Sunday 14 June 2015

"Perlawanan" yang Menyerang Balik dan Berkah untuk Iran

"Kampanye AS melawan ISIS mengalami kegagalan, bukan karena kurangnya pasukan, namun karena bekerjasama dengan mereka yang tidak ikut memerangi mereka, seperti Saudi dan Turki," kata Patrick Cockburn, wartawan senior AS.

Atau lebih tepat lagi, AS dan koalisinya mengalami kegagalan dalam memerangi kelompok teroris ISIS karena justru merekalah yang membentuk, melatih, mendanai dan mengarahkan kegiatan ISIS.

Masuk akalkah bagi kita, ketika AS melancarkan kampanye anti-ISIS, kelompok ini justru semakin berkembang kekuatan dan kekuasaannya? Dalam sebulan terakhir mereka berhasil merebut kota Ramadi di Irak serta Idlib, Jisr al-Shugour dan Palmyra di Suriah. Padahal, dalam kasus Libya tahun 2011, militer pendukung penguasa Moammar Khadafi yang jauh lebih kuat dari ISIS menjadi tidak berdaya ketika berhadapan dengan pasukan udara NATO sehingga dengan mudah dikalahkan oleh pemberontak.

Sudah menjadi pengetahuan umum di Irak bahwa pesawat-pesawat pembom Amerika lebih sering membom posisi pasukan Irak dalam pertempuran melawan ISIS. Dan ketika ratusan kendaraan tempur ISIS berkonvoi untuk menyerang kota-kota di Irak dan Suriah, tidak satupun pesawat tempur koalisi Amerika yang mencegahnya.

Dan inilah kesaksian wartawan senior Inggris Robert Fisk dalam tulisan terakhirnya tentang konflik Suriah: 'Syrian civil war: Can Assad’s regime survive the onslaught from Isis and Jabhat al-Nusra?' di media The Independent hari Jumat (13/6).

"Dua hari sebelum mundur (dari Palmyra), pasukan Suriah melancarkan serangan terakhir ke posisi-posisi ISIS, hanya untuk menemukan tumpukan jaket anti-peluru modern, rudal-rudal pencari panas, senjata-senjata jinjing dengan 10.000 peluru, buku-buku berbahasa Rusia (tampaknya milik para petempur dari Chechnya) dan coklat 'Snickers'."

Tidak hanya itu, Fisk juga menemukan rudal-rudal anti-tank standar NATO TOW dan Milan, yang membuktikan kelompok itu telah mendapatkan bantuan senjata besar-besaran dari koalisi AS sebelum melancarkan offensifnya beberapa bulan terakhir.

Fisk menambahkan: "Persenjataan pemberontak sangat canggih dan lebih baik dibandingkan milik tentara Suriah, dan kebanyakan dari sistem komunikasi mereka adalah buatan Amerika. Pemberontak memiliki ratusan rudal-rudal anti-tank TOW dan Milan yang bisa menembakkan tiga sampai empat rudal kepada satu tank Suriah, meledakkannya dan membakar prajurit di dalamnya hingga tewas."

Namun, Suriah dan koalisi 'Perlawanan' Suriah-Iran-Hizbollah, yang dibantu milisi-milisi Shiah dari Iran, Irak hingga Afghanistan, kini melakukan serangan balik. Minggu ini pasukan Hizbollah dan tentara Lebanon berhasil membersihkan daerah Arsal di perbatasan Suriah-Lebanon dari anasir-anasir pemberontak Suriah, setelah sebelumnya pada akhir Mei Hizbollah dan pasukan Suriah berhasil membersihkan wilayah Qalamoun yang strategis dari pemberontak. Sementara itu, pasukan Suriah juga berhasil merebut kembali kota Hasaka.

Pada saat yang sama, ribuan bahkan puluhan ribu pasukan milisi Shiah dari Iran dan Irak (Robert Fisk melaporkan pejuang-pejuang Shiah Afghanistan juga turut bergabung) berbondong-bondong tiba di Suriah untuk membantu pasukan Suriah yang kepayahan menghadapi pemberontak. Pasukan Iran yang disegani, Garda Revolusi serta pasukan khusus Quds Force, dikabarkan akan segera bergabung memperkuat milisi-milisi tersebut.

Seperti sudah dilaporkan dalam tulisan terdahulu, tujuan pasukan-pasukan tersebut adalah membersihkan Suriah dari pemberontak, mengusir mereka ke tempat asalnya di Turki maupun Yordania.

"Dunia akan terkejut dalam beberapa hari mendatang oleh apa yang telah direncanakan oleh Iran dan Suriah," kata Mayjend Qasem Soleimani kepada media-media Iran, minggu lalu.

Tidak lama setelah munculnya pernyataan jendral Iran yang sukses menghancurkan pasukan ISIS di kota Tikrit-Irak itu media-media Israel pun 'heboh' dengan spekulasi bahwa Iran akan mengirimkan pasukan regulernya ke Suriah.

Media Lebanon 'The Daily Star' mengutip sumber-sumber inteligen Lebanon melaporkan, "Iran telah mengirim 15.000 pejuang ke Suriah untuk membalikkan keadaan dan mentargetkan kemenangan total akan diraih sebelum akhir bulan (Juni) ini."

Sementara pakar militer dan inteligen AS W. Patrick Lang mengatakan, "Ini adalah awal dari intervensi besar-besaran Iran dalam Perang Suriah. Masuknya sejumlah besar pasukan Iran akan menjadi 'pengubah permainan'. Apakah para pejuang itu berasal dari Iran, Irak atau dari balik bulan, kekuatan mereka akan membuat perubahan besar-besaran dalam keseimbangan perang di Suriah,"

Iran selalu berhasil mendapatkan berkah dari setiap 'bencana' yang dialaminya. Perang Iran-Irak tahun 1980-1988 berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan regim theokrasi Iran, dimana para ulama adalah pemegang kekuasaan mutlak di Iran dan lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif hanya menjadi sub-ordinasi. Kemudian, invasi AS dan koalisinya ke Irak tahun 2003 hanya membuat pengaruh Iran semakin kuat di Irak.

Dan kini, invasi ISIS dan kelompok-kelompok teroris dukungan AS dan negara-negara Arab komprador di Irak dan Suriah, hanya akan membuat pengaruh Iran semakin kuat di Suriah. Dan saat pasukan Iran berada di Suriah, ini berarti, pasukan Iran tinggal sejengkal lagi untuk mencapai Israel. Hal ini tentu akan sangat disesali oleh AS dan Israel sendiri, yang sudah kebingungan menghadapi kelompok kecil Hizbollah di Lebanon.(ca)

2 comments:

Unknown said...

KEBENARAN PASTI AKAN MENANG, GOD BLESS ASSAD & SYRIA

abu bakar said...

salam kembali

arsal merupakan kota sunni yang masih belum dibersihkan, tentera lubnan masih belum memasukinya, berita besar masih belum diterima dari Qasem Sulaimani kecuali yang ini

http://www.veteranstoday.com/2015/07/01/exclusive-israeli-general-chechnyans-killed-in-syrian-air-strike/