Wednesday, 30 March 2011
IBU DAN ANAK YANG MEMENANGKAN BANGSA ARAB
Hari ibu, yang di Amerika dirayakan dengan "launching" sebuah film populer tentang para ibu yang bercinta dengan teman lelaki anak-anaknya, di Tunisia memiliki makna yang jauh lebih mulia. Di negeri inilah dua orang ibu rumahtangga telah berhasil membimbing putra-putranya untuk menjadi pejuang kebenaran yang berhasil menumbangkan para penguasa jahat dan menyebarkan apa yang akan dicatat dalam sejarah nanti sebagai "Revolusi Bangsa-bangsa Arab".
Adalah Suhaila, seorang wanita sederhana, ibu rumah tangga dari sebuah keluarga seorang pejuang pergerakan Islam Nahda Movement yang ditahan pemerintahan presiden Ben Ali sejak tahun 1991 hingga 2008. Selama waktu itu Suhaila harus menghidupi tiga orang anaknya sendirian. Setiap hari bekerja sebagai guru di sebuah sekolah organisasi kewanitaan di kotanya, Sousa. Kemudian seminggu sekali ia berjalan sejauh 300 km untuk menjenguk suaminya di tahanan.
Tidak hanya perjuangan memenuhi kebutuhan jasmani, Suhaila juga harus membimbing anak-anaknya menjadi muslim yang ta'at sekaligus pribadi-pribadi yang tangguh.
"Saya mengajarkan anak-anak untuk tidak takut berkata tidak pada penguasa jahat. Penahanan suami saya memberikan kami momentum untuk meneruskan perjuangannya meski berbagai tekanan menghampiri kami," kata Suhaila kepada wartawan Almanar Lebanon, beberapa waktu lalu.
Kesabaran dan ketangguhan Suhaila pun terbalaskan. Anak-anaknya, Maath (25), Maryam (23) dan Sara (21) tumbuh menjadi pribadi-pribadi mulia yang menyayanginya dengan sepenuh hati.
“Untuk ibu terkasih”, tulisan di selembar kartu ucapan selamat pada hari-hari tertentu adalah salah satu bentuk kecintaan anak-anak Sulaila kepadanya, menjadi satu dari sedikit penghibur yang sangat berarti dalam menjalani kehidupannya yang berat.
Pesan yang disampaikan Suhaila kepada para ibu yang keluarganya menjadi korban kekejaman para tiran dan penguasa jahat, "Suatu hari Anda menjadi seorang ibu sekaligus ayah, maka teruskanlah perjuangan dan jangan menjadi lemah. Peran Anda tidak boleh berhenti bagi anak-anak dan suami, namun Anda harus terus membesarkan pejuang-pejuang kecil untuk menempuh jalan perjuangan dan Insya Allah kita akan menang."
Aksi-aksi demo yang berhasil menumbangkan regim Ben Ali dan kini dampaknya meluas ke seluruh penjuru Arab, tidak bisa tidak dipelopori dan dilakukan oleh para pemuda-pemudi pejuang sebagaimana putra-putri Suhaila.
Dan tentu saja adalah Mohammad El-Bouazizi, pemuda yang melakukan aksi bakar diri dan menjadi pemicu Revolusi Tunisia. Ia juga memiliki seorang ibu pejuang yang membesarkannya dan 4 saudaranya yang lain, sendirian, setelah sang ayah meninggal saat El-Bouazizi berumur 3 tahun.
"Jika ia pulang ke rumah di malam hari, ia belum akan tidur sebelum menemui saya. Dan jika saya telah tertidur, ia akan datang mendekat dan memberikan sebuah ciuman. Ia tidak pernah keluar rumah sebelum berpamitan dan meminta restu kepada saya," kata Manoubiyeh, ibu El-Bouazizi dalam wawancara di desa dekat Sidi Bouzeid.
Dan pada hari itu, Jumat 17 Desember 2010, Manoubiyeh akan mengenangnya sebagai hari yang paling menyedihkan hatinya namun juga hari yang membuatnya bangga. Hari itu adalah hari terakhir El-Bouazizi berpamitan kepadanya. Hari itu El-Bouazizi menyiram dirinya dengan bensin dan membakar diri setelah dirinya diusir dan dihina oleh para polisi saat hendak berjualan buah-buahan dan sayur-sayuran di depan kantor pemerintah setempat.
18 hari setelah peristiwa itu kematiannya memicu Revolusi Tunisia, menumbangkan regim diktator Mubarak di Mesir, dan kini menyebar ke seluruh Arab.
Ref:
"Mothers Make Glory of Nations"; almanar.com.lb; 27 Maret 2011
SEKOLAH AMAL MADONNA BANGKRUT
Impian Madonna, penyanyi top Amerika, untuk membangun sekolah amal untuk para wanita di wilayah terbelakang Malawi, Afrika, runtuh setelah jutaan dolar dana yang dikucurkannya untuk sekolah itu digelapkan para pengelolanya. Tidak kurang dari $3 juta dana pendirian sekolah itu lenyap tak berbekas digunakan para pengelola sekolah untuk berfoya-foya. Demikian laporan koran Inggris, Daily Mail, 26 Maret lalu mengutip keterangan perusahaan auditor yang dibayar untuk mengaudit keuangan sekolah tersebut.
Di antara dana yang digelapkan itu adalah sumbangan beberapa selebritis seperti Tom Cruise dan Gwenieth Paltrow. Madonna sendiri telah mengeluarkan dana tidak kurang dari $13 juta untuk sekolah itu. Akibat skandal itu Madonna terpaksa membatalkan proyek tersebut.
Beberapa tahun lalu Madona mendirikan yayasan "Raising Malawi" bersama pacar seorang mantan pelatih fisiknya, untuk melakukan berbagai kegiatan amal di Malawi, negeri miskin Afrika yang disukai Madonna. Yayasan ini sempat mengalami pergantian dewan pengurus dan digantikan oleh dewan caretaker yang beranggotakan di antaranya Madonna sendiri bersama managernya. Namun Madonna tidak terlibat dalam kasus penggelapan tersebut.
Menurut Daily Mail auditor yang dibayar Madonna menemukan berbagai bentuk penggelapan dana, terutama berbentuk "mark-up" dan pengeluaran fiktif seperti biaya arsitektur, gaji, pembelian mobil serta pembangunan fasilitas-fasilitas sekolah yang tidak pernah terwujud, hingga keanggotaan klub golf para eksekutif yayasan.
Sekolah yang dibangun dengan kapasitas untuk 400 murid itu sebenarnya diharapkan Madonna bisa menjadi kebanggaannya di antara beberapa bentuk kegiatan amal lain Madonna di Malawi.
Tahun lalu Madonna (52 th) mengadopsi seorang anak perempuan asal Malawi yang diberinya nama Mercy. Sebelumnya tahun 2008 ia juga telah mengadopsi anak laki-laki laki-laki dari Malawi bernama David.
"Saya merasa frustasi karena program pendidikan ini tidak berjalan sesuai rencana," kata Madonna sembari menyatakan menghentikan program tersebut. Namun ia tetap akan meneruskan kegiatan-kegiatan amal lainnya melalui yayasan yang didirikannya itu, di antaranya program penyediaan makanan dan kesehatan selain juga pendidikan lain. Saat ini terdapat sekitar 500.000 anak-anak Malawi yang kehilangan orang tua karena penyakit AIDS.
"Raising Malawi" didirikan Madonna dan pacarnya pada tahun 2006 bersama-sama dengan Kaballah Centre International yang berbasis di Los Angeles. Kaballah adalah sebuah sekte mistis yahudi yang telah diikuti Madonna sejak beberapa tahun, meninggalkan kayakinan lamanya yang didapat dari orang tuanya yang taat memeluk agama Katholik.
Pada tahun 2008 lalu Madonna menjadi tamu kehormatan dalam sebuah acara amal yang digelar oleh disainer Gucci di New York, yang juga dihadiri oleh aktor dan aktris Hollywood terkenal Tom Cruise dan Gwenieth Paltrow.
Keputusan untuk menghentikan proyek sekolah wanita tersebut di atas dikonfirmasikan oleh Michael Berg, salah seorang co-founder dari "Raising Malawi" sekaligus co-director dari Los Angeles Kabbalah Centre, dalam surat yang dikirimkannya kepada para donatur proyek.
Tanda-tanda ketidak beresan proyek sekolah wanita itu dimulai saat direktur eksekutif "Raising Malawi", Philippe van den Bossche, yang juga pacar dari mantan pelatih fisik Madonna, Tracy Anderson, mengundurkan diri dari jabatannya setelah dianggap tidak mampu mengelola yayasan.
Kemudian Madonna memanggil Trevor Neilson dari "Global Philanthropy Group", untuk menggantikannya. Namun Neilson menemukan banyak kejanggalan.
"Meski jutaan dolar telah dihabiskan, proyek ini tidak banyak meninggalkan bekas. Namun kami belum menghitung semua kerugian," katanya kepada koran New York Times beberapa waktu lalu.
Selain van den Bossche, penggelapan atau kesalahan managemen kemungkinan dilakukan juga oleh Anjimile Oponyo, yang tahun lalu dianggap sebagai kepala sekolah "Raising Malawi Academy for Girls".
Catatan:
Berdasarkan banyak kasus, manajemen dan agensi artis-artis dan selebiritis terkenal dipenuhi oleh orang-orang yahudi. Sebagaimana mereka semua, kemungkinan besar Madonna juga menjadi korban kelicikan orang-orang yahudi tersebut yang tidak pernah bisa menghilangkan kebiasaan curang mereka. Apalagi diketahui Madonna bergabung dalam gerakan kaballah, sebuah sekte penyembahan berhala kuno yahudi.
Monday, 28 March 2011
ANTARA CINA DAN AMERIKA
Presiden SBY pernah “membual” bahwa Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2020, 6 tahun setelah ia menyelesaikan jabatannya tahun 2014. Tidak dijelaskannya bagaimana hal itu bisa terwujud, termasuk apa yang akan dilakukannya selama menjabat presiden untuk mewujudkan “bualan” itu. Yang pasti, saat ia “lengser”, ia akan mewariskan hutang luar negeri sekitar Rp 2000 triliun rupiah dan tidak ada program yang jelas bagaimana untuk melunasinya.
Beberapa waktu lalu SBY mencanangkan gerakan diversifikasi energi dengan mengembangkan biodiesel, namun program ini mangkrak begitu saja menimbulkan kerugian yang tidak terhitung termasuk para petani yang terlanjur menanam pohon jarak namun kini tidak ada yang membeli hasilnya.
Cukup dengan bualan SBY. Mari kita lihat apa yang tengah dilakukan pemerintah Cina dengan uang rakyat yang dibelanjakannya: membangun jaringan kereta api supercepat sepanjang 25.000 km, membangun jaringan bandara ultramodern di seluruh penjuru negeri, membangun industri bio-genetik terbesar di dunia, dan yang terakhir membangun industri mobil listrik terbesar di dunia dan menjadi negara pertama yang industri otomotifnya terbebas dari ketergantungan energi BBM sekaligus menciptakan efisiensi nasional yang luar biasa.
Dengan semua yang dilakukan itu, Cina tidak perlu diragukan lagi bakal menjadi negara paling maju di dunia dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Saat ini Cina kini telah menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua terbesar di dunia setelah Amerika. Namun dalam hal kekayaan, Cina adalah "negara paling kaya".
Banyak orang yang terjebak dengan konsep "kekayaan" sebuah negara. Sebagian besar orang menganggap gross national product (GNP, jumlah barang dan jasa yang dihasilkan sebuah negara dalam 1 tahun), sebagai standar kekayaan atau kemakmuran sebuah negara. Padahal itu semua sama sekali tidak mencerminkan kemampuan negara dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan menjadi sesuatu yang tidak berarti jika GNP yang besar tersebut tidak bisa memberikan kemakmuran pada rakyat.
Jika sebuah negara dengan GNP terbesar di dunia menghasilkan X barang dan jasa setahun, namun menghabiskan x+1 barang dan jasa per-tahun, maka GNP besar tersebut tidak ada artinya, bahkan masih kurang. Namun sebuah negara dengan GNP hanya 0,5 X dan pengeluarannya hanya 0,4 X masih mempunyai tabungan sebesar 0,1 X. Tabungan itu (biasanya dalam bentuk cadangan devisa atau emas) bisa digunakan untuk melakukan pembangunan, menambah belanja pemerintah, atau mengatasi keadaan darurat tanpa harus berhutang kepada negara lain. Negara kedua dalam contoh di atas, dengan GNP lebih kecil mempunyai kekayaan lebih besar dibanding negara pertama.
Sekarang mari kita bandingkan kondisi antara Cina dan Amerika. Cina, meski memiliki GNP hanya sekitar $5,8 triliun dibanding Amerika yang mencapai $14 triliun, namun Cina jauh lebih kaya dibanding Amerika. Cina memiliki cadangan devisa sekitar $2 triliun. Dengan itulah Cina bisa melakukan pembangunan besar-besaran sebagaimana sudah disebutkan di atas. Sementara Amerika, sejauh saya ketahui hanya mempunyai cadangan hutang yang menumpuk. Hutang pemerintah Amerika telah menembus angka $14 triliun dan tahun ini saja presiden Obama mengajukan penambahan hutang untuk membiayai defisit APBN sebesar $1,65 triliun. Hal ini masih diperparah dengan neraca perdagangan Amerika yang terus memburuk, defisit ratusan miliar dolar setiap tahunnya. Setiap tahunnya pemerintah Amerika harus membayar beban bunga hutang sekitar $300 miliar, atau hampir mencapai 3x APBN Indonesia saat ini. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan beban bunga hutang pemerintah Amerika akan mencapai $750 miliar.
Dengan kondisi seperti itu sebenarnya bisa dikatakan pemerintah dan ekonomi Amerika telah bangkrut karena tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bagimana cara melunasi hutang tersebut tanpa menghancurkan ekonomi Amerika dan dunia. Jika ada 1.000 mesin uang yang masing-masing bisa mencetak 1 dolar uang setiap detiknya, maka diperlukan 31 tahun untuk bisa mencetak uang sebanyak $1 triliun. Untuk melunasi $14 triliun dengan mesin uang yang sama dibutuhkan waktu 440 tahun. Namun jauh sebelum itu dunia sudah hancur karena hiperinflasi akibat gelontoran uang triliunan dolar.
Bahkan untuk sekedar membiayai belanja tahunannya saja pemerintah Amerika harus berhutang. Jika anggaran hutang pemerintah tahun ini sebesar $1,65 triliun disetujui, maka efektif 43% dari total anggaran pemerintah Amerika dibiayai dengan hutang.
Untuk saat ini pemerintah Amerika masih bisa bernafas karena masih adanya lembaga-lembaga keuangan internasional yang masih mau membeli obligasi (surat hutang) pemerintah Amerika. Namun tentu saja hal itu tidak bisa terus-menerus, terutama dengan kondisi ekonomi Amerika yang terus memburuk. Ditambah lagi, Jepang, negara yang banyak membeli obligasi pemerintah Amerika kini tengah dilanda krisis ekonomi akibat bencana tsunami dan nuklir. Alih-alih membeli lagi obligasi pemerintah Amerika yang nilainya telah mencapai $800 miliar lebih, Jepang akan banyak menjual obligasi yang dimilikinya.
Pada tahun 2008 lalu Office of Management and Budget parlemen Amerika memprediksikan anggaran belanja wajib (sosial dan kesehatan) pemerintah Amerika akan melebihi total pendapatan pemerintah dari pajak dan lain-lainnya pada tahun 2058. Kini prediksi itu berubah dengan cepat. Anggaran wajib pemerintah Amerika akan melampaui total pendapatan pemerintah tahun ini juga. Dengan kata lain, jika pemerintah Amerika menghapuskan seluruh anggaran di luar anggaran sosial dan kesehatan, termasuk menghapuskan anggaran pertahanan, pemerintah tetap mengalami defisit anggaran yang harus dibiayai dengan berhutang.
Yang menyedihkan adalah bahwa meski sudah jelas masa depan kehancuran karena hutang sudah jelas terlihat, para politisi, termasuk di Indonesia, terus menerus menambah hutang.
Pada masa pemerintahan Ronald Reagan, hutang pemerintah menjadi isu yang sangat sensitif dengan para politisi berlomba-lomba menjanjikan program-program pembangunan yang bisa mengurangi beban hutang. Saat itu hutang pemerintah baru saja menembuas angka $1 triliun. Kini hutang itu telah menjadi 14 x lipat, dan presiden Obama masih mau menambahnya lagi sebesar $1,65 triliun tahun ini saja.
Sebuah artikel di majalah Business Insider baru-baru ini menuliskan bahwa PIMCO, sebuah perusahaan sekuritas terbesar di dunia telah menjual semua obligasi pemerintah Amerika yang dimilikinya. Mungkinkah PIMCO telah melihat “masalah” serius dalam perekonomian Amerika dalam waktu dekat mendatang?
Sunday, 27 March 2011
Mantan Presiden Israel Dipenjara
Negeri seperti apa yang dipimpin oleh seorang presiden tidak bermoral seperti Moshe Katsav? Ia terbukti melakukan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap tiga orang wanita dan karenanya dijatuhi hukuman penjara selama 7 tahun, Selasa (22/3).
Katsav membantah tuduhan melakukan tindak pemerkosaan terhadap seorang staffnya saat menjabat sebagai menteri pada akhir tahun 1990-an dan pelecehan seksual terhadap dua orang staffnya selama menjadi presiden Israel tahun 2000-2007. Namun tiga orang hakim di pengadilan Distrik Tel Aviv yang mengadili perkaranya menolak pembelaan dirinya dan menyebutnya sebagai "dipenuhi kebohongan".
"Tersangka telah melakukan tindakan sebagaimana dilakukan seseorang, dan karenanya sebagai seorang warga ia harus menanggung hukuman," kata para hakim dalam sidang tersebut, seraya menambahkan bahwa statusnya sebagai warga terhormat tidak sebanding dengan kejahatan yang dilakukannya.
Media-media massa Israel melaporkan bahwa Katsav berteriak kepada para hakim seraya menangis: "Wanita-wanita itu telah berbohong. Ketidakadilan telah dilakukan di persidangan ini. Anda telah membiarkan kebohongan untuk menang. Anda telah berbuat kesalahan, Tuan!" katanya kepada hakim.
Pada akhir persidangan yang berlangsung kurang dari 1 jam, Katsav (65 th) diiringi anggota keluarga dan pengawalnya meninggalkan persidangan. Sebuah kerusuhan sempat terjadi saat seorang anggota keluarga Katsav berusaha melarang wartawan mengambil gambar sang mantan presiden.
Hakim memerintahkan Katsav untuk melaporkan diri sebelum menjalani hukuman yang akan dimulai tgl 8 Mei mendatang. Para pembela Katsav menyatakan banding.
Sementara itu Presiden Israel, Shimon Peres mengomentari persidangan tersebut mengatakan, keputusan pengadilan tersebut sebagai hari yang menyedihkan bagi bangsa Israel namun sekaligus membuktikan bahwa hukum Israel telah berjalan dengan baik dengan terjaganya prinsip keadilan.
"Ini hari yang menyedihkan, namun kita semua sama di depan hukum," kata Peres yang dikalahkan Katsav pada pemilihan presiden tahun 2000, namun kemudian menggantikan Katsav setelah ia mundur akibat tersandung kasus tersebut. Menurut Peres kasus Katsav tidak akan mengurangi kewibawaah lembaga kepresidenan Israel.
"Tidak ada lembaga kepresidenan di Israel, yang ada adalah seorang presiden yang dipilih oleh parlemen. Ada orang yang menjalankan tugasnya sebagai presiden dengan cara yang baik atau buruk," kata Peres.
Sebagaimana Peres, perdana menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan bahwa keputusan pengadilan menjadi hari yang menyedihkan, namun rakyat Isreal harus bangga dengan sistem hukum yang berlaku.
"Tidak ada seorang pun yang berada di atas hukum, tidak bahkan untuk seorang mantan presiden. Semuanya tunduk pada hukum," kata Nethanyahu.
Namun pemimpin oposisi, Tzipi Livni, mengatakan hari di mana seorang mantan presiden Israel dijatuhi hukuman penjara "bukanlah hari yang menyenangkan".
Ref:
"Former Israeli President Moshe Katsav Sentenced to Seven Years"; almanar.com.lb; 22 Maret 2011
Friday, 25 March 2011
QADAFI, YAHUDI DAN ROTHSCHILDS
Bukti-bukti di atas mengindikasikan dekatnya hubungan Qadafi, penguasa sumber minyak terbesar di Afrika, dengan keluarga Rothschild dan Israel. Digabungkan dengan berita-berita tentang ke-yahudian Qadafi, sungguh masuk akal.
Lalu gabungkan lagi dengan sifat-sifat pengecut dan keji Qadafi, yang juga sangat tipikal yahudi:
"Pesawat-pesawat tempur membomi rakyat sipil di jalanan kota Tripoli, ini tindakan kekerasan yang keterlaluan," kata Dubes Libya di India, Ali al-Essawi tgl 22 Februari 2011.
Untuk mempertahankan kekuasaannya, Qadafi tidak segan-segan membayar ribuan tentara bayaran dari Afrika yang dipasok oleh perusahaan jasa keamanan Israel dan Mossad. Berbeda dengan tentara reguler Libya yang segan menembaki rakyatnya sendiri, "pasukan asing" itu tidak demikian halnya.
Perlu kita ketahui bahwa keluarga Rothschild, patron kaum yahudi internasional, de facto adalah pendiri negara Israel dengan segala aparatusnya, terutama dinas inteligennya, Mossad. Keluarga Rothschild juga menguasai bisnis minyak global sementara Libya adalah produsen minyak terbesar di Afrika dengan jumlah produksi 1,5 juta barrel sehari yang sebagian besar diekspor ke Eropa.
Keluarga Qadafi dikabarkan telah melakukan investasi senilai $500 juta ke perusahaan pelaku praktik "pencucian uang" milik yahudi Allen Stanford. Dua tahun lalu praktik ilegal ini terbongkar dengan kerugian yang diderita para investor mencapai $8 miliar. Peruahaan Allen Stanford yang berbasis operasi di Antigua dan Houston menjadi kasir bagi para pejabat Mossad. Perusahaan-perusahaan yang mendapat kucuran dana dari Stanford adalah perusahaan fiktif yang terkait dengan Mossad. Yair Shamir, putra pemimpin pemimpin Israel yang juga mantan teroris yahudi Yitzak Shamir, adalah salah satu penerima dana gelap Stanford. --- Ingat dengan perusahaan-perusahaan asing fiktif penerima kucuran dana dari Bank Century? Kalau serius ditelusuri pasti akan bermuara pada Mossad.
Yair Shamir adalah presdir dari perusahaan investasi Catalyst Fund, perusahaan milik Mossad yang menerima puluhan dolar dari praktik "pencucian uang" Allen Stanford.
Qadafi menginvestasikan $500 juta dananya ke perusahaan Stanford hanya 3 minggu sebelum perusahaan itu dinyatakan bangkrut dengan meninggalkan kerugian senilai $8 miliar atau setara sekitar Rp 70 triliun yang dialami oleh para investornya, kecuali para investor Mossad tentunya yang justru mendapatkan keuntungan berlimpah. Stanford Bank adalah perusahaan yang didirikan untuk mendanai operasional Mossad dan menjadi kasir bagi para pejabatnya. Salah satu sumber keuangan yang dikelolanya berasal dari bisnis obat-obatan terlarang. Anehnya Qadafi tidak pernah mengajukan tuntutan atas kerugian yang dialaminya senilai $500 juta. Tentu ada hal-hal yang buruk yang disembunyikannya. Tentunya ia tidak ingin hubungannya dengan Mossad terbongkar.
Qadafi juga memiliki hubungan bisnis dengan keluarga Rothschild melakui putranya, Saif. Sebagaimana dilaporkan koran Inggris Daily Mail tgl 24 Februari sbb:
"Persahabatan antara Nat Rothchild (39 th), salah seorang anggota keluarga yahudi Eropa yang paling berpengaruh, dengan putra Qadafi, Saif, sangat jelas. Qadafi merampas seluruh kekayaan orang yahudi di Libya saat mulai berkuasa. Seluruh hutang negara kepada yahudi dihapuskan dan kepindahan mereka ke luar negeri juga dilarang. Namun pada tahun 2004, tahun di mana PM Tony Blair berkunjung ke Libya, Qadafi mengumumkan untuk mempertimbangkan ganti rugi kepada orang-orang yahudi. Disebut-sebut Saif-lah yang berada di belakang keputusan itu. Sebuah bingkisan untuk Nat Rothschild."
Baru-baru ini koran Inggris, Daily Telegraph, menulis artikel berjudul "Harta curian Qadafi teronggok di London" yang menunjukkan hubungan khusus antara keluarga Qadafi dengan keluarga Rothschild. Tulisnya:
"This was painfully revealed when Saif, a supposed friend of the West, spoke on Libyan television this week. Saif took the awkward manner of an international plutocrat, forced only by circumstances out of his usual exalted milieu of Blairs, Deripaskas, Mandelsons and Rothschilds, to address Libya's "little people"...Swinging London is but one hub of Gadhafi Inc. - a useful networking site where the Rothschilds were able to point Saif Gadhafi to investment opportunities in marina complexes in Montenegro."
Sementara koran Inggris lainnya, The Observer mengupas lebih detil mengenai hubungan Qadafi-Rothschild":
"Saif adalah kenalan dari Lord Mandelson dan bertemu dengan mantan menteri dari Partai Buruh itu di Villa Corfu milik Jacob Rothschild, seminggu sebelum pengumuman pelepasan tersangka pengeboman Lockerbie, Abdelbaset al-Megrahi, dari penjara Skotlandia. Keduanya bertemu lagi saat bertamu di kediaman Lord Rothschild di Buckinghamshire.
Putra Lord Rothschild, Nat, juga teman dekat dari Mandelson, pernah mengadakan pesta di New York pada tahun 2008 yang dihadiri Saif. Sebagai balasan Saif mengundang Nat Rothschild pada pesta ulang tahunnya yang ke 37 di Montenegro, dimana Nat memiliki sebuah resort mewah."
Salah satu anggota senior keluarga Rothchild, Victor Rothschild (3rd Baron Rothschild) bekerja untuk dinas inteligen Inggris selama Perang Dunia II. Victor sempat menjadi tersangka mata-mata Uni Sovyet yang membuatnya harus menjalani penyidikan polisi tahun 1986.
Kemudian fakta lain berbicara, mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair, diam-diam bekerja sebagai penasihat politik Qadafi. Hal ini sudah dikonfirmasi oleh seorang pejabat tinggi Libya yang mengakui Qadafi beberapa kali melakukan kontak dengan Blair terkait masalah pemberontakan yang melanda Libya, meminta nasihat-nasihatnya sebagai seorang diplomat dan politisi senior internasional. Koran Daily Mail pun pernah menulis:
"Tony Blair terbang ke Libya untuk mengadakan pembicaraan rahasia dengan Qadafi, hanya beberapa hari setelah ia membantah telah menjadi penasihat diktator tersebut. Blair diperlakukan sebagai "saudara" Qadafi, seorang pejabat senior Libya mengungkapkan. Pejabat itu mengatakan bahwa Blair telah memberikan Qadafi sebuah "nasihat yang sangat berharga.
.... meski pemerintah Inggris secara resmi menyalahkan Qadafi dalam peledakan pesawat Pan Am 103 di atas Lockerbie. "Tidak ada, bagaimanapun juga, sesuatu yang meyakinkan tentang hal itu (tindakan pemerintah Inggris)".
Kalau memang Qadafi terlibat dalam peristiwa teror tersebut, mengapa Blair, bahkan saat masih menjadi perdana menteri, berkunjung ke Libya. Namun bukan hanya Blair, Silvio Berlusconi, perdana menteri gaek Italia yang baru tersandung kasus seks ilegal, dan juga tidak boleh dilupakan, presiden Perancis Nicholas Sarkozi. Kedua pemimpin itu menyambut hangat kedatangan Qadafi di Italia dan Perancis dengan sambutan yang "berlebihan" yang membuat kalangan oposisi di negara-negara tersebut mengkritik keduanya habis-habisan. Khusus untuk Sarkozy, keluarga Qadafi telah membuka rahasia antara mereka bahwa Sarkozy telah mendapat kucuran dana dari Qadafi selama masa kampanyenya menjadi presiden Perancis.
Victor Ostrovsky, mantan agen Mossad dalam bukunya yang terkenal "By Way of Deception" menuliskan bahwa agen-agen Mossad di Tripoli telah mengirimkan pesan-pesan yang tampak seperti dikirim oleh pemerintah Libya. Pesan-pesan tersebut ditangkap oleh inteligen Amerika yang menjadikannya alat informasi untuk menyerang Libya. Jika laporan itu benar, maka jelaslah sudah bahwa Mossad telah melakukan penetrasi yang sangat luas di dalam pemerintahan Qadafi.
Ref:
"Libya Intervention Update"; Christopher Bollyn; bollyn.com; 20 Maret 2011.
Tuesday, 22 March 2011
BAGAIMANA NASIB QADAFI SELANJUTNYA?
Keterangan gambar: Qadafi dan Phil Spector, produser musik terkenal berdarah yahudi yang kini dipenjara setelah terbukti menembak mati wanita pasangannya saat berhubungan seks. Mirip bukan?
Melihat acara-acara talkshow di televisi-televisi nasional, saya sering merasa geram karena "kebodohan" para narasumbernya. Misalnya saja tentang isu aksi-aksi teror bom yang saat ini tengah melanda tanah air. Para nara sumber dari berbagai bidang terkait masalah terorisme itu, termasuk para jurnalis yang mewawancarai mereka, tidak tahu sama sekali, atau pura-pura tidak tahu, bahwa ada "jew factor" dalam masalah ini. Setidaknya dua orang sasaran teror bom baru-baru ini dikenal sebagai ikon yahudi Indonesia: ketua Pemuda Pancasila Yapto S dan musisi terkenal Ahmad Dhani.
Beberapa waktu lalu, saat gerakan Revolusi Mesir tengah melanda, seorang narasumber dalam acara talkshow terkait peristiwa itu dengan "bodohnya" bersikeras bahwa Husni Mubarak akan tetap bertahan karena masih memiliki lebih banyak pendukung daripada para demonstran penentangnya. Narasumber itu adalah seorang "pengamat Timur Tengah" yang menjadi ketua himpunan alumni universitas Al Azhar di Indonesia sekaligus seorang intelektual muda NU.
Kemudian saat ini, ketika Revolusi Libya tengah melanda, orang itu masih dipercaya menjadi narasumber di sebuah acara talkshow di sebuah televisi nasional besar yang membahas peristiwa di Libya. Di stasiun televisi saingannya, dua orang narasumber yang tidak kalah "bodoh" berpartisipasi dalam acara talkshow membahas peristiwa yang sama. Dua orang itu, seorang di antaranya adalah profesor studi hubungan internasional UI. Seorang lainnya adalah pengamat politik Timur Tengah dari LIPI.
Sang profesor menyatakan bahwa pasukan koalisi Amerika tidak akan melakukan agresi militer langsung (meski faktanya pasukan Amerika dan sekutunya telah melakukan serangan militer atas Libya, termasuk pengeboman yang dilakukan menggunakan pesawat-pesawat tempur) dan misinya hanya menjaga agar regim Qadafi tidak melakukan aksi militer terhadap warga sipil. Sedangkan sang pengamat politik Timur Tengah bersikukuh bahwa regim Qadafi akan bisa bertahan lama karena menganggap serangan-serangan udara pasukan koalisi tidak akan bisa melumpuhkan kekuatan militer Qadafi.
Sebagaimana analisis saya tentang Revolusi Mesir dalam blog ini yang terbukti benar, regim Qadafi pun tidak akan bisa bertahan. Alasannya sederhana: sebagaimana Mubarak, Qadafi sudah tidak lagi dibutuhkan oleh para pemimpin barat, terutama setelah kekejaman yang dilakukannya dalam upayanya meredam revolusi. Belum lagi pemberontakan yang dilakukan oleh sebagian besar rakyatnya yang muak kepadanya dan keluarganya. Saya memang pernah demikian optimis Qadafi akan tumbang dengan cepat saat para pemberontak berhasil menguasai sebagian besar wilayah Libya, mengabaikan satu faktor yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan: Libya adalah negerinya orang-orang badui yang kesetiannya pada pemimpinnya melebihi akal sehat.
Kesetiaan orang-orang badui itulah yang membuat Qadafi masih bertahan hingga saat ini, di samping karena "kegilaan" Qadafi yang tega membomi rakyatnya sendiri. Tapi hal itu tidak akan bertahan lama. Lama kelamaan para pendukung Qadafi yang paling bodoh pun akan berfikir, lebih banyak ruginya mendukung Qadafi.
Menurut koran Inggris, Daily Mail tgl 6 Maret lalu, dinas inteligen Inggris dan Amerika telah menyediakan dana sebesar 10 juta pound, atau sekitar Rp 143 miliar kepada siapa saja yang bisa menangkap Qadafi hidup atau mati. Intel-intel Inggris dan Amerika telah berada di Libya, mengiming-imingi para pengawal Qadafi untuk menyerahkan diktator itu kepada mereka. Inggris dan Amerika faham betul dengan watak orang-orang badui. Meski membabi buta loyal kepada pemimpin, mereka juga opportunis sejati. Iming-iming sejumlah uang itu cukup menggoda mereka untuk membuat mereka berbalik arah mengorbankan Qadafi. Kita lihat saja nanti apakah para pengawal Qadafi akan menangkapnya dalam waktu dekat ini, atau pemberontak yang akan melakukannya. Yang pasti, tidak ada lagi tempat untuk Qadafi untuk bersembunyi. Kecuali mungkin, Israel.
QADAFI DAN YAHUDI
Orang-orang Shiah sangat membenci Qadafi karena ia pernah menculik dan membunuh seorang ulama Shiah asal Lebanon, yang datang ke Libya atas undangan Qadafi namun kemudian terlibat percekcokan mulut dengannya dan kemudian ulama tersebut menhilang dari muka bumi hingga saat ini. Orang-orang Sunni pun, terutama para pengikut sekte wahabi-salafiyun, demikian halnya, terutama karena ia pernah mencoba membunuh Raja Saudi. Rakyat Libya sendiri jangan ditanya kebenciannya pada Qadafi. Aksi "maut"-nya memerintahkan pasukannya menembak dan mengebom para demonstran penentangnya baru-baru ini cukup menjadi gambaran bagaimana dendam para pemberontak terhadapnya.
Dengan serangan pasukan koalisi yang semakin intensif, termasuk menghancurkan kompleks istana Qadafi di Tripoli, serta kampung halaman Qadafi di Sirte, semakin jelas sudah bahwa bagi Amerika dan sekutu-sekutunya keruntuhan regim Qadafi adalah tujuan utama misi militer barat di Libya. Hal ini pun dikuatkan dengan pernyataan Presiden Barack Obama bahwa tujuan Amerika adalah mengganti regim Qadafi dengan pemerintahan baru yang demokratis. Ditambah dengan tekanan pemberontak yang dipastikan akan semakin kuat seiring serangan militer barat atas kekuatan militer Qadafi Libya, kecuali ada keajaiban Tuhan, nasib Qadafi bakal jauh lebih menyedihkan dari para tetangga pendahulunya, presiden Tunisia Ben Ali dan presiden Mesir Husni Mubarak. Nasib terbaik yang mungkin bakal menimpanya adalah diadili di pengadilan HAM internasional. Atau digantung oleh para pemberontak. Sekutu paling setia Qadafi, presiden Venezuela Hugo Chaves pun tidak akan kuasa melindunginya. Kecuali mungkin Qadafi melarikan diri ke negeri leluhurnya, .... Israhell.
Dalam sebuah "talkshow" di sebuah stasiun radio Israel baru-baru ini, seorang narasumber yang mengaku masih kerabat dengan Qadafi, menyingkapkan latar belakang keluarga Qadafi.
"Anda mungkin tidak akan percaya, ibuda Qadafi adalah seorang yahudi. Dengan nenek dan ibunya yang masih hidup (di Israel), Qadafi mungkin akan mencari suaka di Israel," kata narasumber yang mengaku masih kerabat Qadafi dalam acara "talkshow" tgl 22 Februari lalu.
Namun bukan hanya itu latar belakang ke-yahudian- Qadafi terungkap (agama dan budaya yahudi serta sistem politik Israel menetapkan bahwa seseorang baru dianggap yahudi jika ibunda-nya adalah seorang yahudi, alias menganut garis ibu). Korang besar Inggris, The Telegraph pada Juni 2009 lalu juga pernah mengungkapkannya: "Masa kecilnya tidak banyak diketahui, dan bahkan pastinya kurang diketahui. Ia disebut-sebut lahir di Sirte, sebuah kota di tengah gurun, putra seorang pengembala. Versi lain menyebutkan bahwa ayahnya berdarah Perancis, dan ibunya seorang yahudi," tulis The Telegraph.
Bagi sebagian orang, ke-yahudian- Qadafi sudah diketahui sejak lama. Demikian juga para penguasa Aljazair. Mereka semua menindas rakyatnya dan hidup mewah dengan kekayaan alam yang dicurinya.
Channel 2 News, salah satu program televisi Israel, tahun lalu mewawancarai 2 orang wanita yahudi Israel yang berasal dari Libya. Salah satu dari wanita itu, Guita Brown, mengaku sebagai saudara sepupu Qadafi: ibunya adalah adik perempuan ibu Qadafi. Sementara wanita satunya, Rachel Saada adalah putri Guita, atau bisa dikatakan keponakan dari Qadaffi. Rachel memberikan penjelasan lebih detil mengenai jatidiri Qadafi. Katanya:
"Ceritanya dimulai saat nenek Qadafi, seorang yahudi, awalnya menikah dengan orang yahudi, namun kemudian bercerai karena mengalami kekerasan rumah tangga. Ia lari dari rumahnya dan kewin dengan seorang sheikh (seorang pemuka agama Islam). Anak mereka adalah ibunda dari Qadafi. Meski ibunda Qadafi telah berpindah agama saat menikah dengan sheikh, secara hukum agama yahudi, ia masih menjadi orang yahudi secara etnik. Dan itulah yang membuat ibunda Qadafi seorang yahudi. Dan jika ibunda Qadafi adalah yahudi, kita tahu sendiri berarti Qadafi juga orang yahudi."
Pada saat itu, host acara tersebut berkomentar: "Jadi point-nya adalah bahwa Qadafi tidak saja memiliki kerabat yahudi, ia bahkan orang yahudi!"
Dan berdasarkan undang-undang Law of Return Israel, seseorang yang mempunyai orang tua yahudi berhak mendapatkan kewarganegaraan Israel. Titik.
QADAFI DAN BISNIS KELUARGA ROTHSCHILD
Saif al-Islam Gaddafi, sang putra Qadafi yang dianggap sebagai calon pengganti ayahnya, tampak berada di vila Corfu sebagai tamu keluarga Rothschild. Beberapa hari kemudian tersangka pemboman Lockerbie, seorang agen inteligen Libya, dibebaskan dari dakwaan. ("Mandy and the Lockerbie bomber and ANOTHER 'coincidence' in Corfu", Daily Mail, 18 August 2009)
London yang membuai tidak lain adalah sebuah penghubung bagi Gadhafi Inc. (binis keluarga Qadafi), sebuah tempat yang berguna dimana keluarga Rothschild bisa memberikan peluang investasi yang menguntungkan kepada Saif Qadafi di sebuah kompleks marina di Montenegro. ("Gadhafi's stolen billions stashed in London" Daily Telegraph, 25 February 2011)
(bersambung)
Monday, 21 March 2011
KEMBALINYA HAK AZAZI RAKYAT ITALIA
Sebagian besar manusia mengetahui bahwa Italia adalah pusatnya agama Katholik sebagaimana kota Mekkah adalah pusatnya agama Islam. Orang Islam tidak bisa membayangkan mengumandangkan adzan di kota Mekkah dianggap sebagai perbuatan "terlarang". Tapi mengapa hanya sekedar menggantungkan salib di Italia bisa dianggap sebagai perbuatan yang "tidak patut" dan kemudian harus dilarang?
Namun demikian kenyataannya. Demi mengikuti "prinsip" sekulerisme, rakyat Italia sejak tahun 2009 dilarang menggantungkan salib di tempat-tempat publik seperti kantor-kantor pemerintah, fasilitas umum, universitas dan sekolah-sekolah negeri. Hal yang sama tentunya juga berlaku di negara-negara sekuler lainnya, terutama di Amerika dan Eropa.
Namun larangan tersebut baru saja dicabut setelah Pengadilan HAM Eropa, Jumat (18/3), menetapkan bahwa salib tidak mengganggu hak-hak orang non-Katholik di Italia dan karenanya diperbolehkan dipasang di tempat-tempat publik. Keputusan itu sekaligus membatalkan keputusan institusi sebelumnya tahun 2009 yang melarang salib dipasang di tempat-tempat publik yang membuat gereja Vatican marah dan mengecamnya.
Keputusan baru tersebut disambut hangat oleh pemerintah Italia dan gereja Vatican. "Keputusan tersebut menggarisbawahi pentingnya hak-hak masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai dan identitasnya," kata Menlu Italia Franco Frattini kepada koran Italia "La Repubblica". "Saya harap menyusul keputusan ini UNi Eropa mulai mengevaluasi isu-isu terkait toleransi dan kebebasan beragama dengan semangat yang sama," tambahnya.
Vatikan juga menyambut hangat keputusan itu. Juru bicara Vatican, Federico Lombardi, menyebut keputusan tersebut sebagai keputusan yang "penting dan bersejarah".
Kontroversi pemasangan salib ini dimulai setelah seorang warga Italia non-Katholik asal Finlandia, Soile Lautsi, melakukan gugatan ke pengadilan dengan alasan tanda salib di tempat publik telah "melanggar prinsip sekularisme". Menurut Soile dan suaminya, Massimo Albertin, pemasangan salib di tempat publik telah telah melanggar "kebebasan beragama, kebebasan dari diskriminasi, dan kebebasan menentukan pilihan".
Albertin menyatakan kekecewaannya dengan keputusan pengadilan HAM Eropa tersebut. Ia menuduh pengadilan tidak menghormati prinsip-prinsip yang dibangun oleh rakyat Italia.
Namun keeputusan tersebut hanya berlaku di Italia dan negara-negara Uni Eropa lainnya tidak berkewajiban mematuhinya dan tetap memberlakukan larangan pemasangan salib di tempat-tempat publik.
CATATAN BLOGGER:
Pelarangan simbol-simbol keagamaan di negara-negara yang mayoritas masyarakatnya masih memegang teguh nilai-nilai agama, dalam hal ini rakyat Italia yang mayoritas pemeluk Katholik yang ta'at, tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah dan lembaga yudisial negara itu sendiri karena akan memancing kemarahan rakyat terhadap pemerintah atau lembaga yudisialnya. Namun hal ini tidak berlaku di sebuah "negara super" seperti Uni Eropa. Keputusan "pemerintah" dan "pengadilan" Uni Eropa bisa mementahkan hukum nasional negara-negara anggotanya.
Dalam kasus tersebut di atas kita juga melihat bagaimana "orang asing" seperti Soile Lautsi bisa menghancurkan hukum dan nilai-nilai sosial masyarakat Italia yang telah terbentuk selama ratusan tahun, hanya dengan "sekali tepuk".
Ide tentang "negara super" hingga saat ini bahkan masih dianggap sebagai "teori konspirasi" oleh kebanyakan orang liberal idiot, meski sudah mewujud nyata seperti Uni Eropa. Pada saatnya nanti PBB pun akan menjadi "negara global" dan sebelumnya ASEAN akan menjadi negara super lainnya seperti Uni Eropa. Pada saat itu terjadi, mungkin suara adzan akan dilarang terdengar karena "keberatan" orang-orang Katholik Filipina, atau orang-orang Budha Thailand, orang-orang Khong Hu Chu Singapura, atau orang-orang liberal Indonesia.
DALAM KAMP KEMATIAN EISENHOWER (2)
Pada 8 Mei 1945, hari kemenangan sekutu atas Jerman, saya memutuskan merayakannya bersama beberapa tahanan yang biasa memanggang roti untuk para tawanan. Pada hari itu mereka semua bisa menikmati roti sebanyak yang mereka bisa makan. Kami pun menyangka itu adalah hari terakhir penderitaan dalam kamp tawanan dan kami semua bisa segera pulang ke rumah, sebuah pangharapan yang jauh dari kenyataan.
Saat itu kami berada di wilayah Perancis, dan kami melihat kebrutalan tentara Perancis terhadap para tawanan setelah penyerahan tawanan kepada mereka untuk dijadikan sebagai pekerja paksa.
Namun, di hari itu, bagaimana pun kami semua bergembira karena berhentinya peperangan.
Sebagai bentuk persahabatan, saya mengosongkan senjata saya dan menyandarkannya di pojok ruangan, bahkan membiarkan para tahanan bermain-main dengan senjata itu. Kami bernyanyi bersama-sama, lagu-lagu yang mereka ajarkan atau yang sudah saya kenal sajak sekolah di sekolah Jerman dahulu. “Du, du liegst mir im Herzen”.
Sebagai balasannya, para tawanan membuatkan saya roti yang sangat spesial, satu-satunya bentuk hadiah yang bisa mereka berikan. Saya membawanya dengan gembira ke dalam barak saya dan memakannya pada kesempatan pertama saya mendapatkan privasi. Saya tidak pernah memakan makanan seenak roti itu. Saya percaya "keberkahan" Kristus telah merasuki saya pada saat itu, mempengaruhi saya untuk nantinya memilih kuliah di bidang filsafat dan agama.
Tidak lama kemudian, sebagian dari tawanan dan sakit dan lemah dipindahkan dengan digiring oleh pasukan Perancis ke kamp kerja paksa. Kami mengiringi di belakang rombongan dengan truk pengangkut. Sesekali, sopir memelankan kendaraannya dan kemudian berhenti. Mungkin ia merasa shock seperti saya melihat apa yang terjadi terhadap para tawanan itu. Setiap kali ada tawanan yang tidak sanggup lagi berjalan, ia akan dipukul kepalanya dengan pentungan hingga tewas dengan berlumuran darah. Mayatnya disingkirkan ke tepi jalan untuk kemudian diangkut dengan truk. Bagi sebagian tawanan, mungkin "kematian cepat" itu adalah cara terbaik untuk menghindari penderitaan menjadi tawanan perang tentara sekutu pemenang perang.
Ketika akhirnya saya melihat para tawanan wanita Jerman, saya bertanya pada komandan, mengapa kami harus menjadikan mereka sebagai tawanan pula. Ia menjawab, para wanita itu adalah para "bibit terpilih" bagi para tawanan dari kesatuan SS untuk menciptakan "ras super". Bagi saya, tidak ada kelompok wanita yang semenarik mereka. Tentu saya saya tidak berfikir mereka patut menjadi tawanan.
Saya tetap menjalankan fungsi sebagai penerjemah, dan beberapa kali berhasil menhindarkan penangkapan yang tidak perlu. Salah satu kejadian yang cukup memalukan terjadi saat seorang petani tua diseret oleh beberapa pengawal. Mereka mengatakan petani itu memiliki medali Nazi dan memperlihatkannya pada saya. Untungnya saya mempunyai daftar medali Jerman dan segera mengetahui bahwa orang tua itu mendapatkan penghargaan karena memiliki banyak anak. Bagi saya hal itu tidak membuatnya layak mendapat hukuman menjadi tawanan pekerja paksa. Maka ia kemudian dilepas kembali.
Kelaparan juga mulai melanda rakyat Jerman. Menjadi pemandangan biasa melihat para wanita Jerman mengaduk-aduk tong sampah, mencari sesuatu yang masih bisa dimakan. Namun itu jika mereka tidak sedang dikejar-kejar.
Ketika saya mewawancarai beberapa walikota kecil dan kepala dusun, mereka memberitahukan bahwa persediaan makan mereka telah dirampas oleh "orang-orang tersingkir", yaitu orang-orang asing (yahudi) yang datang ke Jerman seusai perang. Ketika saya melaporkan kejadian ini, saya justru dibentak. Saya juga tidak pernah melihat petugas palang merah berada di kamp tawanan, atau bekerja menolong penduduk, meski stand mereka yang menyediakan kopi dan donat selalu tersedia di manapun untuk kami. Sementara warga Jerman harus mempercayakan diri pada perbekalan yang disembunyikan hingga musim panen berikutnya.
Kelaparan membuat para wanita Jerman lebih mudah "didapatkan", namun demikian pemerkosaan lebih sering terjadi, seringkali diiringi dengan tindak kekerasan lain. Satu peristiwa yang paling tidak bisa saya lupakan adalah saat saya melihat seorang gadis remaja belasan tahun yang mukanya berdarah dipukul gagang senjata, kemudian diperkosa oleh dua tentara Amerika. Bahkan orang-orang Perancis memprotes kegemaran pasukan Amerika memperkosa, perampasan serta melakukan tindakan kekerasan karena minuman keras. Di Le Havre kami mendapat buklet berisi petunjuk yang menyebutkan bahwa para tentara Jerman telah memperlakukan tawanan Perancis dengan baik, dan karenanya tentara Amerika harus melakukan hal yang sama. Dalam hal ini kita telah gagal total.
“So what?” beberapa tentara Amerika berkata. “Kekejaman musuh lebih besar dari kita," tambahnya.
Memang benar pengalaman saya hanya mencakup masa akhir perang di mana sekutu telah memenangkan peperangan. Kesempatan Jerman untuk berbuat kejam telah lenyap dan pindah ke tangan kita. Namun dua kesalahan tidak akan membuat satu kebaikan. Daripada meniru kekeliruan musuh, kita harus menghentikan lingkaran kekerasan dan dendam yang telah menjangkiti dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Inilah sebabnya mengapa saya berteriak keras sekarang, 45 tahun setelah kejahatan itu. Kita memang tidak mungkin bisa mencegah kejahatan perang yang dilakukan individu per-individu. Namun kita bisa, jika kita cukup keras berteriak, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kita bisa menolak propaganda pemerintah yang menggambarkan musuh kita sebagai mahluk kotor. Kita bisa memprotes pengeboman atas sasaran sipil yang masih saja terjadi hingga kini. Dan kita pun bisa menolak untuk membiarkan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan pemerintah kita atas para tahanan perang.
Saya memahami, sangatlah sulit bagi sebagian besar warga negara untuk mengakui adanya kejahatan perang yang begitu hebat seperti kejahatan terhadap rakyat Jerman dalam Perang Dunia 2, khususnya jika melibatkan mereka. Bahkan tentara Amerika yang bersimpati kepada para tawanan, takut untuk melakukan protes. Dan bahaya tidak akan berhenti. Sejak saya berteriak beberapa minggu lalu, saya telah menerima beberapa kali ancaman telepon dan e-mail sayapun telah "dihancurkan".
Namun ini memang setimpal. Menulis tentang kekejaman perang telah menjadi pembebas atas perasaan yang telah lama terpendam, sebuah pembebasan, dan mungkin akan mengingatkan para saksi lain bahwa "kebenaran akan membebaskan kita, jangan takut." Kita bahkan mungkin akan mendapat pelajaran luar biasa dari hal ini: "hanya cinta yang bisa mengalahkan segalanya."
Dari:
"Eisenhower’s Death Camps’: A U.S. Prison Guard’s Story"; Martin Brech; The Journal of Historical Review, vol. 10, no. 2, pp. 161-166; dalam situs truthseeker.co.uk; 16 Maret 2011.
Friday, 18 March 2011
DALAM KAMP KEMATIAN EISENHOWER (1)
Di kamp tahanan Andernach terdapat sekitar 50.000 tahanan dari berbagai umur. Mereka ditempatkan di tempat terbuka dikelilingi kawat berduri. Para wanita ditempatkan terpisah namun tidak pernah saya lihat lagi kemudian. Para tahanan laki-laki yang saya jaga tidak mempunyai atap maupun alas tidur. Mereka tidur di atas lumpur, basah dan kedinginan, dengan jumlah wc yang tidak memenuhi kebutuhan. Mereka menjalani itu semua bertahun-tahun, dari musim panas, gugur hingga musim dingin. Dan pada saat musim dingin, penderitaan karena kedinginan sangat luar biasa.
Yang lebih mengejutkan adalah para tahanan memasukkan rumput dan daun-daunan ke dalam kaleng berisi seseduh sop. Mereka mengatakan melakukannya untuk mengurangi rasa lapar mereka. Maka dengan cepat mereka menjadi lemah dan mengalami berbagai penyakit. Disenteri merajalela, dan banyak dari mereka harus tidur di atas kotorannya sendiri karena terlalu lemah untuk berjalan ke wc. Banyak dari mereka yang berteriak-teriak minta makanan, jatuh sakit, dan mati di depan mata kami. Kami mempunyak banyak makanan, namun tidak melakukan apapun untuk menolong mereka, termasuk memberikan pertolongan medis.
==============
Pada bulan Oktober 1944, dalam usia 18 tahun, saya bergabung dengan angkatan darat Amerika. Karena berkecamuknya Pertempuran Bulge, masa latihan saya dipersingkat dan segera dikirim ke Eropa. Setelah sampai di Le Havre, Perancis, saya langsung dimasukkan ke dalam kendaraan pengangkut dan dikirim ke medan peperangan. Saat saya sampai di sana, saya menderita gejala penyakit mononucleosis yang parah sehingga dikirim ke rumah sakit di Belgia. Dan karena penyakit ini sering disebut sebagai “penyakit ciuman”, saya mengirim surat kepada pacar saya dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Pada saat saya meninggalkan rumah sakit, kesatuan saya, Resimen 14 Infrantri, sedang terlibat perang hebat di jantung peperangan di Jerman, maka saya hanya ditempatkan di satuan penjaga depot cadangan meski saya memprotesnya dengan keras. Saya kurang respek dengan satuan baru tempat saya bergabung karena bagi seorang prajurit, kebanggaan sebenarnya adalah jika bisa bergabung dengan satuan tempur.
Kemudian pada bulan Maret atau awal April 1945 saya dikirim untuk mengawal tawanan perang Jerman di sebuah kamp tawanan perang dekat Andernach yang berada di tepi sungai Rhine. Saya pernah belajar di sekolah Jerman selama 4 tahun dan bisa berbahasa Jerman, meski berbicara dengan tawanan adalah tindakan melawan hukum. Namun kemudian saya dipercaya untuk menjadi penerjemah bahasa Jerman dan ditugaskan untuk mencari anggota satuan khusus yang tidak pernah saya temukan di sana.
Di kamp tahanan Andernach terdapat sekitar 50.000 tahanan dari berbagai umur. Mereka ditempatkan di tempat terbuka dikelilingi kawat berduri. Para wanita ditempatkan terpisah namun tidak pernah saya lihat lagi kemudian. Para tahanan laki-laki yang saya jaga tidak mempunyai atap maupun alas tidur. Mereka tidur di atas lumpur, basah dan kedinginan, dengan jumlah wc yang tidak memenuhi kebutuhan. Mereka menjalani itu semua bertahun-tahun, dari musim panas, gugur hingga musim dingin. Dan pada saat musim dingin, penderitaan karena kedinginan sangat luar biasa.
Yang lebih mengejutkan adalah para tahanan memasukkan rumput dan daun-daunan ke dalam kaleng berisi seseduh sop. Mereka mengatakan melakukannya untuk mengurangi rasa lapar mereka. Maka dengan cepat mereka menjadi lemah dan mengalami berbagai penyakit. Disenteri merajalela, dan banyak dari mereka harus tidur di atas kotorannya sendiri karena terlalu lemah untuk berjalan ke wc. Banyak dari mereka yang berteriak-teriak minta makanan, jatuh sakit, dan mati di depan mata kami. Kami mempunyak banyak makanan, namun tidak melakukan apapun untuk menolong mereka, termasuk memberikan pertolongan medis.
Dengan marah, saya memprotes kemandan saya untuk memberi perlakuan yang lebih manusiawi, namun justru mendapatkan kemarahan darinya. Setelah saya desak, ia mengaku mendapat perintah dari komando tertinggi dengan perintah yang sangat tegas. Tidak ada seorang pun perwira yang berani menentang perintah itu. Menyadari protes saya tidak berguna, saya meminta teman yang bekerja di dapur untuk menyelipkan sejumlah makanan kepada saya untuk dibagikan kepada para tawanan. Namun ia juga menolak, berdalih mendapat larangan keras dari "komandan tertinggi". Namun ia juga mengatakan ada banyak makanan tersisa yang bisa saya "selundupkan" sebagian.
Saat saya melemparkan makanan-makanan itu melalui kawat berduri, saya ditangkap dan diancam dengan hukuman penjara. Saya memprotes keras penangkapan itu, dan seorang perwira mengancam akan menembak saya. Saya menyangka itu hanya gertakan sampai saya melihat dengan mata saya sendiri seorang kapten menembak mati segerombolan wanita Jerman dengan menggunakan pistol. Saat saya bertanya mengapa, dengan enteng ia menjawab, "sasaran latihan!". Ia terus menembak hingga pelurunya habis.
Saat itu saya baru menyadari bahwa saya berurusan dengan para pembunuh berdarah dingin yang dipenuhi dengan kebencian yang membuncah. Mereka menganggap orang Jerman sebagai mahluk rendah yang patut dibunuh. Artikel-artikel di koran tentara, "Stars and Stripes" turut mengkampanyekan penghancuran orang-orang Jerman, dengan memblow-up kondisi kamp-kamp tawanan untuk menjadikannya sebagagai sebuah kewajaran. Selain itu bagi para prajurit yang tidak pernah bertempur di medan perang, memperlakukan para tawanan secara kejam dianggapnya bisa menunjukkan keberanian mereka.
Para tawanan itu, sejauh yang saya dapatkan, sebagian besar adalah para petani dan pekerja biasa, sebagaimana juga para tentara kita sendiri. Seiring berjalannya waktu, sebagian besar dari mereka berubah menjadi manusia zombie yang kurus kering. Sebagian lagi berusaha melarikan diri dengan cara seperti sengaja membunuh diri, hanya untuk mendapatkan setangkup air segar Sungai Rhine.
Mereka bergerak dengan sangat lambat. Sebagian mereka, ketagihan rokok sebagaimana keinginan mendapatkan makanan. Beberapa tentara Amerika menjadikannya sebuah bisnis. Mereka memberikan beberapa batang rokok untuk mendapatkan ganti jam, kalung, cincin atau gelang milik tawanan. Saat saya melemparkan beberapa kadus rokok ke dalam kamp untuk "menghancurkan" bisnis tidak berperi kemanusiaan ini, saya diancam bunuh oleh beberapa tentara termasuk perwira.
Satu-satunya keindahan yang saya dapatkan di sana terjadi pada suatu malam saat saya bertugas dalam "sift kuburan" antara pukul 2 dan 4 dinihari. Terdapat sebuah pekuburan di atas bukit tidak jauh dari kamp tawanan. Komandan saya lupa memberikan saya lampu sorot, dan saya pun tidak merasa keberatan untuk tidak menggunakan lampu sorot menjaga para tawanan untuk tidak melarikan diri.
Malam itu bulan bersinar sehingga saya bisa melihat seorang tawananan merangkak keluar menuju pemakaman. Kami diperintah untuk menembak tawanan yang tampak berusaha melarikan diri, namun saya tidak ingin melakukannya. Saya bergerak ke arahnya untuk memberi peringatan kepadanya agar kembali. Tiba-tiba saja melihat tawanan yang lain merangkak dari atas pekuburan kembali ke kamp tawanan. Mereka menanggung resiko besar dengan melakukan semua itu, maka saya memutuskan untuk menyelidikinya.
Saat saya memasuki pemakaman berbentuk segitiga itu, saya merasa agak rentan, namun rasa penasaran memaksa saya terus bergerak maju. Namun meski saya sudah bergerak hati-hati, kaki saya terantuk pada kaki seseorang yang tengah merunduk bersembunyi. Terkejut, saya mengarahkan senjata untuk menembak, namun tidak saya lakukan. Orang yang tersandung kaki itu kemudian berdiri. Kemudian secara perlahan saya melihat jelas sosok di depan saya, seorang wanita cantik dengan keranjang makanan di sampingnya, berdiri dengan wajah pucat karena ketakutan. Saya memberi isyarat bahwa saya tidak keberatan dengan tindakan wanita itu dan kemudian segera meninggalkan tempat itu.
Saya melakukannya dengan cepat, berusaha tidak membuat para tawanan ketakutan. Saya masih terus teringat dengan peristiwa saat itu. Membayangkan seperti apa rasanya berada dalam posisi seperti para tawanan itu, bertemu dengan wanita cantik yang baik hati dan berani mempertaruhkan nyawanya untuk menolong para tawanan. Saya tidak akan pernah bisa melupakan wajah cantik itu.
Kemudian saya melihat semakin banyak tawanan yang merangkak bolak-balik ke pemakaman itu, membawa makanan dan membagi-baginya kepada teman-teman mereka di dalam kamp. Seperti wanita itu, mereka pun menanggung resiko yang sangat serius, ditembak mati jika ketahuan penjaga.
Dari:
Martin Brech; "In ‘Eisenhower’s Death Camps’: A U.S. Prison Guard’s Story"; The Journal of Historical Review, vol. 10, no. 2, pp. 161-166; dimuat dalam situs truthseeker.co.uk; 16 Maret 2011)
PERANG RAHASIA IRAN-ISRAEL YANG TENGAH BERLANGSUNG
Israel terlibat sebuah perang melawan Iran, Selasa (15/3) lalu. Tidak ada tentara Iran yang terlibat dan tanpa sebutir peluru pun ditembakkan, namun apa yang terjadi adalah sebuah perang rahasia yang sangat menentukan. Hari itu Israel menangkap kapal penyelundup senjata canggih Iran yang akan dikirimkan kepada sekutunya, gerilyawan Hamas di Gaza.
Sebagaimana ditulis dalam artikel berjudul "Analysis: Israel’s shadow war against Iran" di situs JPost.com tgl 16 Maret lalu, saat para anggota pasukan komando Israel mendekati kapal kargo "Victoria" yang berlayar 320 km sebalah barat Israel, di kegelapan malam, mereka tidak mengetahui sama sekali apa yang akan mereka serang. Pada detik-detik terakhir komando "serang" baru diberikan oleh perdana menteri Benjamin Netanyahu.
Kapal yang diserang adalah kapal kargo milik perusahaan Jerman dengan menggunakan bendera Liberia. Tentu saja operasi semacam itu mengandung resiko politik tinggi. Tidak heran jika pada saat itu para pejabat tinggi Israel terus berjaga-jaga untuk mengontak pejabat Jerman dan Liberia jika ditemukan kondisi yang tidak diinginkan.
Ketika pasukan komando masuk ke dalam kapal, tidak ada perlawanan sama sekali dari awak kapal. Mereka pun langsung melakukan pencarian ke seluruh muatan kapal untuk menemukan benda mencurigakan yang mereka cari, yaitu benda yang dimuat di pelabuhan Latakia dengan tujuan Alexandria, Mesir. Beberapa hari sebelumnya Latakia menjadi pelabuhan bagi dua kapal perang Iran yang berlayar menuju Syria untuk melakukan latihan militer dengan Syria.
Pada satu sudut komando menemukan sebuah kontainer yang digembok sangat kuat, mencurigakan untuk pengiriman barang-barang tekstil yang dimuat di manifest. Di dalamnya, mereka menemukan benda yang mereka cari, yang ternyata lebih berharga dari yang mereka harapkan, peluru-peluru kendali anti-kapal C-704 di samping sejumlah besar bom-bom artileri dan mortar.
Secara kuantitas pengiriman tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan pengiriman senjata yang berhasil ditangkap Israel dalam kapal kargo "Francop" tahun 2009, namun secara kualitas jauh lebih berharga. Missil c-704 adalah buatan Cina yang digunakan oleh militer Iran dengan nama "Nasr". Sebagaimana misil-misil anti-pesawat, misil seperti itu sangat ditakuti Israel karena mengancam keunggulan mutlak laut-udara mereka atas Hamas dan Hizbollah yang memungkinkan mereka bebas melakukan aksi-aksi militernya.
Penangkapan tersebut merupakan bagian dari perang rahasia Iran-Israel yang jauh lebih besar. Selama bertahun-tahun Iran, melalui operasi "penyelundupan" berhasil mengembangkan persenjataan Hamas dan Hizbollah. Jika pada saat Israel menginvasi Gaza tahun 2009 lalu Hamas belum mempunyai roket yang bisa menjangkau Tel Aviv, kini Hamas telah mempunyainya. Namun bukti kesuksesan Iran adalah keberhasilan Hizbollah menghancurkan militer Israel dalam Perang Lebanon tahun 2006. Dalam perang tersebut gerilyawan Hizbollah, selain sukses menghancurkan puluhan tank Israel juga berhasil melumpuhkan sebuah kapal perang Israel dengan menggunakan missil C-704. Ini adalah kali pertama sebuah kapal perang Israel berhasil dilumpuhkan oleh musuh-musuhnya dan menjadi pukulan psikologis yang hebat bagi Israel.
Berdasarkan data awal yang diperoleh dinas inteligennya, Israel sejak lama mencurigai bakal adanya pengiriman senjata di kapal "Victoria". Namun kepastian hal itu baru diperoleh setelah senjata yang dimaksud berhasil dibongkar komandonya.
Bagi Iran dan sekutunya, penangkapan "Victoria" merupakan pukulan telak, namun tidak akan menghentikan Iran. Pengiriman-pengiriman lainnya tetap berhasil mencapai sasaran.
Rute yang dilalui "Victoria" di perairan Laut Mediterania antara Turki dan Mesir melalui perairan Syria, Lebanon, Israel, Gaza dan Mesir, adalah rute yang mendapat pengawasan ketat Israel selain rute di Laut Merah yang menghubungkan Teluk Aden dengan Laut Mediterania melalui Terusan Suez. Dalam kasus "Victoria" kapal tersebut bertolak dari Syria menuju Turki di sebelah utara dengan maksud mengelabuhi Israel yang berada di Selatan Syria. Selanjutnya dari Turki kapal tersebut berbalik arah menuju Mesir.
Pengiriman senjata melalui laut melalui menandakan Iran melakukan "diversifikasi" untuk menghindari penjagaan Israel dan Mesir dalam upayanya menembus Gaza untus untuk membantu Hamas. Selama ini Iran lebih banyak melakukan pengiriman melalui darat. Bulan lalu militer Mesir menggagalkan konvoi pengiriman senjata yang mencoba melintasi perbatasan Sudan-Mesir.
IRAN TERUS KEMBANGKAN SENJATA CANGGIH
Sementara itu dalam waktu yang tidak terlalu jauh dengan insiden "Victoria" Iran mengumumkan keberhasilannya program-program persenjataannya. Pada tgl 5 Maret Iran mengumumkan keberhasilan mengembangkan senjata artileri canggih
self-propelled Howitzer 155mm. Dilanjutkan tgl 14 Maret Iran mengumumkan dimulainya produksi massal kapal super-cepat berpeluru kendali.
Sebagaimana ditulis kantor berita Iran FARS, jenis altileri baru ini baru bisa dikembangkan oleh 6 negara selain Iran. Menhan Iran Brigadir General Ahmad Vahidi dalam sambutannya saat peluncuran senjata tersebut mengatakan senjata tersebut memiliki keunggulan dalam akurasi maupun kecepatan menembak, mudah dimobilisasi, lebih mudah perawatannya serta lebih murah dibandingkan produksi negara lain.
Sementara itu pada tgl 14 Maret angkatan laut Iran, Islamic Revolution Guards Corps (IRGC) Naval Force, mengumumkan program produksi massal kapal super cepat berpeluru kendali yang dimulai sejak tgl 21 Maret 2011.
“Kapal-kapal ini akan mulai diproduksi pada bulan Maret 2011 hingga Maret 2012, berdasarkan jadwal yang telah dibuat," kata Komandan AL Iran Laksmana Fadavi kepada media massa Iran, FNA. Ia menyatakan kepuasannya dengan perkembangan program tersebut.
Menurutnya AL Iran telah berhasil menempatkan beberapa senjata yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan seperti torpedo dan peluru kendali. Kapal supercepat tersebut merupakan pengembangan dari speedboat Bladerunner 51 buatan Inggris, berbobot 16 ton, panjang 15,5 meter dan mampu berlari dengan kecepatan 65 knot. Fadavi berjanji akan meningkatkan kecepatan kapal tersebut hingga 80-85 knot dalam kondisi penuh persenjataan.
Sebelumnya Menhan Brigjen Vahidi mengatakan bahwa armada kapal cepat akan menjadi jantung pertahanan AL Iran karena memiliki efisiensi tinggi untuk menghadapi kapal-kapal perang Amerika.
Pada bulan Agustus tahun lalu Iran telah meluncurkan belasan kapal supercepat yang terdiri dari beberapa type yaitu Zolfaqar, Tareq, Ashoura dan Zoljanah. AL Iran juga mengumumkan kesiapan mereka untuk meluncurkan kapa-kapal selamnya menghadapi konflik yang mungkin akan terjadi di Teluk Parsi.
Sejak meluncurkan program pengembangan senjata buatan sendiri pada tahun 1992 menyusul empargo senjata yang dikenakan Amerika dan sekutu-sekutunya, Iran telah berhasil mengembangkan berbagai peralatan militer canggih seperti tank, panser pengangkut pasukan, peluru kendali hingga pesawat tempur.
Saturday, 12 March 2011
REAL ID ACT TELAH DITERAPKAN
“Seseorang yang tidak memiliki kartu identitas yang sesuai dengan Real ID Act, tidak bisa memasuki gedung-gedung federal, atau kantor para senator dan anggota Congress yang mewakili mereka. Hal ini secara efektif menggugurkan hak-hak dasar warga negara dalam urusan pemerintahan sebagaimana dijamin dalam Amandemen Pertama konstitusi.”
Itulah kekhawatiran mantan senator Bob Barr yang ditulisnya dalam sebuah artikel pada tahun 2008, sebagian kecil dari penolakan publik Amerika atas rencana penerapan Real ID Card yang membuat rencana tersebut dihentikan. Namun, sebagaimana regim korup lainnya, diam-diam pemerintahan ZOG (zionist occupied goverment) Amerika telah mulai menerapkan undang-undang ini.
Sebagaimana ditulis dalam sebuah artikel "Fox News" beberapa minggu lalu, mulai bulan Mei mendatang seluruh Surat Izin Mengemudi (SIM) yang selama ini dikeluarkan oleh masing-masing negara bagian, mulai distandarisasikan secara nasional. Artikel ini juga menyebutkan bahwa untuk selanjutnya akan diterbitkan kartu identitas nasional yang hanya dengannya bisa digunakan untuk masuk ke gedung-gedung dan kantor-kantor federal, atau untuk sekedar "boarding" pesawat terbang.
Namun yang menjadi kekhawatiran jauh lebih besar dari itu semua. Real ID Act atau "undang-undang kartu identitas sebenarnya" yang benar-benar diterapkan akan mewajibkan seluruh warganegara untuk "ditanami" chips di dalam tubuhnya agar bisa dipantau keberadaannya setiap saat. Seperti di sebuah negara fasis dalam film-film fiksi.
Real ID Act dan Patriot Act (undang-undang yang membolehkan pemerintah melakukan sensor dan penyadapan) yang terlebih dahulu telah diterapkan, adalah kebijakan represif pemerintah sebagai dampak operasi inteligen "Serangan WTC 11 September 2001". Sembari memberi alasan untuk melakukan penghancuran terhadap negara-negara Islam dan merampas kekayaan alamnya, operasi "false flag" serangan WTC juga menjadi alasan untuk menjadikan Amerika sebagai negara fasis, mengantisipasi kesadaran warganya yang suatu saat akan memberontak karena selama ini telah ditipu regim ZOG (zionist occupied goverment).
Percayalah, suatu saat undang-undang semacam ini pun akan diterapkan di Indonesia jika tidak ada perlawanan dari rakyatnya.
Thursday, 10 March 2011
KEHADIRAN AMERIKA DAN MALANGNYA PAKISTAN
Para nasionalis Pakistan telah lama memperingatkan dampak buruk yang bakal menimpa Pakistan karena keterlibatannya dalam proyek "perang melawan terotisme" Amerika yang demikian intensif. Blog ini pun sudah pernah menuliskan hal itu. Namun kasus berikut ini, meski bukan yang pertama terjadi di Pakistan, mungkin akan membuat kita semua terhenyak.
Bulan lalu, Raymond Davis, seorang intel CIA tengah mengendarai mobilnya di keramaian kota Lahore, saat dua orang pengendara motor menyalipnya. Tiba-tiba saja Davis mengeluarkan senjatanya dan menembak punggung pengendara sepeda motor itu beserta temannya. Saat keduanya terjatuh, Davis keluar dari mobilnya dan menghampiri keduanya, mengokang senjatanya dan menembak kembali. Lima butir peluru untuk masing-masing pengendara motor malang itu.
Menyaksikan pembunuhan keji itu, orang-orang pun datang berkerumun di sekitar Davis. Ia mencoba menghubungi kawan-kawannya untuk mendapatkan bantuan. Namun saat teman-temannya itu tiba, penduduk yang marah sudah mengepung Davis dan menangkapnya untuk diserahkan kepada polisi.
Di kantor polisi Davis mengklaim sebagai korban perampokan dan tindakannya menembak dua pengendara motor itu hanya sebuah "pembelaan diri". Namun polisi, berdasarkan keterangan saksi-saksi, tidak percaya begitu saja. Polisi pun menggeledah mobilnya dan mendapatkan perlengkapan-perlengkapan rahasia sebagai anggota CIA.
Pemerintah Amerika pun turun tangan. Presiden Obama menyatakan bahwa Davis adalah seorang diplomat Amerika dan memiliki hak immunitas. Namun Amerika sudah melakukan blunder sejak awal. Pertama mereka mengklaim bahwa Davis adalah staff konsulat Amerika di Lahore, kemudian staff administrasi dan teknis kedubes Amerika di Islamabad. Kedua klaim itu tidak memberikan status imunitas diplomatik bagi Davis.
Selanjutnya Davis mengaku sebagai pekerja di perusahaan jasa keamanan Hyperion LLC yang bekerja di bawah kontrak kedubes Amerika di Pakistan. Namun BBC melaporkan bahwa Hyperion adalah sebuah perusahaan fiktif dan kantornya di Orlando telah kosong sejak beberapa tahun terakhir. Selain itu nomor telepon perusahaan itu juga tidak terdaftar. Tentu saja karena Hyperion adalah perusahaan fiktif bentukan CIA.
Sialnya, orang yang dibunuh Davis adalah agen rahasia dinas inteligen Pakistan, ISI agents. Diketahui kemudian bahwa mereka berdua tengah berupaya menangkap Davis karena sebuah pelanggaran.
Tak urung insiden pembunuhan terencana dan berdarah dingin tersebut menimbulkan kemarahan warga Pakistan. Di luar tempat penahanannya orang-orang berkumpul menuntut keadilan. Dan semakin menambah sentimen rakyat, salah satu janda korban penembakan Davis melakukan aksi bunuh diri dengan minum racun. Sebelum melakukan aksinya ia mengadakan wawancara dengan wartawan dan mengatakan: "Saya tidak berharap banyak pada sistem hukum di negeri ini. Itulah sebabnya saya ingin melakukan bunuh diri. Saya ingin darah dibayar dengan darah."
Kemarahan publik ini tentu saja sangat mengkhawatirkan pemerintahan Pakistan yang tengah dilanda ketidak percayaan rakyatnya sendiri akibat keterlibatannya dalam "perang melawan terorisme". Revolusi yang tengah menggelora di Timur Tengah tentu menjadi kekhawatiran pemerintah. Apalagi ditambah dengan fakta bahwa mantan presiden pengundang kehadiran Amerika, Pervez Musharraf, terlibat dalam pembunuhan Benazhir Bhutto dan kini melarikan diri ke Inggris. Menyerahkan Davis ke Amerika akan bisa menimbulkan kerusuhan massa.
MISSI DAVIS DI PAKISTAN
Selama ini publik di seluruh dunia, terutama Pakistan dan Amerika, mendapat indoktrinasi bahwa kehadiran pasukan, aparat inteligen hingga tentara bayaran Amerika di Pakistan adalah untuk memerangi terorisme. Meski faktanya justru rakyat sipil Pakistan yang lebih banyak menjadi korban daripada teroris karena serangan-serangan militer Amerika. Kasus Davis menjadi tamparan keras dari semua upaya indoktrinasi itu.
Koran Inggris, "Daily Telegraph" melaporkan bahwa Davis adalah "pimpinan operasional CIA di Pakistan". Tugas utamanya adalah menciptakan dan menjaga jaringan inteligen di kawasan perbatasan Pakistan-Afghanistan yang merupakan wilayah operasional Al Qaida. Disebutkan juga bahwa Davis menguasai beberapa bahasa daerah Pakistan.
Menurut "Daily Telegraph" Davis ternyata juga berhubungan dengan para gerilyawan Al Qaida dan Lashkar-e-Jhangvi yang diperangi Amerika. Lashkar-e-Jhangvi telah terlibat dalam berbagai aksi terorisme. Pada tahun 2002, 2 orang anggotanya melakukan aksi pemboman terhadap gereja International Protestant Church di Islamabad, menewaskan 5 orang dan melukai 40 lainnya. Pemerintah Pakistan juga menuduh Lashkar-e-Jhangvi sebagai pelaku pembunuhan terhadap mantan presiden Benazir Bhutto pada tahun 2007.
Pakistan adalah negara Islam yang memiliki persenjataan nuklir, menjadi target penghancuran oleh "elit penguasa global". Sebagaimana Al Qaida, Lashkar-e-Jhangvi sengaja diciptakan untuk menghancurkan Pakistan, memecah belahnya menjadi negara-negara kecil yang lemah dan mudah dikendalikan.
Davis diyakini juga menjadi sumber informasi militer Amerika dalam melakukan aksinya. Ia lah yang menetapkan target-target sasaran pesawat terbang tanpa awak yang kini menjadi favorit militer Amerika. Sejak tahun 2004 telah melakukan aksi-aksi serangan pesawat tanpa awak terhadap berbagai lokasi di Pakistan, meski kebanyakan korbannya adalah warga sipil yang tidak bersalah. Saat ini sasaran utama serangan-serangan "pengecut dan tanpa perikemanusiaan" itu adalah wilayah Waziristan.
Wikipedia mendeskripsikan wilayah tersebut sbb:
"Suku-suku di wilayah ini terbagi dalam beberapa sub-suku yang masing-masing dipimpin oleh seorang tokoh laki-laki yang secara rutin mengadakan sidang Jirga. Secara sosial dan agama, Wazirian adalah wilayah yang sangat konservatif. Para wanita mendapat pengamanan ketat dan setiap rumah harus dipimpin oleh seorang pria. Hubungan antar suku sangat kuat melalui apa yang disebut dengan "kaidah-kaidah mengenai tanggungjawab bersama" dan "hukum kejahatan".
Orang-orang Wazirian sangat anti-barat dan Amerika. Mereka para pejuang yang menolak untuk tunduk pada pengaruh Amerika. Maka mereka menjadi sasaran pertama untuk dihancurkan di negara yang memang menjadi target penghancuran seperti Pakistan. Para tokoh mereka menjadi sasaran pembunuhan agen-agen CIA dan antek-anteknya dan lalu dicap sebagai teroris atau Al Qaida.
Kini masa depan Davis dipenuhi ketidak jelasan. Pemerintah Pakistan tentu tidak ingin membuat marah Amerika yang telah "membantu" dengan gelontoran uang senilai $3 miliar setahun, dengan mengadilinya, karena kemarahan Amerika bisa berujung pada kehancuran karier sosial politik para pemimpin Pakistan yang korup. Namun kemarahan publik juga bukan hal mudah dikesampingkan. Selain itu pemerintah juga mendapat tekanan dari ISI untuk mengeksekusi Davis.
ISI, salah satu kekuatan nasionalis Pakistan yang tersisa selain beberapa tokoh militer, politisi dan birokrat sipil Pakistan, kini terlibat intrik dengan CIA. Bahkan Washington Post telah melaporkan bahwa ISI nyaris "pecah kongsi" dengan CIA. Selah satu faktor yang membuat "marah" ISI adalah tuduhan Amerika bahwa ISI terlibat dalam serangan terosis Mumbai, yang diketahui dengan pasti oleh ISI merupakan ulah inteligen Amerika dan Israel. Berbagai insiden ketegangan antara personil ISI dan CIA kerap terjadi di Pakistan, termasuk insiden penembakan yang dilakukan Davis.
Kemungkinan besar kasus ini akan didiamkan selama beberapa lama hingga kemarahan publik mereda, sehingga Davis bisa dikirim ke Amerika diam-diam. Kasus ini menjadi perhatian besar di Pakistan, namun sengaja tidak banyak ditulis media barat karena dianggap sangat membahayakan kepentingan barat.
Armada Laut Cina yang Kembali
"Tapi misi kapal perang Xuzhou bukan sekedar misi kemanusiaan. Jika pemerintahan-pemerintahan demokratis muncul di antara padang pasir bangsa-bangsa otokrasi Timur Tengah, mereka tidak akan lagi menjadi sekutu barat. Mereka akan mencari sekutu-sekutu baru, dan Xuzhou berada di sana untuk menunjukkan benderanya."
Hampir 600 tahun telah berlalu sejak kapal-kapal perang Cina berlabuh di pantai-pantai Afrika. Namun kini mereka kembali.
Pada abad 15 Dinasti Ming Cina mengirim armada terbesar dalam sejarah ke Samudra Hindia di bawah komando Laksamana Zheng He (Cheng Ho). Menyingkirkan semua musuh, menghancurkan para perompak dan menarik upeti dari para penguasa dan mengirimkan misi hingga ke Arab dan Kenya.
(Dengan armada yang sangat besar tersebut memang Cheng Ho bisa melakukan misi militer. Namun di Indonesia, ia hanya "berani" menjalankan misi perdamaian. Tentu ia menyadari kekuatan bangsa Indonesia kala itu. Majapahit adalah negara maritim superpower dengan kapal-kapal bermeriam api-nya. Sisa-sisa kerajaan Majapahit setelah kedatangan Cheng Ho bahkan berhasil mengusir Portugis dari Jawa dan orang-orang Maluku mengusirnya dari Ternate. Padahal kala itu Portugis adalah superpower laut baru. Terlebih lagi Cheng Ho juga menyadari, orang-orang Indonesia pula yang pernah mengalahkan tentara Mongol, bangsa yang pernah menjajah Cina)
Dan kemudian, seperti saat mereka datang, kapal-kapal itu menghilang begitu saja. Dan mereka baru kembali setelah tahun 2008. Sekali lagi para perompak mengganggu kapal-kapal Cina, kali ini para perampok Somalia di Teluk Aden. Dan kapal-kapal Cina datang untuk menghancurkan mereka.
Namun sejarah tidak pernah benar-benar berulang dengan sendirinya. Pada abad 15 Cina tidak banyak mengenal Afrika. Kini Cina adalah mitra dagang Afrika terbesar. Ratusan ribu pekerja Cina bekerja di sana, di semua sektor. Dari perminyakan, industri baja, hingga pertanian dan sektor keuangan.
Bulan lalu, Cina melakukan langkah baru, jauh di atas apa yang terjadi 6 abad yang lalu.
Saat Libya diguncang oleh revolusi dan perang saudara, Cina mengirimkan kapal fregat Xuzhou seberat 4.000 ton, untuk mengawal kepulangan 30.000 warga negara Cina dari Libya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kapal perang Cina berlayar di Laut Mediterania.
Tapi misi kapal perang Xuzhou bukan sekedar misi kemanusiaan. Jika pemerintahan-pemerintahan demokratis muncul di antara padang pasir bangsa-bangsa otokrasi Timur Tengah, mereka tidak akan lagi menjadi sekutu barat. Mereka akan mencari sekutu-sekutu baru, dan Xuzhou berada di sana untuk menunjukkan benderanya.
Dan jika, para diktator peenguasa Arab itu tetap bertahan, mereka juga akan mencari teman baru, karena mereka tahu bahwa kini Amerika Cs telah mengabaikan mereka. Untuk mereka pun, Xuzhou berada di sana untuk menunjukkan benderanya.
Maka pemenang terbesar dari Revolusi Melati di Libya mungkin saja adalah Cina.
Beberapa dekade sejak saat ini, pelayaran Xuzhous mungkin akan menjadi simbol dari perubahan kekuatan global, dari Barat ke Timur.
Namun sebagaimana sebuah perubahan arah sejarah, konsekuensinya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Amerika saat ini memiliki 11 kapal induk yang menguasai seluruh penjuru dunia. Inggris memiliki 2 kapal induk. Perancis dan Rusia masing-masing memiliki 1 kapal induk. Cina belum memiliki satu pun.
Cina memang telah mengembangkan kekuatan kapal selam dan peluru kendali anti-kapal dan akan membuat Amerika mengalami kerugian besar jika berani melakukan konflik dengan Cina di Selat Taiwan. Namun Cina tidak bisa berharap menang perang laut melawan Amerika di perairannya sendiri. Barat masih menguasai laut, namun Xuzhou mungkin menjadi simbol perubahan kekuatan di masa mendatang.
Minggu lalu Cina mengumumkan kenaikan anggaran militernya sebesar 12,7% menjadi $95 miliar.
Menurut sumber-sumber militer dan politik Cina, Cina kemungkinan besar akan meluncurkan kapal induk pertamanya tahun ini, setahun lebih cepat dari perkiraan para analis militer. AL Cina telah membangun armada kapalnya dengan gencar sejak tahun 2001 dan berencana mengganti semua kapal kunonya dekade ini. Pada tahun 2009 berhasil meluncurkan kapal selam nuklir pertamanya dan kini tengah membangun pangkalan kapal selam modern di Hainan.
Pada bulan Januari lalu Cina memperkenalkan pesawat tempur siluman pertamanya, dan musim semi ini diperkirakan kapal induk pertama Cina mulai beroperasi. Pada tahun 2020 diperkirakan Cina telah memiliki 3 kapal induk konvensional dan 2 kapal induk nuklir.
Dan sementara angkatan laut Cina tumbuh pesat, kekuatan barat justru mengalami kemerosotan. Kedodoran mengatasi anggaran belanjanya akibat krisis keuangan namun ketakutan dengan ketidak puasan rakyatnya sendiri, pemerintahan-perintahan barat dengan bernafsu menatap anggaran pertahanannya.
AL Amerika saat ini memiliki 285 kapal perang, lebih kecil dari kebutuhan sebanyak 313 kapal. Dan dengan anggaran militer yang masih belum mendapat persetujuan Congress, kemungkinan besar akan terjadi pengurangan anggaran militernya.
Inggris masih menjadi kekuatan laut nomor 2 terbesar di dunia dan telah berencana mengganti kapal-kapal induknya. Namun dengan masalah keuangan yang lebih parah dari Amerika, khususnya karena oposisi masyarakat, Inggris kemungkinan akan menghentikan operasi kapal-kapal induknya sebelum kapal induk yang baru mulai dibuat.
Ada banyak cerita menarik mengenai ambruknya kekuatan laut Inggris ini. Misalnya saja kabar mengenai kapal amphibi Amerika yang akan berlayar di Sungai Thames untuk melindungi kota London selama Olimpiade tahun 2012 mendatang. Cerita menarik lainnya adalah kemungkinan Inggris hanya mengoperasikan 1 kapal induk baru, dan menyatukan angkatan lautnya dengan angkatan laut Perancis.
Dalam beberapa bulan terakhir rakyat Eropa telah belajar mengenai apa yang bisa terjadi jika negara-negara merdeka menyatukan mata uang mereka. Kita seharusnya tidak mengulangi pengalaman itu dengan angkatan laut.
Ketika krisis Libya terus memburuk, Amerika dan Inggris mempertimbangkan untuk menerapkan zona larangan terbang di atas Libya agar pesawat dan helikopter Qadaffi tidak bisa digunakan untuk membantai rakyatnya sendiri. Namun untuk menerapkan larangan itu memerlukan sebuah pertempuran. Sebanyak 50 battere rudal SAM 6 Libya yang ditempatkan di sepanjang pantai Libya harus dihancurkan. Namun Rusia dan Cina menolak rencana tersebut dan angkatan laut barat menjadi tidak berarti kehadirannya di lepas pantai Libya.
Dalam kasus Libya, pesawat-pesawat NATO yang berbasis di Cyprus bisa melakukan operasi udara bersama pesawat-pesawat Amerika di kapal induk USS Enterprise. Namun kita tidak bisa memastikan bahwa semua krisis akan berada pada jarak tempuh pesawat-pesawat terbang barat.
Berbagi kapal induk tanpa berbagi kebijakan adalah sebuah rencana yang membahayakan. Barat harus menghadari 2 realitas. Pertama adalah tantangan berbentuk kekuatan non-negara: gerakan politik, terorisme, bajak laut, yang semakin besar. Kedua adalah kekuatan dan kemakmuran telah mulai berpaling dari Barat ke Timur. Revolusi Industri dimulai di Inggris memancarkan energi yang membuat Eropa Barat menjadi kekuatan dominan dunia pada abad 19. Setelah Amerika tumbuh industrinya, ia mengambil alih Eropa Barat, dan kini Asia Timut tengah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi baru.
Proses ini di luar kemampuan siapapun untuk menghentikannya. Namun Barat bisa mendapatkan keuntungan dari proses itu daripada menjadikannya sebagai proses yang menghancurkan. Yaitu jika Barat bisa membujuk Cina untuk menggunakan kekuatannya untuk perdamaian seperti menghancurkan bajak laut, mengevakuasi pengungsi dll. Namun jika Barat gagal melakukan hal itu, kehancuran akan terjadi sebagaimana terjadinya perubahan tata dunia di masa lalu.
Para penguasa Dinasti Ming akhirnya menyadari bahwa misi armada Cheng Ho sangatlah mahal biayanya. Sebagaimana pemerintah barat yang mengurangi anggaran angkatan lautnya, kaisar Cina pun akhirnya membubarkan armada besarnya dan meninggalkan catatannya dalam sejarah. Ketika uang menjadi sulit diperolah, ekonomi harus diciptakan. Armada besar itu tampak hanya menjadi beban daripada keuntungan yang diberikannya.
Lalu apa yang terjadi kemudian? Dalam waktu 75 tahun, pelaut-pelaut Portugis memasuki Samudra Hindia dari Atlantik. 20 tahun kemudian kapal-kapal itu mendarat di Cina. Eropa, pelan namun pasti, menguasai perdagangan Asia Timur. Majapahit, Cina dan sisanya hanya tinggal sejarah.
Ada satu pelajaran di sini. Barat tidak seharusnya dengan mudah mengendorkan kekuatan lautnya. Jika tidak, maka barat akan melihat kapal-kapal perang Cina -lah yang akan berlayar di Sungai Thames.
Ref:
"How long until a Chinese aircraft carrier sails up the Thames?"; Ian Morris – Daily Mail March 6, 2011.
Charlie Sheen yang Malang
Menjadi aktor terkenal dan bintang film seri paling laris di Amerika, Charlie Sheen harus terjungkal dari kariernya yang cemerlang hanya gara-gara sebuah isu sepele, "anti-semit".
Bulan lalu, dalam sebuah wawancara acara "Alex Jones Show", Charlie menyebutkan produser film seri komedi "Two and a Half Men" dimana ia menjadi pemeran utamanya, Chuck Lorre, mendapatkan keuntungan besar dari acara tersebut hingga $500 juta. Apa yang dikatakannya itu sebenarnya adalah hal yang biasa saja. Jika Chuck Lorre keberatan, ia cukup membuat bantahan, atau cukup mengajukan tuntutan perdata kepada Charlie. Namun yang dilakukan Charlie dianggap lebih serius dari hal itu. Ia membuka kedok siapa Chuck Lorre sebenarnya, seorang yahudi bernama asli Chaim Levine.
Dan karena di negara yang dikuasai zionis (ZON = zionist occupied nation) seperti Amerika mengasosiasikan yahudi dengan kejahatan dan keburukan (meraup keuntungan ratusan juta dollar dianggap mengasosisikan yahudi dengan kerakusan) dianggap sebagai kejahatan besar, maka Charlie Sheen pun harus menuai reaksi keras dari komunitas yahudi Amerika. Dan karenanya ia harus kehilangan pekerjaannya sebagai bintang dalam film "Two and a Half Men" di stasiun televisi CBS.
Charlie Sheen tentu tidak menyangka apa yang dilakukannya dianggap sebagai "anti-semit". "Katakan pada saya, jika ada orang memanggil saya Carlos Estevez (nama asli Sheen) lantas orang itu dituduh anti-latin?," katanya membuat analogi dalam sebuah wawancara pembelaan diri.
Namun tetap saja Anti Defamation League (ADL), organisasi yahudi paling radikal dan paling berpengaruh dalam kehidupan sosial politik Amerika, tidak menggubris pembelaan Charlie Sheen. "Kami tidak tahu apa yang dimaksudkannya itu," kata Abe Foxman, ketua ADL.
Sebagai seorang laki-laki bermasalah --- ia sering terlibat kekerasan rumah tangga dan ketergantungan obat bius, Sheen menjadi figur yang klop dengan skenario "Two and a Half Men", program yang diplot sebagai kampanye "penghancuran budaya dan nilai-nilai tradisional" yang diusung media massa dan film Amerika.
Namun tentu saja Sheen hanya boneka. Manusia yang lebih bermasalah adalah Chaim Levine yang menulis chript dan memproduseri "Two and a Half Men". Lihat saja pengakuannya sbb:
“I’m writing this vanity card in Israel. I like it here. Not for the geography, or architecture, or even the history. No, I like it because for the first time in my life I’m surrounded with DNA much like my own. Until I got here, until I wandered around Tel Aviv and Jerusalem, I didn’t realize how much my double helix yearned to be around similar strands. Now that’s not to say that I don’t occasionally have that very same genetic experience in Beverly Hills, particularly in Chinese restaurants on Sunday night. But the sheer homogeneity of Israel overwhelms any over-priced kung pao gathering at Mr. Chow’s. The cop, the cab driver, the hotel concierge, the pilot, the waiter, the shoe salesman, the beautiful girl looking right through me as if I didn’t exist — all Jewish! If I had to sum it up, I’d say the sensation is like being at a B’nai B’rith summer camp that is surrounded by millions of crazy bastards who hate the sound of kids playing tetherball, and all the poor little camp has going for it is pluckiness and nukes. Anyway, I have to believe my visceral and very pleasant reaction is some sort of evolutionary, tribal thing. Some sort of survival gene that makes human beings want to stay with their birth group. Which raises the question, why have I spent a lifetime moving away from that group? How did Chaim become Chuck? How did Levine become Lorre? The only answer I come up with is this: When I was a little boy in Hebrew school the rabbis regularly told us that we were the chosen people. That we were God’s favorites. Which is all well and good except that I went home, observed my family and, despite my tender age, thought to myself, “bullshit!.””
Dalam segala hal, Sheen telah membuat kesalahan yang tidak perlu, karena tidaklah mungkin bahwa ia tidak menyadari bahwa di industri film dan hiburan Amerika ada satu hal yang tidak boleh dilewati, yaitu "anti-semitisme". Ia lupa dengan apa yang dialami Marlon Brando, Mel Gibson dan Rick Sanchez. Mungkin ia terlalu "besar hati" dengan statusnya sebagai bintang yang sedang naik daun selain nama besar keluarganya sebagai keluarga aktor terkenal Hollywood. Namun tentu saja semua itu tidak ada artinya jika di mata yahudi.
Penulis terkenal Joseph Sobran pernah menulis bahwa kekuatan yahudi sangatlah unik. "Terlalu sensitif atas kritik yang paling wajar sekalipun," dan "agar selamat dalam kehidupan sosial dibutuhkan pengetahuan atas masalah itu (kekuasaan yahudi), namun janganlah pernah menyebut-nyebutnya. Etika hipokrit telah memaksa kita untuk berpura-pura menganggap yahudi sebagai korban yang lemah, dan jika kamu tidak menghormati "penderitaan mereka", mereka akan menghancurkanmu."
Ref:
"Charlie, Say It Ain’t So"; Edmund Connelly; Occidental Observer; 26 Februari 2011; truthseeker.co.uk; 27 Februari 2011.
Monday, 7 March 2011
SANG TERPILIH (26)
BUMN adalah alat yang efektif bagi "organisasi" untuk membangkrutkan Indungsia agar terus tergantung hidup dan matinya pada "organisasi". Tidak mengherankan jika sebagian besar eksekutif BUMN di Indungsia adalah para agen "organisasi", tentunya termasuk Heloh S Namidub, direktur perusahaan listrik nasional, dan direktur perusahaan minyak dan gas negara, Karenina Gustia.
Baru-baru ini dua BUMN transporatasi, perusahaan kereta api dan perusahaan operator penyeberangan antar pulau, secara bersama-sama men-"grounded"-kan sebagian besar armadanya sehingga tranportasi barang jasa dan manusia menjadi lumpuh. Akibatnya negara mengalami kerugian yang tidak terkira. Belum lama sebelumnya BUMN angkutan udara "membangkrutkan diri" karena manajemen yang amburadul dan korup. Ujung-ujungnya pemerintah harus menalangi kebangkrutan itu dengan APBN hasil pinjaman luar negeri. Tapi yang menyakitkan adalah "kebangkrutan yang disengaja" itu dilakukan secara mendadak sehingga ribuan penumpang yang telah membeli tiket mengalami kerugian yang tidak terhitung nilainya.
Penghancuran ekonomi lebih massif dilakukan oleh Heloh S Namidub dengan membeli listrik dari perusahaan swasta milik "organisasi" dengan harga kelewat mahal. Kemudian setelah keuangan perusahaan terancam karenanya, ia meminta pemerintah menalangi. Sebagaimana para eksekutif agen "organisasi" lainnya, ia tidak pernah melakukan upaya efisiensi paling minimal sekalipun, karena dengan efisiensi maka ketergantungan para hutang luar negeri dan "organisasi" akan hilang. Ia tidak pernah berusaha mencari sumber energi alternatif untuk membangkitkan pembangkit-pembangkit listriknya yang boros BBM. Dan tentu saja sebagian besar BBM itu dibeli dari perusahaan-perusahaan minyak asing milik "organisasi".
Akhir-akhir ini Heloh gencar melakukan lobi politik agar subsidi pemerintah kepada perusahaannya ditambah dengan alasan kerugian. Untuk memperkuat "tekanan politik"-nya, Heloh sengaja melakukan pemadaman listrik bergilir di berbagai tempat di Indungsia. Padahal belum lama berselang ia telah bersumpah untuk tidak lagi melakukan pemadaman listrik karena, katanya, kebutuhan listrik telah bisa dipenuhinya.
Sementara itu Karenina berulangkali sengaja menghambat distribusi BBM ke daerah-daerah sehingga terjadi kelangkaan BBM dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Kemudian konspirasi lebih besar terjadi. Pemerintah mengijinkan ekspor 90% produksi minyak mentah Indungsia, dan sebagai imbalannya Indungsia harus mengimpor 600.000 barrel BBM per-hari dengan harga berkali-kali lipat.
Dan meskipun ulah manajemen BUMN tersebut jelas-jelas telah membawa dampak kehancuran yang tidak terkira, para eksekutif BUMN-BUMN tersebut tidak mendapat sangsi apapun dari Subagyo. Heloh dan Karenina bahkan telah digadang-gadang Subagyo untuk menjadi menteri energi.