Indonesian Free Press -- Iran bungkam soal 'perang rudal' antara negara itu dengan Israel, sebagaimana dilaporkan sejumlah media massa internasional Rabu petang (9 Mei). Ada indikasi, hal ini hanya propaganda Israel untuk mendorong Amerika lebih keras menekan Iran.
Sebagaimana pengamatan Indonesian Free Press (IFP) terhadap pemberitaan media semi resmi Iran, Press TV, tidak satupun berita yang menyebutkan tentang perang rudal tersebut. Dalam berita terbaru soal insiden terakhir di Suriah, Press TV hanya menulis berita berjudul 'Tentara Suriah mengklaim menghancurkan sebagian besar roket yang ditembakkan Israel'. Beberapa sub-judulnya pun tidak menyebutkan tentang perang roket antara Iran dan Israel. Alih-alih, Press TV hanya mengutip pernyataan pejabat Suriah, Hamas dan Rusia: 'Syrians unmoved by Israeli strikes', 'Foreign ministry: Israeli attacks mark 'new phase' in Syria crisis', 'Hamas: Israeli aggression proof of regime’s terrorist activities', 'Russia alarmed by Syria escalation'.
Padahal, media-media utama Barat ramai-ramai memberitakan perihal 'perang rudal' tersebut. BBC menulis: 'Israel Strikes Iranian Targets in Syria in Response to Rocket Fire'. CNN menulis: 'Netanyahu Says Iran 'Crossed the Red Line' after Israel Pound Iranian Targets in Syria'. The Guardians menulis: 'Israel Retaliate after Iran fires 20 Rockets at Army in Occupied Golan Heights'.
Terkait hal ini, media Rusia Sputnik News hari ini (11 Mei), menulis laporan tentang kemungkinan Israel sengaja melakukan provokasi untuk mendorong Amerika berperang melawan Iran. Mengutip pernyataan analis politik internasional Mark Sleboda, perkembangan terakhir dimana Israel dilaporkan terlibat 'perang rudal' melawan Iran dan Suriah, mengindikasikan bahwa Israel bermaksud untuk memancing peperangan melawan Iran dengan melibatkan Amerika.
"Apa yang paling diinginkan Benjamin Netanyahu adalah mendorong Amerika untuk memerangi Iran," kata Sleboda kepada Radio Sputnik, Kamis (10 Mei).
"Ada banyak orang-orang 'neocons' di Washington yang mengelilingi Presiden [Donald] Trump yang juga menginginkan hal yang sama," tambahnya.
Tidak lama setelah Presiden Trump mengumumkan keluarnya Amerika dari Perjanjian Nuklir Iran (Joint Comprehensive Plan of Action/JCOPA) pada hari Selasa (8 Mei), Israel langsung mengumumkan kondisi 'siaga perang' di Dataran Golan dengan menuduh Iran telah meningkatkan aktifitasnya di perbatasan utara Israel. Lebih jauh, Israel menuduh Iran tengah bersiap untuk melancarkan serangan rudal dan mengumumkan dibukanya bunker-bunker bawah tanah di Golan serta melakukan mobilitasi militer di wilayah tersebut.
Beberapa jam kemudian, Suriah menuduh Israel telah menembakkan rudal-rudal ke wilayah al-Kiswah di selatan Damaskus, yang oleh media-media barat disebut-sebut sebagai 'pangkalan militer Iran'.
"Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi (di Suriah) adalah suatu rekayasa (orchestrated)," kata Sleboda.(ca)
Waspada upaya provokasi, setingan dan sebagainya..
ReplyDeleteiran ndak boleh terpancing
ReplyDeletepola serangan israel sudah semakin dipahami orang, mereka melakukan saturasi dengan swarming Harop dan stand off missile, ini artinya sistem aa milik syria (yang sebagiannya hasil oprekan iran) bekerja dengan baik
Jaman dulu, israel cukup memakai jammer untuk membutakan aa syria, sekarang kliatannya sudah tidak cukup lagi, dan ini kalo berlanjut boleh dikatakan awal dari berakhirnya supermasi udara israel