Tuesday 31 March 2020

Saat Big Pharma, Pejabat dan Media Massa Sibuk Beritakan Pencarian Vaksin Dokter-Dokter Cina Sembuhkan Pasien Coronavirus dengan Vitamin C

Indonesian Free Press -- Kalangan mapan (pemerintah, media massa dan kapitalis/industri besar) kembali menunjukkan watak culasnya dalam masalah wabah global coronavirus. Saat ini mereka sibuk mencari vaksin coronavirus dengan menggunakan dana publik demi keuntungan miliaran dollar bagi industri farmasi (Big Pharma) dengan mengabaikan obat murah yang telah terbukti handal menangani coronavirus, yaitu vitamin C.

Seperti ditulis Dr. Leon Tressell di situs SouthFront, 27 Maret, Andrew W. Saul, Pemimpin Redaksi jurnal medis Orthomolecular Medicine News Service merangkum dengan baik tentang ini semua:

“Ortodoksi medis secara obyektif berfokus pada pencarian vaksin dan / atau obat untuk coronavirus COVID-19. Sementara mereka mencari apa yang akan menjadi pendekatan yang sangat menguntungkan, kami memiliki vitamin C, metode yang sudah ada, terbukti secara klinis untuk mengobati apa yang menyebabkan kematian pasien coronavirus: sindrom pernafasan akut yang parah atau pneumonia.”

Sunday 29 March 2020

AS Perkuat Pertahanan di Sekitar Kedubes di Baghdad di Tengah Ancaman Perang dgn PMU

* PMU Gelar Latihan Perang


Indonesian Free Press -- Amerika meningkatkan pertahanan di sekitar kompleks Kedubesnya di Babhdad, Irak, di tengah ancaman perang melawan milisi PMU dukungan Iran.

Seperti dilaporkan Press TV hari ini (29 Maret), seorang anggota parlemen senior Irak mengatakan bahwa Amerika telah meningkatkan pertahanannya di Baghdad bersamaan dengan persiapan Amerika untuk menyerang kekompok Popular Mobilization 

Units (PMU), atau lebih dikenal dengan nama Hashd al-Sha’abi. Serangan dilakukan sebagai respons atas serangan-serangan roket yang diduga dilakukan kelompok ini atas pangkalan-pangkalan Amerika termasuk kompleks Kedubes AS beberapa minggu terakhir, terutama setelah pembunuhan oleh Amerika terhadap panglima pasukan khusus Iran Jendral Soleimani dan seorang komandan senior PMU.Abu Mahdi al-Muhandis, awal Januari lalu.

Wednesday 25 March 2020

VT Bongkar Identitas Penyebar Pertama Covid 19 dari Amerika

Indonesian Free Press -- Veterans Today (VT) mengungkap identitas tentara Amerika peserta olimpiade militer di Wuhan, Cina, Oktober tahun lalu yang diduga sebagai penyebar awal wabah Covid19. Ia adalah seorang atlit balap sepeda wanita yang juga seorang tentara yang sering terlibat dalam opeasi inteligen.

"Media China Global Times hari ini merilis nama Staff Sgt Maatje Benassi, seorang pembalap sepeda profesional (wanita keturunan Belanda) yang bepartisipasi dalam olimpiade militer di Wuhan dan telah dinyatakan positif COVID 19. Ia juga disebut-sebut sebagai 'pengemudi diplomat bersenjata' dengan sejarah berhubungan dengan operasi-operasi militer yang melibatkan figur-figur dalam RussiaGate," tulis VT.

Benassi adalah pengemudi bagi Jendral James Jones, ShadowNet, (George Webb) dan bekerja untuk inteligen militer AS.  ShadowNet dan Psy-Group besama dengan Cambridge Analytica adalah bagian dari penyidikan yang dilakukan Mueller (Direktur FBI) yang mencari informasi tentang hubungan mereka dengan Paul Manafort (sudah dipenjara) dan Donald Trump Jr. (belum dipenjara), dalam skandal hubungan Donald Trump dengan Rusia.

Tuesday 24 March 2020

VT: COVID 19 Dibuat Amerika Sejak 2006

*Cina juga terlibat


Indonesian Free Press -- Sebuah dokumen resmi menunjukkan bahwa virus Covid 19 diteliti oleh Amerika sejak tahun 2006 dan berhasil menjadi senjata biologi pada tahun 2015 setelah diujicoba oleh University of North Carolina, Harvard dan laboratorium milik Food and Drug Administration di Arkansas. Demikian seperti dilaporkan Veterans Today (VT) hari ini (24 Maret).

Dokumen yang dimaksud VT adalah sebuah penelitian berjudul "A SARS-like cluster of circulating bat coronaviruses shows potential for human emergence" yang dilakukan oleh University of North Carolina dan didanai oleh USAID/CIA. Salah satu hal yang menarik dalam penelitian itu adalah bahwa Cina juga terlibat dalam pengembangan senjata biologi Covid 19.

"Key Laboratory of Special Pathogens and Biosafety, Wuhan Institute of Virology, Chinese Academy of Sciences, Wuhan, China telah menyediakan virus kelelawar Wuhan yang kemudian digunakan dalam penelitian di Amerika," tulis VT

Monday 23 March 2020

Trump Tunjuk Jendral untuk Ambil Alih Negara Jika Krisis Covid 19 Tak Terkendali

Indonesian Free Press -- Presiden AS Donald Trump dikabarkan telah menunjuk seorang jendral bintang empat untuk mengambil alih negara jika situasi tidak terkendali akibat krisis Covid 19 (Coronavirus).

Seperti dilaporkan Newsweek dan sejumlah media terkemuka Amerika kemarin (22 Maret), Jendral Terrence O’Shaughnessy (56 tahun),mantan pilot penerbang pesawat tempur, telah ditetapkan sebagai “combatant commander" untuk menjalankan 'sejumlah rencana kontingensi' dalam situasi darurat. Belum ada komentar atau keterangan resmi dari pemerintahan Donald Trump atas kabar ini.

Saat ini ia adalah komandan US Northern Command (Northcom), otoritas militer yang membawahi wilayah domestik Amerika di bawah rencana kontingensi Continuity of Government Commission (Komisi Keberlanjutan Pemerintahan). Selain itu ia juga masih menjabat sebagai komandan satuan North American Aerospace Defence Command, yang berpengalaman dalam penanganan pengungsi Mexico. Ialah yang memimpin operasi besar-besaran 'Operation Faithful Patriot' di perbatasan Mexico antara bulan Oktober-November 2018.

Bill Gates, Covid 19 dan Negara Polisi Amerika

Indonesian Free Press -- Hanya beberapa minggu sebelum munculnya wabah Coronavirus di akhir tahun lalu, boss Microsoft Bill Gates dan sejumlah eksekutif industri farmasi dan lembaga kesehatan terkemuka Amerika, sejumlah pejabat CIA dan lembaga-lembaga pemerintah yang berhubungan dengan makanan, kesehatan, dan keamanan sipil diketahui menggelar simulasi penanganan wabah coronavirus yang diperkirakan menelan korban jutaan orang. Dengan munculnya wabah coronavirus akhir tahun lalu, Bill Gates pun menjadi sorotan publik sebagai salah seorang yang diyakini mengetahui hal ikhwal wabah ini meski ia dan teman-temannya yang terlibat dalam simulasi tersebut membantah. 

Namun kecurigaan publik tidak akan hilang, termasuk otoritas Cina dan Iran yang menuntut transparansi otoritas Amerika atas munculnya wabah Coronavirus. Terakhir, mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyurati Sekjend PBB untuk menggelar penyelidikan atas keterlibatan Amerika dan industri farmasi (Big Pharma) atas munculnya wabah tersebut.

Saturday 21 March 2020

Ahmadinejad Desak PBB Selidiki Penanggungjawab Wabah Coronavirus

Indonesian Free Press -- "Saat ini telah jelas di mata masyarakat dunia bahwa coronavirus  2019 yang bermutasi dan cerdas adalah produk dari laboratorium, dan lebih jelas lagi, dibuat oleh pabrik-pabrik senjata biologi milik kekuatan-kekuatan dunia yang egemonik, sangat lebih anti-kemanusiaan, destruktif (suka menghancurkan) dan menakutkan daripada senjata-senjata anti-kemanusiaan lainnya seperti senjata nuklir, kimia dan Harp (senjata rekayasa cuaca)," demikian tulis mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam suratnya kepada Sekjend PBB Antonio Guterres terkait dengan wabah coronavirus akhir-akhir ini.

Lebih jauh Ahmadinejad menulis kepada Sekjend PBB, "Anda diharapkan dengan sangat untuk mengutuk aksi anti-kemanusiaan oleh kekuatan jahat dunia yang telah melakukan perang biologi kepada negara-negara di dunia dengan tujuan untuk menguasai, serta tidak membiarkan para penjahat itu menjalankan kejahatan ekonomi dan politiknya dan kemudian menghindar dari hukuman oleh PBB."

Friday 20 March 2020

Tidak Usah Panik Hingga Melarang Sholat Berjamaah

Indonesian Free Press -- Tingkat kematian coronavirus terlalu dibesar-besarkan. Demikian pernyataan John P.A. Ioannidis, Guru Besar Meta-Research Innovation Center Stanford University. 

Ioannidis, yang jago di bidang kedokteran, biomedical data science, statistik, epidemiologi dan kesehatan masyarakat menyebut respon terhadap wabah coronavirus sebagai “a fiasco in the making” alias kesalahan yang disengaja karena 'kita' membuat keputusan terkait wabah tersebut berdasar “utterly unreliable” alias data yang salah. data. Akibatnya adalah segala langkah dan kebijakan yang diambil berdasar data itu telah 'severely overreacting', alias kesalahan parah yang terlalu dibesar-besarkan.

“Wabah saat ini, Covid-19, disebut-sebut sebagai wabah sekali dalam satu abad. Namun bisa juga disebut dengan satu bukti kesalahan dalam satu abad," tulis Ioannidis dalam publikasi ilmiah STAT, hari Selasa (17 Maret).

Thursday 19 March 2020

Israhell Bunuh 10.000 Warga Palestina Sejak 2000

Indonesian Free Press -- Israel telah membunuh 10.000 warga Palestina sejak tahun 2020. Mohammed Hamayel (15 tahun) menjadi korban terakhir yang ditembak sniper Israeli pada tanggal 11 Maret lalu.

Seperti dilaporkan Americans Knew tanggal yang sama, Hamayel ditembak di bagian wajahnya oleh sniper Israel dengan peluru 'mekar', yaitu peluru yang pecah ujungnya setelah menembus tubuh sasaranya dan menimbulkan luka yang hebat. Ia menjadi warga Palestina ke 10 ribu yang dibunuh Israel sejak tahun 2000. 

Insiden ini merupakan yang ketiga secara berurutan. Seperti dilaporkan media Israel Haaretz pada hari Senin (9 Maret) dan Selasa (10 Maret) dua remaja Palestina juga menjadi pembunuhan oleh aparat keamanan Israel. Kedua insiden terjadi di wilayah Issawiya, yang selama setahun terakhir menjadi ajang aksi kekerasan aparat Israel terhadap warga Palestina.

Wednesday 18 March 2020

AS Tinggalkan 3 Pangkalan Militer di Irak

Indonesian Free Press -- Pasukan Amerika meninggalkan tiga pangkalan militernya di Irak di tengah-tengah ancaman serangan roket pejuang Irak yang semakin marak. Demikian seperti dilaporkan situs Southfront kemarin (17 Maret).

"Pasukan Amerika meninggalkan pangkalan al-Qaim di perbatasan Suriah-Iraq, dan dua pangkalan lainnya di Iraq dalam beberapa minggu mendatang. Dengan demikian Amerika bakal meninggalkan 3 dari 8 pangkalannya di negara ini," tulis laporan itu.

Keputusan penarikan tersebut dilakukan Senin (16 Maret) dengan menyebut keberhasilan menumpas ISIS sebagai alasasnnya. Namun sebenarnya hal ini disebabkan oleh serangan-serangan roket yang gencar akhir-akhir ini terhadap fasilitas-fasilitas AS di Iraq," tambah laporan itu.

Sunday 15 March 2020

Takut Ancaman AS, Indonesia Batal Beli Jet Tempur Su-35 Rusia

Indonesian Free Press --  Indonesia dikabarkan batal membeli 11 unit Jet Tempur Su-35 Rusia karena tekanan Amerika. Hanya saja hingga kini, pembatalan tersebut belum dikonfirmasi kembali kepada Rusia. 

"Belum ada pemberitahuan apa pun," kata sumber pemerintah Rusia yang mengetahui masalah ini kepada Sputniknews, Jumat (13 Maret).

Sejumlah media asing melaporkan pembatalan itu terjadi karena Indonesia diancam pemerintah AS. Seperti diberitakan sebelumnya, Bloomberg yang mengutip pejabat Indonesia yang dirahasiakan identitasnya melaporkan bahwa Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 senilai $1,1 miliar.

Saturday 14 March 2020

Cina Tuding AS Penyebar Coronavirus

Indonesian Free Press -- Setelah pejabat Iran, otoritas Cina secara 'resmi' menuduh Amerika sebagai penyebar pertama coronavirus. Sementara Veterans Today (VT) menyebut penyebar pertama adalah tim militer Amerika yang berpartisipasi dalam event 'World Military Games'.

"Kapan pasien pertama terpapar virus di Amerika? Berapa banyak orang yang terpapar? Apa nama rumah sakitnya? Mungkin saja militer Amerika yang telah menyebarkan epidemi ke Wuhan. Terbukalah! Bukalah data Anda (Amerika)! Amerika  berhutang penjelasan kepada kita!" Demikian kicauan Jubir Kemenlu Cina Zhao Lijian di akun Twitter-nya, Kamis (12 Maret).

Amerika tentu saja sangat marah dengan kicauan ini dan telah memanggil Dubes Cina untuk meminta penjelasan dan menyampaikan protes keras. Namun bukan tanpa alasan bagi Cina untuk marah, karena sebelumnya AS menuduh Cina telah menutup-nutupi munculnya wabah ini selama dua bulan lamanya yang membuat 'dunia' lebih lamban menanganinya dan menimbulkan kerugian lebih besar.

Saling Serang AS dan Pejuang Irak Ancam Perang Baru

* Pangkalan AS Kembali Diserang Roket

Indonesian Free Press -- Serangan roket kembali terjadi atas pangkalan militer AS di Taji, utara Baghdad, hari ini (Sabtu, 14 Maret). Belum ada laporan tentang jumlah korban, namun hampir dipastikan serangan ini bakal memicu perang lebih besar.

Seperti dilaporkan oleh Sputnik News, 'sejumlah' roket menimpa pangkalan militer Taji yang menampung personil militer AS dan koalisinya, hari Sabtu. Beberapa roket jatuh di tempat berkumpul pasukan koalisi dan lainnya jatuh di landasan pacu pesawat yang digunakan personil militer Irak.

Serangan ini merupakan yang kedua kalinya di pangkalan militer AS Taji setelah serangan serupa hari Rabu petang lalu (11 Maret) yang menewaskan dua personil militer AS dan seorang personil Inggris serta melukai sekitar selusin prajurit koalisi AS. Serangan ini langsung dibalas oleh AS dengan melancarkan serangan udara terhadap pangkalan militer milisi PMU dukungan Iran di perbatasan Suriah beberapa jam kemudian.

Thursday 12 March 2020

Pangkalan Militer AS di Irak Diserang Roket, 3 Tentara Tewas

* 4 Tentara AS tewas dalam 3 hari di Irak


Indonesian Free Press -- Serangan roket kembali menimpa pangkalan militer AS di Irak. Rabu petang (11 Maret) pangkalan militer Taji yang terletak di utara Baghdad diserang oleh 15 sampai 30 roket sehingga menewaskan dua personil militer AS dan seorang personil Inggris. Demikian seperti dilaporkan The Guardian kemarin.

"Serangan roket di pangkalan Irak menewaskan dua tentara AS dan seorang tentara Inggris, 12 tentara lainnya terluka oleh roket-roket Katyusha," tulis laporan itu.

Tidak ada yang mengklaim sebagai pelaku serangan, namun AS langsung menuduh milisi Irak dukungan Iran (PMU) sebagai pelakunya. Serangan udara pun dilakukan AS selang beberapa jam kemudian atas posisi PMU di perbatasan Suriah, menewakan sejumlah personil PMU, tambah laporan tersebut.

Wednesday 11 March 2020

Idlib-Suriah Kembali Memanas, Suriah Serang Posisi Turki

Indonesian Free Press -- Gencatan senjata yang ditandatangani Presiden Rusia dan Turki tanggal 5 Maret lalu untuk meredakan konflik bersenjata di Idlib-Suriah, ternyata hanya mampu bertahan tiga hari. Pada hari keempat, Senin (9 Maret) gencatan sejata pecah setelah pasukan Suriah menyerang posisi pasukan Turki dan kelompok militan dukungannya di Iblib. 

"Sumber lapangan mengatakan kepada North-Press (media Suriah): “Pasukan Suriah mentargetkan pos pengamat Turki di dekat kota al-Mastumah di selatan Idlib dengan bom-bom artileri,” tulis laporan situs Bulgarian Military.

Menurut laporan itu, setelah serangan itu kelompok militan dukungan Turki melakukan serangan balasan dan terjadi tembak-menembak artileri di wilayah Idlib dan sebagian Aleppo.

Tuesday 10 March 2020

Warga dan Tentara Suriah Kembali Hadang Patroli Tentara AS

Indonesian Free Press -- Warga lokal dan tentara yang berada di kota Kuzelia di Provinsi  Hasakah, Suriah timur-laut, menghadang pataroli tentara AS dan mengusirnya pergi. Demikian seperti laporan Press TV mengutip kantor berita Suriah SANA, Ahad (8 Maret).

"Tentara Suriah memblokir konvoi tentara AS di desa Kuzelia, Hasakah, di timur laut Suriah, sementara warga melempari mereka dengan batu," tulis laporan itu.

Konvoi AS tersebut berisi 7 kendaraan lapis baja. Mereka sempat berhadap-hadapan dengan tentara Suriah sebelum berbalik arah setelah warga yang mayoritas etnis Kurdi itu melempari batu dan memaki mereka.

Sunday 8 March 2020

Italia Karantina 16 Juta Penduduk untuk Cegah Coronavirus

Indonesian Free Press -- Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dikabarkan telah menandatangani dekrit untuk menutup wilayah Provinsi Lombardy dan 14 provinsi lainnya hingga 3 April mendatang untuk mencegah penyebaran virus corona yang telah membunuh 233 warga Italia. Demikian seperti dilaporkan Russia Today hari ini (8 Maret).

Menurut laporan tersebut pemerintah Italia menghindarkan istilah 'karantina' untuk menghindarkan kepanikan dan memilih istilah 'pengurangan mobilitas' bagi pelarangan bepergian bagi seluruh warga di wilayah-wilayah tersebut kecuali karena 'alasan kerja essensial' atau alasan 'darurat'.

Pangeran Salman Tangkap Keluarga Sendiri dgn Dakwaan Kudeta

Indonesian Free Press -- Putra Mahkota dan Menhan Saudi Arabia Mohammad bin Salman (MBS) menangkap empat orang anggota keluarga sendiri karena dugaan merencanakan kudeta. Di antara yang ditangkap adalah pamannya sendiri dan sepupunya yang mantan Putra Mahkota. Demikian seperti dilaporkan Russia Today hari ini (8 Maret).

"Beberapa anggota senior keluarga kerajaan Saudi ditangkap karena merencanakan kudeta melawan Raja bersama kekuatan-kekuatan asing termasuk Amerika, media Barat melaporkan. Apa yang terjadi di kerajaan kaya minyak itu?" tulis Russia Today.

Saturday 7 March 2020

Pertemuan Erdogan-Putin Selamatkan Muka Erdogan untuk Sementara

Indonesian Free Press -- Pertemuan Erdogan-Putin di Moskow tanggal 5 Maret lalu adalah sebuah upaya Erdogan untuk menyelamatkan muka setelah kegagalan operasi militernya di Suriah. Demikian sejumlah analis politik dan militer menyebutkan. Salah satunya adalah Scott Ritter, mantan inteligen militer AS yang menulis artikel di Russia Today: 'New Putin-Erdogan deal is sugar-coating the Turks’ surrender', 6 Maret.

"Menghadapi pilihan eskalasi lebih jauh dan berhadapan langsung dengan Rusia, atau menghadapi kekalahan perang, Erdogan memilih terbang ke Moscow," tulis Scott.

Sejak bulan Februari lalu wilayah provinsi Idlib dan sebagian provinsi Aleppo, Suriah menjadi medan perang sengit antara pasukan Suriah yang didukung Iran dan Hizbollah serta Rusia melawan kelompok-kelompok militan yang didukung Turki. Presiden Suriah Bashar al Assad telah bertekad untuk membebaskan Idlib dari pendudukan kelompok-kelompok militan yang sebagian besar adalah teroris. Idlib adalah wilayah terakhir pemberontak setelah mereka terusir dari berbagai wilayah pertempuran di Suriah.

Friday 6 March 2020

Iran: Coronavirus Senjata Biologi Amerika untuk Serang Iran dan Cina

Indonesian Free Press -- Kecurigaan telah merebak di berbagai penjuru dunia tentang peran Amerika dalam penyebaran Coronavirus terutama setelah dua negara musuh Amerika, yaitu Iran dan Cina, menjadi korban terparah wabah virus ini. Namun, tuduhan langsung oleh otoritas kedua negara sangat dihindari sebelum bukti-bukti kuat dimiliki demi menjaga stabilitas politik.

Maka ketika panglima Tentara Pengawal Revolusi Iran (IRGC), lembaga paling prestisius di Iran, menyebut bahwa Coronavirus adalah senjata biologi Amerika, ini tentu adalah masalah yang serius. Iran, misalnya, bisa meminta PBB untuk melakukan penyelidikan. Namun, sebelum hal ini terjadi pun sudah cukup untuk menjadi perhatian publik global.

Seperti dilaporkan Russia Today Jumat (6 Maret) Panglima IRGC Jendral Hossein Salami menuduh Amerika telah menciptakan senjata biologis Coronavirus untuk menyerang Iran dan Cina.

Thursday 5 March 2020

White Helmets Rencanakan Rekayasa Serangan Kimia, Teroris Menyatu dgn Turki

Indonesian Free Press -- Rusia menyebut White Helmets bersama kelompok teroris telah merencanakan serangan kimia di Suriah dan menuduhkan kesalahan kepada Suriah untuk menjadi alasan bagi serangan NATO. Demikian laporan Sputnik News, kemarin (4 Maret).

“Pada 2 Maret, sekelompok 15 teroris mencoba meledakkan amunisi bersama dengan kontainer-kontainer berisi bahan kimia beracun. Mereka mencoba menghambat gerak maju pasukan Suriah di bagian barat kota Saraqib dan kemudian menuduh pasukan pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia," tulis Sputnik News mengutip keterangan Russian Reconciliation Centre for Syria kemarin.

Namun upaya tersebut gagal setelah salah seorang teroris tidak sengaja membocorkan kontainer berisi bahan kimia sebelum waktunya dan meracuni para teroris sendiri 'secara signifikan'. Namun tidak disebutkan apakah ada korban jiwa di antara para teroris tersebut.

Wednesday 4 March 2020

Biarkan Turki Berdarah-Darah di Idlib, AS Siap Bantu Amunisi

Indonesian Free Press -- Alih-alih memberikan dukungan militer langsung sebagai sesama anggota NATO, AS hanya akan memberikan bantuan amunisi bukan cuma-cuma kepada Turki dalam petualangan militer Turki di Idlib Suriah.

Seperti dilaporkan oleh situs Bulgarian Military (BM), Selasa (3 Maret), AS tengah menyiapkan dukungan amunisi dan 'bantuan kemanusiaan' untuk pasukan Turki di Idlib yang sekaligus juga bantuan bagi para pemberontak teroris. 

"AS telah siap untuk memberikan bantuan amunisi bersama dengan bantuan kemanusiaan kepada Turki dalam operasi di Idlib, Suriah, menurut utusan khusus AS untuk wilayah tersebut, James Jeffrey, tulis Pentapostagma (media Yunani)," tulis BM dalam laporannya.

Tuesday 3 March 2020

17 Pasukan Iran dan Hizbollah Tewas di Idlib

* Situasi Berbalik Setelah Serangan Turki-Israel 


Indonesian Free Press -- Iran memperingatkan Turki dengan serangan rudal setelah 12 personilnya tewas oleh serangan Turki hari Ahad (1 Maret). 

“Kami sampaikan kepada negara Turki bahwa putra-putra mereka berada dalam jangkauan tembak kami selama sebulan terakhair, dan kami bisa membalas, namun kami menahan diri karena perintah pemimpin-pemimpin kami,” demikian pernyataan 'pusat penasihat militer Iran untuk Suriah' seperti dilansir Press TV, Senin (2 Maret).

Dalam pernyataan tersebut Iran meminta pasukan Turki untuk 'bertindak bijak' dengan mempertimbangkan kepentingan Suriah dan Turki sendiri. Mereka mendesak rakyat Turki untuk melakukan tekanan kepada pemimpin Turki untuk tidak memperpanjang 'pertumpahan darah'.

“Iran secara resmi menyatakan kesiapan untuk membalas serangan Turki di Suriah jika Turki tidak berhenti menyerang Iran. P.S Tehran bukanlah Damascus, kami tidak mentolerir dan mengikuti perintah Moscow,” tambah pernyatan tersebut.

Hampir bersamaan dengan pernyataan tersebut sebuah rudal ballistik yang diyakini ditembakkan pasukan Iran di Idlib, Suriah, meledak di wilayah Turki meski tidak menimbulkan korban. Demikian seperti dilaporkan situs militer Bulgarian Military.

Mengapa Rusia Mundur Saat Suriah Diserang Turki-Israel?

Indonesian Free Press -- "Hari ini, drone-drone Israel dan Turki membom Bandara Hama di tengah Suriah, yang juga menjadi pangkalan bagi militer Rusia.  Suriah menembak jatuh 6 drone hari ini, namun 20 drone lebih diterbangkan Israel untuk melawan Suriah dan  Russia, dikendalikan dengan satelit-satelit Amerika di bawah perjanjian keamanan antara Tel Aviv dan Washington.

"Israel terlibat penuh dalam krisis di Idlib dan wilayah-wilayah lain di Suriah melawan Suriah, Russian dan Iran, bukan yang pertama kalinya. Ini adalah bagian dari rencana luas untuk mendestabilisasikan wilayah-wilayah yang lebih luas mencakup Serbia dan Caucusus, Azerbaijan dan kepentingan Rusia di Laut Caspia. Israel dan Turki juga bekerjasama melawan Kurdi.

Rusia kini mengijinkan pesawat-pesawat F-16 Turki terbang di atas Idlib dan menyerang pasukan Suriah. Rusia bahkan tidak mengijinkan Suriah menggunakan rudal-rudal S-300-nya. Para pejabat tinggi Suriah sangat kecewa dengan apa yang tampak sebagai Rusia yang menyerah kepada Turki dan Israel," tulis Gordon Duff dalam analisisnya di Veterans Today, Ahad petang (1 Mar).

Monday 2 March 2020

Putin Mundur Saat Suriah Diserang Turki-Israel

Indonesian Free Press -- Pada hari Ahad petang (1 Feb) saya membaca kabar tentang serangan intensif pesawat-pesawat tempur dan drone Turki ke wilayah Idlib, Suriah, yang merontokkan dua pesawat serbu SU-24 Suriah dan sejumlah sasaran darat milik militer Suriah dan sekutu-sekutunya. Saya nyaris tidak percaya karena Turki tidak mungkin bisa melakukan itu semua di hadapan rudal-rudal S-300 dan S-400 Suriah dan Rusia. Apalagi tanpa perlindungan udara NATO/AMERIKA.

Sayapun menunda untuk mengabarkan kabar ini sampai mendapatkan jawabannya. Dan alhamdulillah saya telah mendapatkan jawaban di sini:

Hal-hal yang Perlu Diwaspadai di Balik Isu Coronavirus

Indonesian Free Press -- Jutaan orang mengalami flu (influenza) dengan angka kematian mencapai 650.000 jiwa setiap tahun --- "Up to 650 000 people die of respiratory diseases linked to seasonal flu each year". World Health Organization (WHO) (Press release). 14 December 2017. Di Amerika Serikat saja angka kematian akibat flu mencapai 16.000 jiwa setiap tahunnya dengan jumlah penderita mencapai angka 29 juta orang.

Namun, tidak ada kepanikan seperti terjadi saat ini, ketika Coronavirus, salah satu jenis penyakit flu baru menyerang sekitar 80 ribuan orang di seluruh dunia dan menewaskan sekitar 3 ribu-an jiwa.