangan udara terhadap pangkalan Iran yang melucurkan drone ke wilayah Israel.
Brigjen Zvika Haimovich, Komandan Pertahanan Udara Israel menyebut ancaman terhadap Israel berupa aktor negara maupun non-negara.
"Kami akan berlatih untuk mengatasi semua ancaman itu. Dari selatan, utara, timur dan barat, yang datang bersamaan. Ini akan menjadi latihan yang sangat kompleks yang berbeda jauh dengan situasi dua tahun lalu," katanya kepada wartawan di pangkalan udara Hatzor di Israel tengah.
Menurut Haimovich, dalam konflik masa depan Israel bisa memanggil bantuan Amerika setiap saat. Letjend Richard Clark, komandan pasukan Amerika dalam latihan itu, menekankan hal yang sama.
"Para pemimpin senior kita telah berkomitmen bahwa jika diminta oleh pemerintah Israel, kami akan siap untuk mengeksekusi dan ke sini," katanya seraya berdiri di samping berbagai jenis rudal yang digunakan Israel.
Clark menekankan bahwa Juniper Cobra adalah latihan terbesar dan terpenting yang dilakukan oleh komando Amerika-Eropa bersama Israel.
Baru-baru ini PM Israel Benjamin Netanyahu menuduh Iran tengah membangun pangkalan permamen di Suriah dan membangun pabrik-pabrik rudal presisi di Suriah dan Lebanon.
Trump dan Netanyahu Diskusi Persiapan Perang Lawan Suriah dan Iran
Sementara itu WSWS.org tanggal 7 Maret melaporkan bahwa PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump terlibat dalam diskusi mendalam tentang rencana perang melawan Iran.
Pertemuan keduanya yang berlangsung hari Senin (5 Maret) merupakan bagian dari kunjungan lima hari Netanyahu ke Amerika, yang didominasi dengan retorika anti-Iran, baik oleh Netanyahu maupun para pejabat Amerika.
Washington Post menyebutkan bahwa saat berlangsung pertemuan itu para pejabat keamanan tertinggi Amerika telah memulai sebuah rencana serangan besar-besaran ke Suriah untuk menumbangkan pemerintahan Bashar al Assad yang didukung Iran dan Rusia. Dalam pertemuan awal atas rencana itu, Presiden Trump turut hadir bersama Kastaf Gabungan Jendral John F. Kelly, Penasihan Keamanan Nasional Jendral. H.R. McMaster dan Menhan Jim Mattis.
Rencana serangan Amerika itu akan direkayasa sebagai respon atas tuduhan penggunaan senjata kimia oleh Suriah di wilayah Ghouta Timur.
"Tujuan utama serangan ini adalah untuk mencegah pengaruh Rusia dan Iran," tulis Daily Mail seraya menyebutkan bahwa hal ini sangat beresiko mengantarkan konflik yang jauh lebih besar di Suriah dan kawasan.
Menurut laporan itu, masih terdapat perbedaan tajam atas rencana ini di antara para pejabat senior Amerika. McMaster adalah pendukung kuat, sementara Mattis menolak keras.
Saat ini terdapat setidaknya 2.000 tentara Amerika di Suriah, yang berada terutama di wilayah Kurdistan di Suriah Timur-Laut.
Sehari setelah pertemuan dengan Trump, Netanyahu menghadiri pertemuan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), kelompok lobi Israel terpenting di Amerika. Di hadapan hadirin yang memberinya tepukan meriah, Netanyahu mengatakan: “Iran, Iran dan Iran adalah topik paling penting dalam pertemuan ini.”
Ia menyebut Iran sebagai 'kegelapan yang turun melingkupi kawasan Timur Tengah', menunjukkan gambar peta negara-negara yang 'dipengaruhi' Iran dengan warna hitam.
"Iran dengan agresif membangun kerajaan: Iran, Iraq, Suriah, Gaza, Yaman, dan lebih banyak lagi,” katanya.
Sebaliknya ia memuji Donald Trump atas sikap kerasnya pada Iran. Seperti diketahui Trump mengatakan bahwa pemerintahannya tidak akan pernah menerima Iran sebagai negara yang agresif dan menentang kekuatan nuklir Iran.
"Jika masalah tentang kesepakatan nuklir ini tidak diselesaikan, ia (Trump) akan meninggalkan kesepakatan dan melanjutkan sanksi-sanksi," kata Netanyahu.(ca)
Amerika pasti kalah..
ReplyDelete