Saturday, 20 December 2008

DILEMA BULAN DESEMBER


“Kita tidak boleh membiarkan Yahudi mendiktekan hari libur nasional kita,” ungkap pendeta Ted Pike dengan nada geram dalam sebuah artikelnya di situs Truthtellers baru-baru ini.

Apa yang membuat geram Ted Pike adalah, sebagai agama mayoritas, Kristen kini telah kehilangan pengaruhnya di masyarakat karena upaya sistematis yang dilakukan orang-orang minoritas Yahudi. Setelah adanya larangan menampilkan simbol-simbol Kristen di tempat-tempat dan fasilitas-fasilitas umum, kantor-kantor pemerintah dan sekolah-sekolah umum dan juga adanya larangan ritual berdo’a secara Kristen di sekolah-sekolah umum, kini orang-orang Kristen bahkan mulai dibatasi untuk merayakan hari libur paling suci mereka: Hari Natal.

Dan ironisnya, sementara simbol-simbol kristen lenyap di hadapan publik, simbol-simbol Yahudi berupa menorah muncul di tempat-tempat publik, termasuk di Gedung Putih. Menurut pernyataan Chabad Lubavitch, sebuah organisasi Yahudi ekstrim, saat ini terdapat sekitar 10.000 menorah didirikan di tempat-tempat umum di seluruh dunia. Tidak hanya di Amerika dan Eropa, namun juga di kota-kota besar di Asia seperti Beijing dan Mumbai.

Ted Pike mengecam upaya sistematis yang dilakukan Anti Defamation League (ADL), sebuah organisasi Yahudi berpengaruh di Amerika dan Eropa, untuk men-desakralisasi hari Natal dengan melemparkan wacana “Dilema Bulan Desember” (December Dilemma). Wacana tersebut menggambarkan seolah-oleh warga Amerika menghadapi dilema seputar perayaan Natal dan menawarkan alternatif bentuk perayaan Natal baru yang “tidak menyinggung agama lain”.

Menurut Ted Pike, mengingat mayoritas warga Amerika beragama Kristen yang tentunya tidak pernah mengalami dilema dengan perayaan Natal, maka yang mengalami dilema sebenarnya adalah Yahudi sendiri. “Karena mereka mempunyai tujuan tersembunyi, yaitu menjauhkan Kristen dari tradisi budaya Amerika,” papar Ted Pike.

Salah satu upaya ADL dalam kampanye anti Kristen di Amerika sekaligus mempromosikan faham sekularisme adalah dengan memutarbalikkan pemahaman atas konstitusi Amerika. Amandemen Pertama konstitusi Amerika menyebutkan: “Kongres dilarang membuat hukum untuk (kepentingan) agama tertentu atau melarang kegiatan ibadah agama tertentu”. Oleh ADL undang-undang dasar tersebut diselewengkan penafsirannya menjadi: “Kongres dilarang untuk membuat kebijakan publik berkaitan dengan agama tertentu serta dilarang untuk melarang ibadah agama tertentu.”

Dengan mempromosikan menorah (simbol Yahudi berupa tempat lilin bercabang enam) daripada pohon natal atau salib, ADL mengkampanyekan hari Natal sebagai hari suci semua orang, sekaligus mengasingkan orang Kristen dari tradisi dan keimanannya yang telah bertahan 2.000 tahun.

Salah satu insiden terjadi tgl 14 Desember 2008 lalu di kota Armonk, New York. Walikota terpilih, seorang Yahudi bernama Reese Berman, memerintahkan pemasangan lambang Islam bulan sabit dan bintang yang ditempelkan di menorah sebagai simbol Natal menggantikan pohon cemara. Media massa (yang sebagian besar dikendalikan Yahudi) menyebutnya sebagai bentuk toleransi dan inklusifisme agama dan budaya.

Insiden lain terjadi 2 Desember 2008 lalu saat pengacara ACLU (organisasi Yahudi lainnya yang berpengaruh di Amerika) Katie Schwartzman mengancam akan menuntut pemerintah kota Ponchatoula, Louisiana, untuk menurunkan atau mengganti dengan menorah pohon natal yang setiap Natal menghiasi pusat kota. Walikota Bob Zabbia mengatakan pihaknya pada prinsipnya menolak tuntutan tersebut, namun terpaksa harus menuruti tuntutan ACLU untuk menghindari proses pengadilan yang mahal dan tidak mungkin dapat dimenangkannya.

Kesimpulan:

Yahudi, dalam upayanya menjadi penguasa dunia, secara sistematis berupaya menghancurkan semua agama, bangsa, etnis, dan segala identitas yang berpotensi menggalang kekuatan untuk menandingi Yahudi. Itulah sebabnya dimana-mana mereka mempromosikan hak-hak minoritas (untuk melemahkan agama dan etnis yang kuat) dan mengkampanyekan demokrasi (yang tujuannya membuat tidak ada satu negara pun yang tumbuh menjadi kuat).

Mereka membantu aliran-aliran sesat untuk menghancurkan agama-agama besar dan LSM-LSM untuk melemahkan negara-negara kuat. Mengkampanyekan free-sex dan homoseksual untuk menghancurkan struktur sosial masyarakat, dan menyebarluaskan narkoba untuk melemahkan generasi muda. Mereka mengadu-domba antar negara dan antar etnis: India dengan Pakistan, Jerman dengan Inggris-Perancis dan negara-negara Balkan serta Eropa Timur, India dengan Sri Lanka, Irak dengan Iran, Irak dengan Kuwait, Cina dengan Vietnam, suku Hutu dengan suku Tutsi di Afrika.

Tidak ada satu peristiwa besar pun di dunia, dahulu hingga sekarang, yang tidak melibatkan Yahudi. Tidak ada satu gerakan politik dan sosial besar yang tidak melibatkan Yahudi. Dan tidak ada aliran-aliran agama dan aliran-aliran politik yang “menyimpang” tanpa ada orang Yahudi di belakangnya. Revolusi Inggris, Revolusi Perancis, Perang Sipil Amerika, Perang Krim, Perang Dunia I dan II, Perang Teluk I dan II, Perang Melawan Terorisme, Depresi Besar (Malaishe), Krisis Moneter, dan Krisis Keuangan Global, semuanya adalah peristiwa-peristiwa yang direkayasa oleh Yahudi. Aliran Ahmadiyah, Ordo Jesuit, plularisme, sekularisme, emansipasi, kapitalisme, merkantilisme, sosialisme, komunisme, neo-liberalisme, adalah gerakan-gerakan yang direkayasa Yahudi.

Semua itu tertuang dalam Protocol of Learned Elders of Zion: Kekuatan gabungan dunia dapat mengimbangi kita (Yahudi) untuk sementara. Namun kita akan mengalahkan mereka dengan menanamkan perpecahan dan kebencian di antara mereka.
Mengapa Yahudi bisa melakukan itu semua? Baca posting saya selanjutnya berjudul: Kekuasaan Uang.

No comments: