Memiliki kemampuan melacak 100 sasaran sekaligus dan menembak 12 sasaran sekaligus pada jarak 200 km dengan kecepatan hipersonik ditambah sistem pemandu yang menggunakan satelit atau program komputer yang tahan terhadap serangan elektronik, membuat sistem pertahanan rudal S-300 dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia. Dalam konflik Syria saat ini senjata tersebut bahkan dianggap sebagai "pengubah permainan" yang menentukan prospek konflik di Syria terkait isu pengiriman rudal-rudal tersebut oleh Rusia ke Syria baru-baru ini.
Isu tentang apakah Syria telah memiliki rudal-rudal tersebut akhir-akhir ini telah menjadi perhatian para analis militer dan politik internasional. Dan seolah menjawab semua teka-teki tersebut, Presiden Syria Bashar al Assad memastikan bahwa Syria telah memiliki senjata tersebut dan akan diperkuat lagi dengan pemasangan-pemasangan berikutnya.
Hal tersebut dikatakan oleh Bashar dalam wawancara dengan media Lebanon milik milisi Hizbollah, Almanar TV Kamis (30/5).
Menurut Bashar senjata S-300 yang dipasang merupakan pengiriman pertama dari Rusia yang akan segera disusul dengan pengiriman kedua dan pengiriman-pengiriman berikutnya. Bashar manyatakan bahwa negerinya akan membalas semua aksi militer yang dilakukan Israel.
Sebelumnya pada hari Selasa (28/5) Rusia menegaskan bahwa Rusia akan melanjutkan pengiriman rudal-rudal S-300 ke Syria. Tidak hanya itu, Rusia juga mempertimbangkan untuk membuka semua keran penjualan senjatanya ke Syria sebagai respon atas keputusan Uni Eropa mencabut embargo senjata untuk pemberontak.
SALING GERTAK
Deputi menlu Rusia Sergey Ryabkhov menyebutkan bahwa mengirimi Syria dengan senjata S-300 akan menjaga stabilitas dan mencegah intervensi asing di Syria. Ia juga menjamin bahwa senjata-senjata tersebut tidak akan bisa digunakan oleh para pemberontak.
Namun pengiriman tersebut tentu saja memicu reaksi keras Israel yang sudah pasti terancam dengan keberadaan senjata canggih yang mampu menembak jatuh pesawat-pesawat Israel di wilayah udaranya sendiri itu.
"Pengiriman senjata-senjata itu belum terjadi saat ini, dan saya harap tidak akan terjadi. Namun jika pun benar-benar terjadi, kami tahu apa yang harus dilakukan," kata menhan Israel Moshe Yaalon dalam wawancara dengan radio tentara Israel, Selasa (28/5). Yaalon tidak menepis kemungkinan Israel kembali melakukan serangan terhadap Syria.
Gertakan tersebut langsung dibalas oleh menlu Syria Walid al-Moallem. Dalam wawancara dengan televisi Lebanon al-Mayadeen hari Rabu (29/5), Al-Moallem menyatakan bahwa Syria tidak akan membiarkan agresi Israel bebas dari pembalasan.
"Pembalasan itu akan setara dengan agresi yang dilakukan dan tipe senjata yang sama akan digunakan," tambahnya.
Moallem menambahkan bahwa Syria akan hadir dalam konperensi internasional tentang Syria kedua di Genewa (Konpernsi Genewa II) tanpa prasarat apapun dan menegaskan bahwa Presiden Bashar al Assad akan tetap menjabat hingga pemilu mendatang yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.
"Dari sekarang hingga pemilu mendatang, Presiden Bashar al-Assad adalah presiden Republik Arab Syria," kata Moallem.
Menurut Moallem semua keputusan dalam konperensi Genewa II yang akan digelar bulan Juni, akan direferendumkan oleh pemerintah Syria sebelum diimplementasikan.
"Jika didukung oleh rakyat Syria, maka kita akan melaksanakannya," tegas Moallem.
KETERLIBATAN JIHAD ISLAM PALESTINA
Selain keterlibatan Hizbollah yang sudah terkonfirmasi, saat ini muncul dugaan keterlibatan kelompok Jihad Islam Palestina di medan perang Syria membela pemerintahan Bashar al Assad. Alasan hal itu tentu sangat masuk akal karena Jihad Islam adalah sekutu dekat Syria dalam perjuangannya melawan Israel. Dan alasan ini diperkuat dengan munculnya kabar tewasnya seorang komandan JIhad Islam di Syria saat bertempur bersama Hizbollah.
Sejauh ini kabar tersebut mendapat bantahan dari organisasi JIhad Islam Palestina. Dalam pernyataan persnya hari Selasa (21/5) Jihad Islam membantah terlibat dalam konflik di Syria dan menegaskan bahwa perjuangannya hanya ditujukan kepada Israel. Jihad Islam menuduh kabar tersebut merupakan upaya untuk menyeret organisasi tersebut ke dalam konflik di Syria.
"Perjuangan dan pertempuran kami adalah melawan zionis yang menduduki Palestina," demikian pernyataan tersebut.
Bantahan tersebut sebenarnya sama dengan bantahan Hizbollah tentang keterlibatan anggota-anggotanya dalam konflik Syria. Namun seiring berjalannya waktu dan konflik menuju ke titik penentuan dan cukup banyak bukti yang tidak bisa disembunyikan, Hizbollah akhirnya mengakui keterlibatannya. Hal yang sama sangat mungkin terjadi dalam kasus Jihad Islam Palestina.
Untuk saat ini blog ini percaya bahwa secara de facto Jihad Islam terlibat dalam konflik di Syria, meskipun secara de jure tidak.
Bersama Hamas, Jihad Islam merupakan 2 organisasi Palestina yang masih setia memilih jalur "perlawanan bersenjata" terhadap pendudukan Israel atas Palestina. Namun dalam konflik Syria kedua memilih jalur berbeda. Hamas memilih mendukung pemberontak dan memindahkan kantor perwakilan luar negerinya dari Damaskus, Syria. Sedangkan Jihad Islam memilih tetap tinggal di Damaskus.
Alasan Hamas bisa diduga karena pragmatisme semata. Dengan berkuasanya kelompok Ikhwanul Muslimin yang merupakan organisasi "induk" Hamas, di Mesir, Hamas berharap dukungan terhadap perjuangan Palestina akan semakin kuat. Namun tampak sangat jelas bahwa Ikhwanul Muslimin di Mesir sendiri tidak berdaya menjalankan agenda-agendanya meski telah banyak melakukan kompromi dengan kekuatan-kekuatan pro-zionis. Hamas harus gigit jari karena Ikhwanul Muslimin tidak mampu pembuka blokade atas Gaza meski telah bersedia menerima "jerat IMF" yang diulurkan zionis internasional.
Akibat sikapnya atas Syria itu Hamas mengalami kemunduran dalam hubungannya dengan Iran yang merupakan pendukung terkuat Hamas selama ini. Sebaliknya Iran kini lebih menfokuskan dukungannya kepada Jihad Islam. Hal ini tampak saat invasi 8 hari Israel atas Gaza beberapa bulan lalu, Jihad Islam berhasil menembakkan rudal-rudal jarak menengah Fajr-5 buatan Iran yang sebelumnya tidak dimilikinya. Akibat serangan tersebut Israel langsung menghentikan serangan karena takut rudal-rudal Fajr-5 menimbulkan kahancuran lebih parah atas kota-kota Israel.
REF:
"Syria already in possession of Russia's S-300 system: President Assad"; Press TV; 30 Mei 2013
"Moscow Insists S-300 Prevents Intervention in Syria, Zionists Warn"; almanar.com.lb; 28 Mei 2013
"Al-Moallem: Syria Won’t Let any Israeli Aggression Unanswered"; almanar.com.lb; 30 Mei 2013
"Islamic Jihad Denies Involvement In Syrian Clashes"; Press TV; 22 Mei 2013
mundurnya hamas dari satelit iran sangat disesalkan, namun itulah dunia-boleh berubah, saat ini tidak diketahui di manakah khalid masyal setelah berhijrah ke qatar,suaranya semakin krg didengar
ReplyDelete