Setelah kabar pertikaian antara kelompok Free Syrian Army (FSA) melawan kelompok-kelompok teroris terafiliasi Al Qaida di Syria, kini muncul kabar tentang pertikaian antara kelompok-kelompok Al Qaida, dalam hal ini antara Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dengan Al Nusra Front (ANS). Ironisnya, pertikaian ini berkutat sekitar masalah sepele, yaitu perbedaan nama "Front" dengan "State". Sebagian anggota ANS dikabarkan telah membelot ke kelompok ISIS karena menganggap nama "State" atau negara, lebih afdhol daripada "Front".
Meski konflik antara kedua kelompok teroris ini belum sampai pada tahap konflik bersenjata besar-besaran sebagaimana terjadi antara FSA dengan ISIS dan ANS, namun mengingat watak "keras" di antara personil kedua kelompok tersebut yang tidak segan-segan saling membunuh hanya karena masalah harta jarahan, diperkirakan hal itu akan berubah menjadi konflik bersenjata.
Dikabarkan karena perselisihan tersebut ISIS telah menahan bantuan senjata dan uang yang seharusnya diterima ANS dari negara-negara sponsor pemberontakan Syria. Upaya untuk menengahi perselisihan tersebut oleh para sheikh wahabi sejauh ini selalu mengalami kegagalan karena kekerasan sikap pemimpin ISIS Sheikh Abu Bakr al-Baghdadi. Menyusul perintah pemimpin Al Qaida Ayman "Bintang Daud" Zawahiri (blogger memberi nama tengah "Bintang Daud" karena Ayman pernah berpidato di depan dinding berlapis kain bermotif simbol negara Israel itu) kepada al-Nusra Front untuk tetap pada posisinya dan ISIS untuk menarik pasukannya ke pangkalan, Baghdadi menolaknya.
"Negara (ISIS) akan tetap (dalam posisi)!" kata Baghdadi.
Perselisihan antara keduanya betapapun telah menimbulkan "gesekan" bersenjata di lapangan. Hal ini mendorong pemimpin ISIS untuk menolak berdialog dengan komandan al-Nusra Front Sheikh Abu Mohammed al-Golani. ISIS mengecam Golani sebagai "buronan yang melarikan diri dari negara Islam." Jubir ISIS Abu Mohammed al-Adnani juga menuduh Golani telah menebarkan perpecahan di antara mujahidin, ups, maksud saya (blogger) mujahilin.
Menyusul pertikaian tersebut ISIS memutuskan untuk menghentikan semua bantuan yang sebelumnya selalu diterima al-Nusra Front melalui mereka.
Menurut sumber-sumber di kalangan mujahilin Syria, sumber keuangan utama ISIS selain tebusan tawanan yang mereka tangkap secara acak atau sistematis, adalah minyak dari ladang-ladang minyak yang mereka kuasai di Irak. Selain itu mereka juga menguasai beberapa ladang minyak di al-Raqqa dan Deir al-Zour di Syria. Hal itulah yang menjadi sumber awal perselisihan dengan al Nusra yang telah eksis lebih dahulu namun secara perlahan tergeser oleh pengaruh ISIS. Meski sebagian besar anggota Al Nusra masih tetap setia, namun ratusan anggota lainnya dikabarkan telah membelot ke ISIS.
"Bendera yang dibawa oleh "negara" lebih besar daripada "front", sehingga ISIS lebih bernilai sebagai pemimpin," kata para mujahilin yang membelot.
Menurut sumber-sumber dari kalangan mujahilin, untuk memecahkan permasalahan ini Dewan Syura Tertinggi Al Qaida telah mengadakan pertemuan untuk menetapkan apakah ISIS termasuk bagian dari organisasi induk, atau sebagai kelompok independen.
Meski sebagai kelompok "resmi" Al Qaida dan didukung Ayman, Al-Nusra Front kini mengalami krisis finansial.
REF:
"Syria: ISIS Orphans al-Nusra Front, Cutting Its Funding"; Radwan Mortada; AL AKHBAR; 10 Oktober 2013
sungguh aneh ada satu kumpulan menginginkan kembalinya bani umayyah
ReplyDeleteperjuangan apakah ini,,