Ghadaffi telah berpulang. Pemerintahannya pun tumbang dan tinggallah kini Libya yang carut marut penuh luka. Kondisi perekonomian, keamanan, dan politik di Libya telah hancur lebur. Khilafah yang di idam– idamkan akan segera tegak dan memberi rahmat pada semesta alam setelah tumbangnya Ghadaffi hanya tinggal angan– angan. Satu persatu penyesalan pun datang, terutama bagi mereka yang pernah ikut mendukung penggulingan Ghadaffi.
Meskipun begitu, sosok Ghadaffi belum lepas dari pemberitaan media. Sosoknya yang nyentrik, disebut sebut diktator dan bertindak kejam kepada lawan politiknya. Dikecam juga karena menjadi penguasa Libya selama 42 tahun tanpa adanya ‘penyegaran’. Terlepas dari semua itu, ada fakta yang tidak terbantah selama Ghadaffi menjadi pemimpin Libya yaitu mampu membawa Libya menjadi negara yang maju dan rakyatnya sejahtera. Hanya saja, sebagian rakyat Libya pernah silau dengan yang namanya demokrasi ala Barat yang kebetulan tidak ada di Libya, dan kini, demokrasi yang mereka perjuangkan tersebut tidaklah memberi manfaat apapun.
Dan kini, nama Ghadaffi mulai santer lagi terdengar. Bukan lantaran penentangannya kepada Barat, bukan pula karena sumbangsihnya untuk Libya, namun karena ada sisi gelap Ghadaffi yang diekspos ke media. Dikabarkan, Ghadaffi semasa menjabat adalah seorang yang maniak seks dan seringkali memperkosa gadis muda yang dia suka. Setiap kali tertarik kepada seorang gadis, Ghadaffi hanya tinggal tunjuk dan kemudian pengawalnya yang akan menyelesaikan urusannya. Gadis yang ditunjuk akan dipaksa untuk melayani hasrat Ghadaffi setelah terlebih dahulu diperiksa dokter yang memang ditugaskan khusus untuk itu. Seorang gadis yang konon pernah diperkosa selama tujuh tahun lamanya angkat bicara mengenai tabiat Ghadaffi yang sangat buruk. Gadis itu, menurut pengakuannya berhasil lolos dari penjara bawah tanah Ghadaffi dan berkicau ke media. Selain memperkosa, Ghadaffi juga dituduh menyiapkan dokter yang akan mengaborsi gadis- gadis korbannya tersebut jika sampai hamil.
Ghadaffi sudah meninggal dunia, rasanya sulit untuk mengklarifikasi tuduhan tersebut apakah benar atau tidak. Bagaimanapun, melihat dari tanggapan yang muncul dari masyarakat tentang ‘kebiadaban’ Ghadaffi, maka akan tampak sah- sah saja jika kemudian dia digulingkan. Sah saja jika Ghadaffi kemudian diseret oleh tentara NATO di akhir hayatnya. Hukuman yang setimpal untuk seorang penjahat. Bahkan jika lebih dari itu pun akan sah-sah saja untuk seorang manusia sekejam itu jika hal itu benar. Namun, apakah hanya itu saja yang kita ketahui dari Ghadaffi?
Ghadaffi berhasil membawa Libya dalam kemakmuran dengan pengolahan gas yang merupakan kekayaan alam yang terbesar di Libya. Pekerjaan dengan gaji tinggi dan juga biaya hidup yang rendah tersedia bukan hanya bagi rakyat Libya, tapi juga pekerja asing dari Mesir, Tunisia, Bangladeh, Thailand, Filipina, bahkan Perancis, Jerman, dan AS. Libya termasuk satu negara termakmur di dunia mengalahkan Singapura, Selandia Baru, Spanyol, dimana listrik, sekolah dan biaya kesehatan semuanya gratis.
Untuk menjamin keberlangsungan pertanian bagi rakyatnya, Ghadaffi menghabiskan lebih dari USD 10 milyar untuk membangun sungai buatan manusia terbesar dan sepanjang 2800km agar rakyatnya bisa bertani. Ghadaffi berhasil menjadikan padang tandus Libya menjadi lahan hijau yang menghasilkan buah dan sayur – sayuran
Ada kesaksian dari Ustad Arifin Ilham, kesan beliau terhadap Ghadaffi yang dituliskan di status facebooknya.
“Alhamdulillah, sudah tiga kali ke Libya, dan dua kali shalat berjamaah di lapangan Moratania dan Lapangan Tripoli. Shalat berjamaah yang dihadiri 873 ulama seluruh dunia dan rakyat Libya, dengan Imam langsung Muammar Ghadaffi, bacaan panjang hampir 100 ayat Al Baqarah, sebagian besar jamaah menangis, sebelumnya diawali dengan syahadat 456 muallaf dari suku2 Afrika, dakwah beliau selalu mengingatkan tentang ancaman zionis dan blok Barat, pemimpin Arab boneka AS, dan selamatkan Palestina…”
Terlepas dari kemungkinan benar atau salah, yang pasti, kabar miring tentang almarhum berhembus kencang semenjak adanya perlawanan dari Green Resistence (kelompok yang pro Ghadaffi) atas pemerintahan boneka di Libya. Di Libya sebelah selatan pemberontakan itu meletus, dan menurut kabar terakhir kota Sabha telah dikuasai penuh oleh Green Resistence.
Libya mengalami kekacauan luar biasa. Masing masing kelompok saling berperang satu sama lain. Mereka berebut untuk menguasai daerah daerah kecil dan persimpangan jalan untuk menguasai sumur minyak. Green Resistance menargetkan beberapa titik penting untuk membebaskan tahanan, membasmi bandit – bandit pembunuh musuh rakyat, membasmi preman, pencuri, pemerkosa yang telah melakukan kejahatan serius terhadap rakyat Libya.
Banyak tentara bayaran NATO yang setelah berhasil menumbangkan Ghadaffi, lalu melanjutkan petualangan mereka di Suriah, dan akhirnya ditumpas oleh Tentara Arab Suriah. Tapi sayangnya, masih banyak tetap tinggal untuk menindas rakyat Libya. Mereka didukung dengan senjata dan logistik oleh NATO dan Qatar.
Akhirnya pada tanggal 28 Januari 2014, rakyat Sabha dan suku-suku bagian selatan Libya mengumumkan telah bangkitnya Perlawanan Rakyat Libya. Perlawanan rakyat ini terdiri dari suku-suku Libya dan patriot-patriot, yang bertujuan untuk mengambil kembali negara (selain dari tangan Pemerintahan Boneka NATO) juga dari tangan kelompok radikal (dukungan dan tentara bayaran NATO), yang kebanyakan bukan berasal dari Libya.
Kelompok radikal ini meliputi: Al-Qaeda, Ikhwanul Muslimin, Ansar Al-Syariah, LIFG dan banyak lainnya.
Rakyat Sabha, Tuareg dan semua suku selatan menyerukan kepada saudaranya untuk bergabung dalam pertempuran guna membersihkan negara dari kejahatan mereka. Perlawanan Rakyat Libya saat ini telah mengembalikan kontrol dan kedaulatan atas semua wilayah Selatan Libya.
Perkembangan terbaru Libya, di Sirte misalnya. Sebuah pesawat milik perusahaan minyak ditembak jatuh, bendera hijau dinaikkan di pengadilan tinggi Sirte dan sebuah pangkalan militer telah dibebaskan dari cengkraman NATO. Di beberapa wilayah Libya bentrokan sengit terus terjadi.
Namun, hiruk pikuk Konferensi Genewa II dan pertikaian antara kelompok jhadis di Suriah telah meredam adanya kebangkitan Green Resistance di Libya, (atau memang sengaja diredam?). Tidak banyak terdengar , padahal saat ini Libya tengah bergolak hebat. Kenapa media Barat bungkam dan sebaliknya malah mengekspos kepribadian Ghadaffi?
Keterangan: Tulisan asli ada di situs liputanislam.com tgl 31 Januari 2013.
1 comment:
konflik bersenjata di Libya "hanya" berlangsung 9 bulan dikarenakan dua faktor penting: dikuasainya kota benghazi sebagai pangkalan militer dan "menyerahnya" presiden rusia, dmitry medvedev karena tekanan barat dengan menetapkan zona larangan terbang di atas langit libya. hasilnya, pemimpin revolusioner libya, muammar qaddafi, tumbang.
kini lihat situasi di suriah, di mana belum ada tanda-tanda penyelesaian. korban jiwa telah menembus angka 100 ribu. setelah adanya kasus senjata kimia, kini sebuah rumah sakit di kota aleppo sengaja dihancurkan pemberontak. tekanan barat atas syria sudah mulai mengendur, namun turki dan saudi masih meningkatkan tekanan atas rezim assad. kubu pemberontak kini terpecah dua, yang pertama adalah prajurit fsa yang beraliran nasionalis didukung oleh ikhwan al muslimin, dan yang kedua adalah gembong-gembong militan dari luar syria, yang berafiliasi dengan al qaeda dan hizbut tahrir. mungkinkah presiden rusia, vladimir putin, menyerah atas segala tekanan asing dan membiarkan rezim bashar al assad jatuh?
prediksi saya: sebagai bangsa yang besar, tentu rusia kali ini tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
visit juga ya: catatan-si-boss.blogspot.com
Post a Comment