Rosulullah melarang keras umatnya untuk menghina Tuhan-Tuhan umat lain dan merusak tempat-tempat ibadah mereka, atau mengganggu umat lain yang tengah beribadah. Ini karena akal sehat mengajarkan bahwa tindakan seperti itu hanya membawa kerusakan di muka bumi, dan Islam melarang keras tindakan-tindakan pengrusakan.
Namun para pemberontak Syria, sebagaiman juga para ekstremis salafi-wahabi, Al Qaida adalah para pembangkang ajaran Rosul, meski ironisnya mereka mengklaim diri sebagai penganut Islam paling benar. Mereka membunuhi warga minoritas Kristen dan menghancurkan gereja-gereja dalam aksi pemberontakannya terhadap regim Presiden Bashar al Assad.
Sebuah gambar yang dibuat oleh seorang wanita Kristen dari Kota Homs dan beredar di dunia maya mengkonfirmasi aksi-aksi brutal mereka terhadap kaum minoritas di Syria. Foto itu menunjukkan seorang anggota pemberontak berpose di depan gereja yang hancur dengan menggenggam salib serta mengenakan jubah pendeta yang dirampasnya dari gereja.
"Semua orang mengetahui bahwa merampas jubah itu adalah tindakan dosa. Pendeta adalah satu-satunya orang yang boleh mengenakannya. Mereka bahkan berdoa terlebih dahulu sebelum mengenakan jubahnya," kata seorang Kristen Syria setelah menyaksikan gambar tersebut.
Dengan segala kekurangannya Presiden Bashar al-Assad setidaknya memberi perlindungan kepada minoritas Kristen Syria. Tidak heran jika sebagian besar dari mereka menjadi pendukung Bashar, bukan saja karena kebaikannya, namun terlebih lagi karena kekhawatiran bahwa orang-orang fanatik yang mengaku penganut Islam yang tidak memiliki hati akan membantai mereka.
Di gereja-gereja yang hancur biasanya terdapat bendera-bendera Al Qaida berkibar. Bendera itu juga beredar di tengah-tengah aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan para pemberontak dan para "aktifis", yang biasanya hanya dilakukan oleh beberapa puluh orang namun kemudian diklaim oleh para "aktifis" sebagai aksi demo besar-besaran yang dihadiri oleh ribuan orang.
Bulan lalu kantor berita Perancis AFP mempublikasikan gambar yang menunjukkan seorang anggota pemberontak mengenakan kain bergambar bendera Al Qaida menemani para pengamat PBB di distrik Azzara, Homs.
Mengapa negara-negara barat, Amerika dan antek-antek zionis lain, yang mengaku tengah berperang melawan terorisme justru berbahu-membahu dengan para teroris sebagaimana terjadi di Syria saat ini, atau Libya beberapa waktu lalu? Tidak lain karena Al Qaida, juga gerakan salafi-wahabi, adalah bentukan zionisme internasional. Tidak heran jika mereka membuang jauh-jauh ajaran moral Rosul Muhammad S.A.W.
PEMBANTAIAN-PEMBANTAIAN LAGI OLEH PEMBERONTAK
Kekejian yang dilakukan oleh para pemberontak Syria sudah tidak bisa lagi disembunyikan, meski media-media massa "mapan" berusaha menutup-nutupinya mati-matian. Robert Fisk, wartawan senior yang biasanya sinis terhadap pemerintah Syria dan selalu menuduhnya sebagai pelaku kekejian di Syria, dalam tulisan terakhirnya di "Independent" akhirnya tidak lagi menuduh pemerintah Syria. Alih-alih kini ia menulis "mysterious semi-military ‘armed groups’" atas pelaku aksi-aksi kekejaman yang terjadi di Syria.
Pembantaian terakhir oleh para pemberontak dilaporkan terjadi di Desa Daret Azzeh yang berdekatan dengan perbatasan Turki. Wilayah ini merupakan daerah yang diduduki pemberontak cukup lama. Sebuah video yang muncul ke publik minggu lalu memperlihatkan puluhan mayat bergelimpangan di sekitar desa tersebut. Sebagian tampak bertumpuk-tumpuk, sebagian lain dibuang dalam galian yang dangkal. Beberapa mayat tampak mengenakan seragam militer Syria yang diklaim oleh "aktifis" yang menjadi narator video tersebut sebagai milisi pro-pemerintah.
Kantor berita Syria SANA menyatakan para pemberontak telah menculik dan membunuh setidaknya 25 orang di desa tersebut. SANA juga melaporkan bahwa sebagiand dari korban mengalami penyiksaan dan mutilasi. Belasan orang juga dilaporkan menghilang dari daerah itu dalam beberapa waktu terakhir. Pembantaian ini juga dilaporkan oleh LSM bentukan barat yang bermarkas di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights.
Aksi-aksi penculikan dan pembunuhan memang sering dilakukan para pemberontak tidak saja pada para personil militer Syria, namun juga masyarakat sipil yang menjadi pendukung Presiden Bashar al Assad. Mereka terutama berasal dari kalangan etnis minoritas Shiah, Kristen dan Alawit (penganut Islam yang memuliakan Ali bin Abi Thalib saudara dan menantu Rosulullah).
Media Jerman "Spiegel Online" pada bulan Januari lalu mewawancarai seorang anggota pasukan pemberontak yang mengaku biasa menyembelih musuh-musuh yang ditangkapnya. Dan bulan Mei lalu majalah terkenal Jerman "Frankfurter Allgemeine Zeitung" dengan tegas menyatakan bahwa pembantaian di Houla yang mengegerkan dunia beberapa waktu lalu, dilakukan oleh pemberontak. Para saksi mata sebagaimana ditulis dalam laporan media tersebut, menyebutkan bahwa korban pembantaian di Houla adalah masyarakat sipil dari kelompok minoritas Shiah dan Alawite.
Sumber:
"Syrian Rebels Ransack Christian Churches"; Paul Joseph Watson; Propaganda Matrix; 27 Juni 2012
"Anti-regime “rebels” accused of massacre in northern Syria"; Niall Green; WSWS.org; 25 JunI 2012
"Western agreement ‘could leave Syria in Assad’s hands for two more years’"; Robert Fisk; The Independent; 29 Juni 2012
No comments:
Post a Comment