Tuesday, 8 June 2010
Keadilan Tuhan yang Tertunda
"The hammer of Heaven is going to come down on them but, certain things must play out first." Demikian tulis Les Visible (nama samaran) dalam artikelnya di blog "Smoking Mirror", Jumat 4 Juni 2010 lalu berjudul "The Hammer of Heaven and the Synagogue of Satan". Menurut Visible hukuman Tuhan sudah pasti akan jatuh kepada bangsa Israel, yang 94% penduduknya mendukung aksi-aksi kekerasan Israel terhadap Palestina, namun setelah melalui beberapa kondisi atau pertanda.
Saya sependapat dengan Les Visible bahwa sebelum menjatuhkan azabnya kepada mahluknya yang dzalim, Tuhan pasti terlebih dahulu memberi peringatan. Tidak hanya sekali tapi berkali-kali sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada mahluknya. Saya ingat dengan kisah fir'aun dalam Al Qur'an yang menceritakan bagaimana Allah memberi peringatan kepada Fir'aun raja Mesir yang dzalim berupa berbagai wabah yang melanda negerinya. Allah juga memberi peringatan kepada bangsa Romawi yang dekaden berupa pemberontakan-pemberontakan dan bencana alam. Peringatan terakhir dan terbesar adalah meletusnya gunung Vaseveyus yang mengubur kota Pompei dan Herculanium dengan seluruh penduduknya dalam semalam.
Dalam hal bangsa Israel yang sudah sangat keterlaluan dalam tindakan-tindakannya kepada bangsa-bangsa lain khususnya kepada bangsa Palestina, Allah pun sudah memberikan peringatan. Beberapa peringatan tersebut, menurut pengamatan saya di antaranya adalah: kalahnya tentara mereka oleh gerilyawan Hizbollah hingga dua kali (tahun 2000 dan 2006) serta kegagalan menginvasi Gaza akhir tahun 2008 hingga awal 2009.
Tentara Israel yang sebelumnya dianggap tidak bisa dikalahkan ternyata justru dikalahkan oleh Hizbollah dan Hamas, dua organisasi milisi (sipil bersenjata) yang anggotanya relatif sedikit dan perlengkapan militer yang sederhana. Sebagai perbandingan dalam Perang 6 Hari tahun 1967 Israel berhasil menghancurkan kekuatan militer gabungan beberapa negara Arab sekaligus, menginvasi Sinai dan Gaza di Mesir, Jerussalem dan Tepi Barat di Yordania, dan dataran tinggi Golan di Syria. Semuanya itu dicapai hanya dalam waktu kurang dari 6 hari. Dalam Perang Lebanon 1982 Israel berhasil menguasai lebih dari 50% wilayah Lebanon dan mengepung ibukota Beirut hanya dalam waktu satu minggu, padahal waktu itu Israel harus berhadapan dengan tentara PLO yang jauh lebih kuat secara militer dibandingkan Hizbollah, berbagai milisi bersenjata, plus tentara reguler Lebanon. Namun dalam perang Lebanon tahun 2006 Israhell hanya bisa menerobos sejauh 4 km ke wilayah Lebanon walaupun telah mengerahkan puluhan ribu pasukan dengan persenjataan yang jauh lebih canggih. Bahkan akhirnya tentara Israel harus kembali ke negerinya setelah dipukul mundur oleh gerilyawan Hezbollah. Namun yang lebih ironis adalah kegagalan Israel menginvasi Gaza akhir tahun 2008 hingga awal 2009. Padahal yang dihadapi adalah milisi HAMAS yang relatif lebih lemah dibanding Hizbollah di samping kondisi geografis Gaza yang relatif mudah untuk diserang.
Kekalahan Israel atas Hizbollah dan Hamas juga membuka jatidiri tentara Israel yang jauh dari kualitas tentara profesional. Para tentara Israel yang tertangkap diketahui mengenakan pempers (kain popok penyerap air kencing yang biasa dikenakan bayi) karena mereka takut untuk buang air di luar kendaraan lapis baja. Tentara Israel juga tidak memiliki ketahanan mental untuk berperang berminggu-minggu apalagi sampai berbulan-bulan. Di blog ini saya sudah memprediksikan kekalahan Israel dalam aksi invasinya ke Gaza, dan itu terbukti. Di lain waktu terjadi lagi peperangan antara Israel melawan Arab, dipastikan Israel akan kalah telak. Di dunia dikenal beberapa bangsa yang tangguh dalam berperang dan memiliki watak militansi tinggi seperti Afghanistan, Rusia, Inggris, Perancis, Amerika, Vietnam termasuk Indonesia dan Israel tidak termasuk di dalamnya. Kemenangan Israel dalam beberapa perang melawan Arab berhasil diraih karena dukungan tak terbatas Amerika serta pengkhianatan para pemimpin Arab sendiri.
Saya termasuk orang yang sangat percaya dengan "pertanda" yang sering disalahartikan sebagai takhayul. Pertanda adalah bentuk komunikasi Tuhan melalui alam kepada manusia. Kepercayaan bahwa binatang-binatang suka bertingkah aneh sebelum terjadi bencana alam awalnya dianggap sebagai takhayul. Tapi dengan ditemukannya ilmu pengetahuan tentang gelombang elektromagnetik hal itu tidak lagi dianggap takhayul. Sebelum terjadi gempa bumi misalnya, terjadi tegangan di lapiran bumi yang menimbulkan bunyi dengan frekwensi tertentu yang bisa dirasakan oleh binatang, namun manusia tidak merasakannya. Saya menyimpan satu benda yang saya anggap "bertuah" karena saya merasa dengan menyimpan benda tersebut saya teringat dengan rahmat sang pencipta yang diberikan kepada saya. Setiap ada kupu-kupu masuk ke dalam rumah, saya selalu berdoa semoga itu menjadi pertanda masuknya kebaikan ke rumah, dan biasanya tidak lama kemudian ada seseorang yang kita sayangi datang ke rumah.
Soal cerita "takhayul" saya terkesan dengan cerita tentang tewasnya dua orang ace (jagoan duel udara) Jerman dalam Perang Dunia I, "Red Barron" von Richthofen dan Oswald Boelcke. Keduanya tewas setelah melanggar pantangan "takhayul" untuk tidak berfoto dengan pesawatnya sebelum bertugas. Dan dalam kaitannya dengan yahudi dan Israel saya melihat pertanda tersendiri mengenai keruntuhannya. Hari Minggu 6 Juni lalu TV One menyiarkan siaran langsung pertandingan tinju antara juara dunia Yuri Foreman melawan penantangnya Miguel Cotto. Yuri adalah petinju yahudi Israel kelahiran Rusia. Bertanding di New York (sering diplesetkan Jew York) yang merupakan ibukota yahudi internasional (Jerussalem adalah ibukota spiritual), Yuri mendapatkan dukungan luar biasa dari komunitas yahudi disana. Ratusan bahkan mungkin ribuan bendera Israel dikibar-kibarkan orang-orang itu sementara pendukung Cotto hanya dua lembar bendera Costa Rica.
Saat itu saya berharap Tuhan memberikan pertanda kejatuhan Israel dan yahudi, mengingat sentimen saya yang begitu besar atas aksi kebiadaban Israel terhadap para aktifis kemanusiaan Gaza, dengan kekalahan memalukan Yuri. Harapan saya terkabul, dengan cara yang tidak saya duga-duga. Yuri kalah melalui cara yang sangat aneh, empat kali ia terjungkal di atas kanvas bukan karena pukulan lawan, tapi karena terpeleset sendiri tanpa dorongan lawan. Akibat cara jatuhnya yang menyakitkan itu Yuri menjadi jatuh mental dan kemudian menjadi bulan-bulanan lawan hingga akhirnya dinyatakan kalah TKO.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment