Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki, pada hari Selasa (28/5) menyatakan tekadnya untuk menghancurkan jaringan teroris yang telah membunuh ratusan nyawa melalui serangkaian serangan bom sejak tgl 14 Mei.
“Kabinet telah mendiskusikan semua tantangan yang dihadapi oleh situasi keamanan dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menangani krisis ini. Kami telah bertekad untuk mengirim pesan bahwa kami siap menghadapi semua pelanggar hukum, tidak peduli pada afiliasinya, doktrin-doktrinnya serta partai politiknya," kata Maliki usai sidang kabinet membahas situasi keamanan Irak akhir-akhir ini yang dilanda rangkaian serangan teroris. Menurut Maliki, motif di balik serangan-serangan teroris tersebut adalah mengembalikan Irak ke jurang kehancuran.
"Kami akan memburu semua milisi dan gang yang berupaya memicu kerusuhan sektarian dan kekerasan yang telah melanggar garis merah," tambah Maliki.
Pada hari yg sama dengan pidato Maliki, sebanyak 27 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam berbagai serangan bom di seluruh Irak. Selama bulan Mei ini saja sebanyak 530 orang tewas dan 1.300 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan terorisme.
KONSPIRASI ZIONIS
Serangan-serangan terorisme yang melanda Irak akhir-akhir ini diyakini kuat digerakkan oleh kekuatan zionis internasional dengan tujuan melemahkan upaya konsolidasi kekuasaan Irak paska penarikan diri Amerika dan sekutu-sekutunya, karena kecenderungan Irak untuk mendekatkan diri dengan Iran. Mereka menggunakan kelompok-kelompok ekstremis terafiliasi dengan organisasi Al Qaida. Kelompok al-Nusra Front yang tengah terlibat pertempuran di Syria diketahui juga telah mengirimkan anggotanya ke Irak melalui Provinsi Anbar yang mayoritas dihuni oleh kelompok Sunni.
Saat ini konflik politik menjadi sangat keras, terutama di provinsi Anbar. Keamanan merupakan masalah sangat serius yang dihadapi pemerintah dan rakyat Irak. Namun di Anbar situasinya sangat rumit karena keberadaan teroris Al Qaida dan pemberontak Syria.
Menurut data PBB, bulan April menjadi bulan paling berdarah di Irak sejak Juni 2008. Pada bulan itu sebanyak 712 orang termasuk 161 polisi tewas akibat serangan-serangan teroris. Ini belum termasuk 1.633 orang yang mengalami luka-luka, di antaranya adalah 290 personil polisi. Serangan juga terjadi di kota-kota utama Baghdad dan Basrah dimana masjid-masjid dan perkampungan kaum Shiah menjadi sasaran utamanya.
Di sisi lain aparat keamanan juga telah berupaya untuk memerangi kelompok-kelompok ekstremis. Beberapa waktu lalu, dalam aksi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah di Falujah, tentara menyerbu perkemahan para demonstran yang disusupi teroris hingga menewaskan puluhan orang. Di kota Suleiman Beg, tentara juga menyerang para teroris yang menguasai sebuah pos polisi, sedang di kota Mosul tentara membunuh 31 orang teroris yang menguasai sebagian kota itu dan membutuhkan waktu 3 hari untuk membersihkan salah satu kota besar itu dari keberadaan para teroris.
Para teroris yang kini menyerang Irak adalah kelompok-kelompok yang sama yang kini berada di Syria. Mereka juga memiliki pendukung-pendukung yang sama: Amerika, Uni Eropa, Israel, Turki, Saudi Arabia dan Qatar. Agendanya sama, yaitu menghancurkan kekuatan poros anti-zionis yang ditulangpunggungi Iran, Hizbollah dan Syria. Sebagaimana diketahui Irak, paska penarikan pasukan Amerika, berubah haluan politiknya menjadi sekutu Iran. Itulah sebabnya Irak diobok-obok.
Menurut Hadi al-Amiri, seorang politisi Irak, bantuan yang diberikan oleh negara-negara pendukung pemberontak di Syria secara tidak langsung menjadi serangan terhadap Irak. "Pemberian uang dan senjata kepada Al Qaida di Syria oleh Turki dan Saudi merupakan bentuk deklarasi perang terhadap Irak. Senjata-senjata itu pada akhirnya akan dipergunakan melawan Irak," kata Amiri sembari menyebutkan bahwa Turki dan Qatar tidak serius membantu penyelesaian konflik Syria.
Irak memiliki semua alasan untuk mendukung pemerintah Syria, dan dalam berbagai bentuk sebenarnya telah diwujudkan seperti membiarkan pesawat-pesawat bantuan Iran mencapai Syria melalui Irak, menfasilitasi keterlibatan milisi-milisi Shiah Irak di Syria, hingga menyerang posisi-posisi pemberontak di perbatasan. Sebagian besar pemberontak Syria adalah kelompok-kelompok yang sama yang telah memerangi pemerintah Irak selama bertahun-tahun sebelum konflik Syria terjadi. Jika kelompok-kelompok itu menang di Syria, maka bisa dipastikan mereka akan mengalihkan perhatiannya ke Irak.
Atas alasan itu pula zionis internasional berupaya serius menciptakan ketidak stabilan di Irak, termasuk dengan melibatkan media-media massa Arab "penjilat pantat" zionis seperti al Jazeera dan al Arabiya. Dan tidak ada sesuatu yang paling efektif bagi agenda tersebut kecuali memicu permusuhan sektarian khususnya antara Sunni dan Shiah. Untuk itu mereka mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok takfiri-wahabi-salafi yang juga ingin memecah belah umat Islam.
(BERSAMBUNG)
REF:
"Iraq to Hunt down Terrorists behind Deadly Attacks"; almanar.com.lb; 29 Mei 2013
"Sectarian, terrorist plots fail in Iraq"; Yusuf Fernandez; Press TV; 25 Mei 2013
No comments:
Post a Comment