Sunday 5 April 2009

ZERO SUM GAME SEKTOR KEUANGAN


Mengapa judi dilarang oleh agama? Karena judi tidak memberikan nilai tambah apapun kecuali fitnah dan kehancuran tatanan rumahtangga dan sosial. Setiap kemenangan yang diperolah oleh satu pihak berarti kerugian dalam jumlah yang sama pada pihak lain. Bagi penjudi yang memiliki modal besar, kemungkinan memenangkan permainan judi lebih besar dari lawannya yang bermodal lebih kecil. Bagi yang memiliki modal "tak terbatas", kemenangan mutlak berada di tangan mereka.

Demikian juga halnya dengan bisnis "sektor keuangan" yang berlaku di seluruh penjuru dunia. Namun masyarakat dunia tidak pernah mau belajar dari pengalaman masa lalu. Semua krisis keuangan global adalah rekayasa para penjudi sektor keuangan yang bermodal "tak terbatas". Mereka memborong dan mengobral saham atau mata uang untuk membuat nilainya meroket atau jatuh demi keuntungan mereka tidak peduli akibatnya adalah kehancuran ekonomi masyarakat.

Pada akhir dekade 80-an negara-negara Asia Timur dinina-bobokkan dengan ramalan "kejayaan ekonomi" Asia melalui buku-buku seperti Megatrend, Future Shock, Third Wave dll. Para penulis buku-buku tersebut seperti Alfin Toffler disambut sebagai tamu kehormatan di negara-negara Asia. Dan untuk memenuhi ramalan para penulis tersebut, negara-negara Asia timur berlomba-lomba menggenjot hutang luar negeri demi memacu pembangunan.

Pada akhir dekade 90-an dimana sebagian besar hutang luar negeri negara-negara Asia timur jatuh tempo, George Soros dan para pedagang uang lainnya memborong mata uang dolar di pasar uang Asia timur. Akibatnya nilai dollar melonjak tinggi padahal negara-negara Asia Timur membutuhkannya untuk melunasi hutangnya. Akibatnya terjadilah krisis moneter di kawasan Asia Timur yang menghancurkan perekonomian kawasan ini termasuk Indonesia.

Lain negara-negara Asia Timur lain George Soros cs. Ia mengeruk keuntungan berlipat ganda dari nilai dolar yang melonjak tinggi. Dengan dolar harga baru yang dimilikinya, ia bisa membeli lebih banyak barang dan jasa, properti, hingga perusahaan di negara-negara korban permainannya. Dan keuntungan Soros cs dan penyandang dana mereka semakin besar dengan banyaknya hutang baru yang mereka berikan kepada negara-negara Asia Timur, yang mereka panen dalam bentuk bunganya setiap tahun.

Praktek semacan itu kembali mereka lalukan dalam episode krisis kredit perumahan Amerika yang kemudian menjalar menjadi krisis keuangan global akhir-akhir ini. Setelah mengobral kredit secara besar-besaran, tiba-tiba mereka menarik likuiditas sehingga masyarakat dan dunia usaha penerima kredit tidak dapat membayar cicilan kreditnya. Akibatnya terjadi krisis keuangan yang memaksa perusahaan mengurangi produksi dan tenaga kerjanya dan jutaan orang kehilangan rumahnya karena disita bank. Dan setelah harga barang-barang, properti dan saham perusahaan jatuh, mereka memborongnya.

"Saya mendapatkan "krisis" yang sangat baik," kata George Soros kepada koran The Australian baru-baru ini menanggapi krisis keuangan global yang tengah berlangsung saat ini.

Krisis yang sangat baik yang dimaksud Soros adalah keuntungan yang diraihnya akibat krisis keuangan global yang menurut prediksinya mencapai $1,1 miliar tahun lalu.

Soros, pemilik perusahaan hedge fund Quantum Fund, tidak sendirian, sebanyak 25 top spekulan bisnis keuangan Wall Street meraup keuntungan total hingga $11,6 miliar tahun lalu. Keuntungan terbesar diraih oleh James H. Simons dari Renaissance Technologies yang meraup keuntungan hingga $2,5 miliar tahun lalu. Keuntungan terbesar kedua diraih oleh John A. Paulson dengan keuntungan $2 miliar.

Namun "penjudi" yang kalah jauh lebih banyak dari mereka. Sekitar 2/3 perusahaan hedge fund di Wall Street mengalami kerugian dengan margin kerugian mencapai 18%, demikian menurut laporan New York Times.

Dan akhirnya kerugian terbesar tetap harus ditanggung masyarakat yang harus kehilangan pekerjaan dan propertinya sekaligus.

No comments: