Iran menyatakan kesiapannya membantu Irak dalam upayanya menumpas pemberontakan para teroris yang saat ini telah menduduki kota Falujjah dan kota Ramadi, 2 kota di Provinsi Anbar yang dilanda kerusuhan hebat dalam beberapa hari terakhir.
Pernyataan kesiapan Iran tersebut disampaikan oleh Wakil Kastaf Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Mohammad Hejazi, di Teheran, Minggu (5/1), menanggapi berbagai laporan media yang menyebutkan bahwa Iran telah membantu pemerintah Irak untuk menumpas pemberontakan di Anbar, provinsi terbesar Irak yang berbatasan dengan Syria dan Jordania.
"Belum ada diskusi tentang operasi bersama antara Iran dan Irak melawan para teroris takfiri, namun jika pemerintah Irak membutuhkan peralatan dan konsultasi, kami akan membantu mereka," kata Hejazi.
Beberapa media Irak sebelumnya menyebutkan bahwa Iran dan Amerika telah mengirimkan tentaranya untuk membantu penumpasan pemberontak kelompok-kelompok takfiri yang berafiliasi dengan Al Qaida.
Kerusuhan di Anbar bermula setelah aparat keamanan Irak membubarkan aksi duduk para pendemo anti pemerintah di Ramadi pada tgl 30 Desember lalu, yang oleh pemerintah dituduh telah menjadi markas kelompok-kelompok Al Qaida. Dalam aksi pembersihan terpisah yang dilakukan sebelumnya, aparat keamanan juga menangkap beberapa politisi oposisi pendukung aksi demonstrasi dan menghancurkan beberapa markas teroris takfiri di Anbar.
Aksi pembubaran demonstrasi tersebut langsung saja menyulut terjadinya pemberontakan bersenjata oleh ribuan personil militan yang terafiliasi dengan Al Qaida seperti kelompok ISIL dan Al Nusra yang juga aktif terlibat dalam pemberontakan di Syria.
Untuk meredakan ketegangan, personil militer Irak pun ditarik dari Falujah dan Ramadi dan menyerahkan keamanannya kepada polisi dan milisi-milisi dari suku-suku yang pro-pemerintah. Namun penarikan tersebut justru memancing pemberontakan yang lebih besar. Setelah melalui pertempuran sengit yang menewaskan lebih dari 100 orang para hari Jumat (3/1), kota Falujah dan Ramadi pun dinyatakan jatuh ke tangan pemberontak.
MILITER IRAK SIAP REBUT KEMBALI FALUJAH
Sementara itu pemerintah Irak menyatakan kesiapan operasi militer besar-besaran untuk merebut kembali Falujah dan wilayah-wilayah lain yang dikuasai pemberontak.
"Militer Irak tengah bersiap untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap Fallujah," kata seorang pejabat senior Irak kepada media Perancis AFP.
Selain persiapan tersebut, pejabat yang sama menyebutkan bahwa pasukan-pasukan khusus Irak telah melakukan operasinya di Fallujah.
Pendudukan Fallujah dan Ramadi (ibukota Provinsi Anbar yang terletak lebih jauh di sebelah barat ibukota Baghdad. Fallujah berjarak sekitar 60 km dari Baghdad) merupakan pendudukan kota besar yang pertama dilakukan para militan sejak invasi pasukan Amerika tahun 2003 dan penarikan mereka akhir tahun 2011. Saat ini tentara Irak telah berada di sekitar Fallujah dan membiarkan penduduk untuk meninggalkan kota sebelum dimulainya serangan.
Pada hari Minggu (5/1) Menlu Amerika menyatakan niatnya untuk memberikan bantuan kepada Irak, namun membantah rumor yang menyebutkan keberadaan militer Amerika di Irak atau keinginan Amerika untuk kembali ke Irak.
"Kami tidak pernah tergoda untuk kembali, kami tidak tergoda untuk menempatkan kembali pasukan kami di sana. Ini adalah peperangan mereka (Irak)," kata Kerry kepada wartawan di sela-sela kunjungannya ke Jerussalem untuk bertemu para pejabat Israel.
"Namun kami akan membantu mereka dalam peperangan. Kami akan melakukan apapun untuk membantu mereka (melawan teroris)," tambah Kerry.
REF:
"Iran ready to help Iraq fight al-Qaeda: Iranian cmdr"; Press TV; 5 Januari 2014
"Iraqi Army Prepares for ’Major Attack’ to Retake Fallujah"; ALMANAR.COM.LB; 5 Januari 2014
berbahagialah orang iraq yang berjuang menumpaskan khawarij...bukankan imam Ali telah diperintahkan sedemikian memerangi mereka di Nahrawan,,namun kaun ini masi dalam sulbi sulbi yang tak henti henti mengobar kekacauan..zaman berzaman
ReplyDelete