Tersangka utama pemboman kedubes Iran di Lebanon bulan November lalu akhirnya dinyatakan meninggal dunia di dalam tahanan. Pengumuman kematian tersangka pemimpin kelompok teroris Abdullah Azzam Brigades asal Saudi bernama Majid al-Majid tersebut disampaikan oleh militer Lebanon, Sabtu (4/1).
Menurut pengumuman tersebut, tersangka meninggal di rumah sakit militer di Beirut akibat "kesehatannya yang memburuk". Sebelumnya ia ditangkap oleh inteligen militer Lebanon pada hari Kamis (2/1).
Tidak ada kasus penangkapan yang lebih menghebohkan sekaligus misterius dari penangkapan terahadap Majid al-Majid karena keterlibatannya dalam serangan teroris yang menewaskan 25 orang termasuk seorang pejabat diplomat Iran 2 bulan lalu. 2 negara yang "berkepentingan" dengan kasus ini, Iran dan Saudi, langsung bereaksi cepat terhadap kasus ini. Kedua negara meminta pemerintah Lebanon untuk dilibatkan dalam penyidikan terhadap Majid.
Namun pada saat yang sama berita-berita seputar penangkapan Madjid serta kondisi kesehatannya juga simpang siur. Menurut beberapa sumber yang beredar Madjid ditangkap oleh inteligen militer, bukan oleh aparat kepolisian, atau oleh Dinas Inteligen yang diketahui sebagai kepanjangan kelompok Suni yang menjadi pelindung Majid. Ia ditangkap saat berada di dalam ambulan yang hendak membawanya ke sebuah rumah sakit setelah seorang petugas medik memberitahukan keberadaan Majid kepada palang merah.
"Pada tgl 27 Desember 2013, rumah sakit dimana Majid dirawat mengontak Palang Merah untuk mengatur pemindahannya ke rumah sakit lain, namun aparat dari inteligen militer menyergab ambulan dan menangkap Majid," kata seorang sumber inteligen kepada kantor berita Lebanon Al Akhbar yang dekat dengan kelompok-kelompok "Perlawanan" yang dipimpin Hizbollah. Menurut sumber tersebut baik pihak Palang Merah maupun awak medis yang merawatnya tidak mengetahui bahwa pasien mereka adalah seorang buronan terorisme.
Penangkapan Majid oleh inteligen militer dan bukannya oleh Dinas Inteligen sebelumnya sempat memberi harapan bagi terbongkarnya kedok jaringan terorisme, yang sejak keterlibatan Hizbollah dalam konflik Syria pertengahan tahun lalu meningkatkan aktifitasnya dengan berbagai serangan teoris yang menewaskan puluhan orang. Namun kesehatannya yang buruk dengan kondisi ginjalnya yang membutuhkan perawatan rutin membuat harapan tersebut meredup.
Sebelum dinyatakan meninggal, pada Hari Jumat (3/1) atau sehari setelah penangkapan, kondisi kesehatan Majid memburuk dan dikabarkan berada dalam kondisi koma. Seorang penyidik yang tidak disebutkan namanya memberikan informasi kepada Al Akhbar bahwa penyidikan terhadap Majid ditunda karena alasan kesehatan dan Majid berada di bawah pengawalan ketat di rumah sakit militer Baabda, Beirut.
Reaksi keras atas meninggalnya Majid tentu muncul dari Iran yang berharap banyak Majid bisa membongkar jaringan di belakangnya. Meski pemerintah Iran hanya menyatakan tekadnya untuk terus mencari keadilan atas serangan bom di kedubesnya di Lebanon melalui jalur pengadilan internasional, seorang anggota parlemen Iran Mohammad Hasan Asfari, tidak bisa menyembunyikan tuduhannya terhadap Saudi Arabia. Kepada Al-Alam TV, Minggu (5/1), Asfari menuduh bahwa Saudi harus bertangungjawab atas kematian Majid. Menurutnya, Saudi sangat khawatir bahwa Majid akan membongkar keterlibatan Saudi dalam berbagai aksi terorisme yang terjadi tidak saja di Lebanon, tapi juga di Syria dan Irak. Menurut Asfari, pembunuhan Majid juga menutup informasi tentang rencana-rencana serangan terorisme yang telah dipersiapkan.
"Bahkan jika cerita itu (kematian Majid karena penyakit) benar, hal itu tidak akan mengendurkan kami untuk mengejar kasus ini secara legal di pengadilan internasional," kata jubir kemenlu Iran Marzieh Afkham dalam keterangan persnya hari Sabtu (4/1).
“Republik Islam Iran yang menjadi korban utama dari serangan teroris itu menuntut para pelaku dan dalang di belakang serangan itu dibongkar, diadili dan dihukum," tambahnya.
Sementara menteri inteligen Iran Mahmoud Alavi mengatakan bahwa kematian Majid "mencurigakan".
"Kami tidak memiliki informasi yang pasti tentang masalah ini, namun kematiannya adalah mencurigakan," kata Alavi.
"Membiarkan Majid mati atau tidak melakukan usaha serius untuk membuatnya tetap hidup adalah sebuah kejahatan besar sebagaimana kejahatan-kejahatan yang dilakukan Majid dan teman-temannya. Terlebih, meski dalam kondisi sakit, Majid masih menjalin komunikasi dengan kelompok-kelompok kecil yang ditugaskan melakukan serangan-serangan terhadap Hezbollah dan tentara Lebanon di seluruh negeri. Orang ini kemungkinan mengetahui segala informasi tentang database target-target sasaran serangan teroris yang telah ditetapkan. Namun lebih daripada itu ia memegang rahasia-rahasia paling penting tentang hubungannya dengan negara-negara Arab dan barat dan lembaga-lembaga inteligen, khususnya agen-agen Saudi yang berada di Lebanon dan Irak," tulis wartawan senior Lebanon Ibrahim al-Amin di Al Akhbar hari Sabtu (4/1).
REF:
"Ailing Saudi jihadist dies in Lebanese custody: army"; al Akhbar; 4 Januari 2014
"Detained Abdullah Azzam Brigades chief "in poor health""; al Akhbar; 3 Januari 2014
"Iranian MP Accuses Saudi of Murdering Al-Majed"; almanar.com.lb; 4 Januari 2014"Iran Says Suspect Death Would Not Disparage IR from Legal Action"; almanar.com.lb; 4 Januari 2014
No comments:
Post a Comment