Ketika tentara pemberontak berhasil menyusup ke ibukota Damaskus dan melakukan serangan dadakan yang menyebabkan tewasnya 4 orang pejabat tinggi keamanan Syria tgl 18 Juli lalu, melalui media-media massa barat mereka berteriak lantang tentang "Perang Pembebasan Damaskus" dan menyebut offensif mereka sebagai "gerakan yang tidak tertahankan". Namun hanya dua hari kemudian keberadaan mereka di Damaskus tidak lagi terlihat kecuali tumpukan mayat mereka di tempat-tempat persembunyian beserta senjata dan perlengkapan mereka yang tidak sempat dibawa kabur.
Pada tgl 20 Juli televisi pemerintah Syria, "Syrian TV" melaporkan bahwa tentara Syria telah berhasil membersihkan Damaskus dari para pemberontak, terutama di kawasan Al Midan dan Qaboun tempat para pemberontak berkonsentrasi. Selain membunuh pemberontak di tempat-tempat persembunyiannya, tentara menyita sejumlah besar senjata dan perlengkapan militer pemberontak. "Syrian TV" menyebut para pemberontak yang tewas tersebut sebagai "teroris-teroris dari negara-negara Arab".
Laporan "Syrian TV" yang menunjukkan para tentara di sub-distrik Al Zahra di Al Midane menyebutkan bahwa tentara telah membersihkan kawasan tersebut dan meminta penduduk yang mengungsi untuk kembali pulang. Dalam hal ini keberhasilan gemilang tentara membersihkan Damaskus telah mengembalikan kepercayaan para pendukung pemerintah Syria. Dan sebaliknya bagi para pemberontak, kegagalan mereka dalam "Perang Pembebasan Damaskus" membuat posisi mereka tersudut dan harapan mereka serta para pendukung mereka semakin kabur.
Sempat "shock" dengan serangan ribuan pemberontak ke jantung ibukota, tentara Syria kini berada pada puncak semangatnya. Sebagian dari tentara itu mengatakan bahwa kematian menhan Syria dan pejabat-pejabat tinggi militer Syria telah membuat mereka diliputi semangat untuk membalas dendam. Sebagian lain menyebut keberadaan pemberontak asing membuat mereka bersemangat untuk mengusirnya dari bumi Syria.
"Negeri ini terlarang bagi tangan-tangan asing yang ingin menghancurkan kami. Tangan-tangan itu akan kami potong tanpa ampun," kata seorang perwira militer Syria yang diwawancarai "Syrian TV".
"Ini adalah negeri kami, hancurlah Qatar!" kata prajurit lainnya merujuk pada Qatar yang menjadi pendukung utama pemberontak.
"Kami di sini untuk mempertahankan negeri kami, rakyat kami dan darah kami. Kami akan mengorbankan diri kami untuk Syria. Di sini, hanya Tentara Arab Syria yang boleh berada. Negeri ini adalah milik kami dan kamilah yang menguasai tanah ini?" seru prajurit lainnya lagi.
PERTEMPURAN HARI KAMIS
Hari Kamis tgl 19 Juli, atau sehari setelah pemberontak menyerbu Damaskus, menjadi pertempuran yang paling mematikan. Suara tembakan dan ledakan terjadi dan asap mengepul di mana-mana. Penduduk pun berlarian untuk mengungsi dari tempat-tempat terjadinya pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah.
Koresponden "Russia Today" Maria Finoshina melaporkan bahwa pertempuran hari Kamis itu adalah pertempuran paling hebat yang ia saksikan selama di Syria. Namun pertempuran telah berhenti pada malam harinya, dan keesokan harinya kehidupan mulai normal kembali di Damaskus.
“Orang-orang masih datang ke kafe-kafe dan toko-toko masih tetap buka," lapor Maria dalam medianya.
PERTEMPURAN DI TEMPAT LAIN
Pada saat yang sama dengan pertempuran di Damaskus, tentara pemerintah Syria merebut kembali beberapa area kunci di sejumlah tempat di Syria yang dikuasai pemberontak hingga bahkan koran Perancis "Le Figaro" pun menyadari bahwa tentara pemerintah telah berhasil mengalahkan pemberontak.
“Tentara Bashar al Assad menghancurkan pemberontak di Douma di dekat Damaskus, dibombardir untuk pertama kalinya pada hari Kamis, di sebuah kawasan di ibukota, Kfar Sousseh, dan melancarkan serangan mematikan di Al-Treimseh, membunuh lebih dari 100 tentara pemberontak," tulis "Le Figaro".
Tentara pemerintah juga merebut kembali wilayah Silqin di Idlib serta merebut kembali area al-Bukamal dekat perbatasan Irak sebagaimana juga wilayah Bab al-Hawa, sebuah kota dekat perbatasan Turki.
SERANGAN TERORIS HARI RABU
Beberapa hari lalu media-media massa barat didominasi oleh pemberitaan seputar serangan di Damaskus tgl 18 Juli yang menewaskan menhan Jendral Daoud Rajha, saudara ipar presiden Assef Shawkat serta melukai menteri keamanan dalam negeri Mohammad Ibrahim al-Shaar dan beberapa pejabat keamanan lainnya.
Menurut keterangan menteri penerangan Syria, Omrane Zoebi, serangan tersebut adalah "serangan teroris yang dirancang oleh dinas-dinas inteligen negara-negara yang memusuhi Syria". Ia menyebut serangan tersebut sebagai "bab teakhir konspirasi Amerika-Israel terhadap Syria."
Serangan tersebut dengan cepat mendapat sambutan media-media massa anti-Syria seperti "Al Jazeera", "Al Arabiyya" dll untuk meningkatkan kampanye disinformasi mereka. Media-media itu mengklaim bahwa serangan telah turut menewaskan Kepala Dewan Keamanan Nasional Jendral Hassan Makhlouf, yang ternyata dibantah. Mereka juga mengklaim bahwa wapres Farouk al-Shara telah membelot, dan ternyata juga terbantahkan. "Al Jazeera" juga melaporkan terjadinya ledakan-ledakan di markas Divisi IV Tentara Syria yang dipimpin oleh saudara kandung presiden Jendral Maher Al-Assad, yang ternyata juga bohong.
Maksud dari kampanye disinformasi itu adalah jelas yaitu menggambarkan seolah Presiden Bashar al Assad telah kehilangan kontrol atas negerinya sehingga membuat moral tentara Syria anjlok. Pada saat yang sama para pemimpin negara-negara Eropa mengatakan bahwa "keadaan menunjukkan pentingnya terjadi peralihan kekuasaan". Bahkan menlu Amerika Hillary Clington, yang dalam beberapa bulan terakhir tidak lagi "berani" mengatakan "kejatuhan Bashar al Assad", kembali mengatakan keyakinannya bahwa Bashar al Assad akan jatuh.
Keriangan bahkan sempat menghinggapi para pejabat Israel setelah terdengarnya berita penyerbuan Damaskus tgl 18 Juli. Koresponden TV Arab "Al-Mayadine" dan editor kantor berita Palestina "Maan" di Tepi Barat, Nasser Lahham, melaporkan bahwa televisi-televisi Israel melaporan berita penyerbuan pemberontak di Damaskus dengan gembira. Mereka menambahkannya dengan spekulasi kejatuhan segera Presiden Bashar.
Presiden Israel Shimon Peres tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya mendengar berita serangan pemberontak di Damaskus. "Setelah kejatuhan regim Assad, kami akan menjalin hubungan bersahabat dengan Syria," katanya tanpa menyinggung wilayah Syria yang masih diduduki Israel, Dataran Golan. Pertemuan khusus kabinet Israel bahkan diadakan untuk membahas situasi Syria paska penyerangan.
Sementara itu Syrian National Council (CNS), kelompok koalisi oposisi Syria terbesar yang didukung Israel, barat dan negara-negara Arab badui (Saudi, Qatar dll) menyatakan bahwa "hari-hari mendatang akan menjadi hari-hari yang menentukan" dan menyerukan rakyat Syria untuk "mempersiapkan diri menyambut kejatuhan Bashar al Assad".
REAKSI PEMERINTAH
Presiden Bashar al Assad bertindak cepat dengan langsung mengangkat Jendral Fahd al-Freij yang menjabat kepala staff angkatan bersenjata, menjadi menteri pertahanan baru. Dalam pidato pengangkatan Bashar menugaskan Jendral Fahd untuk melakukan langkah-langkah cepat dan serius untuk "membersihkan para teroris". Jendral Fahd menyambut tugas itu dengan sigap.
"Aksi teroris ini telah memperkuat semangat kami untuk membersihkan kantong-kantong gerombolan teroris," kata Jendral Fahd kepada media Syria usai dilantik. Setelah ucapan itu operasi pembersihan pemberontak pun dilakukan di Damaskus yang ternyata hanya membutuhkan waktu sehari saja.
ANALISIS PAKAR
Beberapa pakar militer mengatakan kepada media-media Arab bahwa serangan pemberontak tgl 18 Juli gagal menghancurkan kekuatan pemerintah. Seorang di antaranya, Pierre Khalaf, pimpinan "Centre for Strategic Arab and International Studies" yang berkantor di Beirut, mengatakan, kekuatan militer pemberontak tidak sebanding dengan kekuatan pemerintah.
"Rencana pemerintah Syria adalah menghancurkan kantong-kantong pemberontak, yang kekuatannya ditaksir sekitar 7.000 gerilyawan bersenjata. Mereka juga merencanakan untuk menguasai sepenuhnya wilayah-wilayah perbatasan. Setelah menguasai kembali Damaskus dan sekitarnya dimana pemberontak menyimpan sejumlah besar senjata dan amunisi serta membangun klinik-klinik bawah tanah yang dilengkapi ruang operasi, perhatian kini ditujukan ke Homs, untuk melumpuhkan pemberontak sekaligus menguasai kembali kawasan-kawasan yang masih dikuasai pemberontak. Pada saat bersamaan operasi besar-besaran dilancarkan di wilayah perbatasan Turki dimana sejumlah besar senjata, uang dan personil pemberontak disusupkan ke Syria. Situasi yang dihadapi pemberontak telah sampai pada titik terlemah dan terpecah-pecah," kata Khalaf.
Mengenai klaim tentang kemajuan yang diraih pemberontak, Peter Khalaf balik bertanya: "Apakah klaim itu realistik? Tampak jelas bahwa pemberontak berada dalam posisi bertahan di mana-mana, dan setiap konfrontasi dengan tentara pemerintah mereka selalu mengalami kekalahan hebat. Dan kami berani mengatakan bahwa tentara pemerintah, dengan dukungan Rusia dan Cina, tidak akan menghentikan serangan mereka."
Sumber:
"Syrian Army defeats Israel-backed terror gangs in Damascus"; Yusuf Fernandez; almanar.com.lb; 21 Juli 2012
Terus Up-Date beritanya Gan ... untuk mengimbangi CNN perlu terus menerus mengUP-Date berita dari pihak suriahnya sendiri atau juga dari al mannar :-) lanjutkan
ReplyDeleteOKE FRIEND
ReplyDelete