Sunday 3 May 2009

Flu Babi: Messiah yang Ditunggu


“We Jews, we are the destroyers and will remain the destroyers. Nothing you can do will meet our demands and needs. We will forever destroy because we want a world of our own.” (Maurice Samuels: “You Gentiles”)


Seorang penulis sains menangkap tanda-tanda keanehan saat seorang pria tua berjenggot duduk di meja panelis menunggu giliran untuk berbicara. Beberapa orang staff mendekati seorang kemeramen video dan melarangnya mengambil gambar. Saat itu si penulis berkesimpulan, sesuatu yang sangat menarik akan terjadi. Maka ia langsung menyiapkan pena dan kertasnya untuk mencatat.

Orang tua yang duduk di meja panelis adalah Dr Eric Pianka, seorang ilmuwan yahudi yang terkenal dan pernah mendapatkan penghargaan sebagai “Texas Distinguished Scientist for 2006". Acara diskusi panel yang dihadiri Dr Pianka berlangsung di Texas Academy of Science at Lamar University in, akhir Maret lalu. Sedangkan penulis sains tersebut di atas adalah Forrest Mim III, seorang penulis sains populer dan editor jurnal sains dua mingguan The Citizen Scientist.

Apa yang kemudian didengar sang penulis dari Dr Pianka, sungguh menggoncangkan hatinya.

Dr Pianka mengungkapkan harapan bahwa sebagian besar manusia, hingga 90% dari populasi, meninggal secara mengerikan. Terkena wabah sejenis virus ebola hingga mengeluarkan darah dari semua lubang di tubuh.

Dr Pianka mengecam apa yang disebut "anthropocentrism” atau pendapat bahwa manusia menempati posisi tertinggi dalam kehidupan alam semesta. Menurutnya manusia tidak lebih baik dari bakteri dengan alasan manusia telah menghancurkan planet bumi dengan polusi dan populasi yang besar. Menurutnya, jika populasi manusia saat ini tidak berkurang hingga 90%, maka bumi akan hancur.

"Bukankah akan lebih baik bagi planet bumi jika terjadi wabah pathogen seperti Ebola yang dapat mengurangi populasi manusia hingga 90%?" kata Dr Pianka.

Forrest Mim terkejut mendengar pernyataan tersebut. Bukankah diketahui bahwa kematian karena virus ebola sangatlah mengerikan? Seseorang akan menderita selama berhari-hari sebelum meninggal. Darah keluar dari seluruh tubuh, termasuk dari mata setelah virus tersebut menghancurkan organ-organ dalam tubuh manusia yang terjangkit. Kengerian yang ditimbulkan bagaikan film fiksi.


Betapa mengerikannya jika virus Ebola bisa "diciptakan" di laboratorium dan bisa menyebar lewat udara dan menjangkiti seluruh manusia di bumi. Itu semua di luar pikiran Forrest Mim karena begitu mengerikannya. Tapi ia sadar, hal itu bukannya tidak mungkin.

Tidak lama setelah pernyataan mengerikan dari Dr Pianka tersebut dunia menyaksikan munculnya wabah virus yang lain, Flu Babi, yang muncul di Mexico dan telah menyebar ke seluruh benua. Meski disebut flu babi, penyakit ini berbeda dengan flu babi biasa karena bahkan tidak menyakiti babi. Penyakit ini disebabkan oleh virus mutan yang berasal dari firus babi, firus manusia dan firus flu burung (H5N1) sekaligus.

Ketika sebagian orang menuduh firus baru ini adalah hasil rekayasa manusia, media massa dan kalangan "established", "status quo", "liberal" dan "useful idiots", mengumandangkan himne yang sama: "conspiracy theory". Kenyataannya adalah ilmu bioteknologi rekayasa DNA saat ini tidak saja dapat membuat virus flu babi, flu burung dan sebagainya, tapi juga virus ebola.

Kembali ke dekade 1990-an, dua orang ilmuwan Australia berhasil memisahkan bersama-sama virus mematikan interlleukin 4 mousepox, dengan memecah gen tikus yang dapat meniru struktur protein sel darah putih, secara efektif menciptakan virus tikus yang sangat mematikan (tingkat kematian hingga 100%). Kemudian secara ceroboh kedua ilmuwan tersebut menyebarkan temuannya ke internet dan tidak diketahui berapa orang jahat yang telah mengetahi ilmu tersebut.

Kasus lainnya adalah virus flu burung (H5N1). Memang media massa tidak pernah menyinggung kasus satu ini. Namun faktanya adalah laboratorium Baxter di Austria telah menyebarkan virus buatan ini ke 18 negara tahun lalu. Dan seperti biasa mereka menyalahkan "human error" sebagai penyebabnya.

Anda tentu pernah mendengar berita-berita menghebohkan di semua media massa di seluruh dunia berupa terror anthrax paska pengeboman WTC tahun 2001, namun kemudian tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa diketahui oleh publik siapa pelaku dan motifnya. Seorang ilmuwan yahudi Dr Barbara Hatch Rosenberg, menuduh Dr. Steven J. Hatfield (goyim/gentile/non-yahudi) sebagai penanggungjawab kasus tersebut. Dr Hatfield yang kariernya hancur karena tuduhan itu, membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh konspirasi pers-yahudi sebagai biangnya.

Gagal mendapatkan bukti yang melemahkan Dr Hatfield, FBI mengalihkan korbannya kepada Dr Bruce Ivins (goyim/gentile/non-yahudi) yang kemudian secara misterius dinyatakan melakukan bunuh diri. Media seperti biasa mengabaikan satu analisis rasional sederhana bahwa Dr Bruce Ivins adalah korban untuk menutupi operasi Mossad menciptakan ketakutan massal di Amerika, terutama paska tragedi WTC. Dan meski ketakutan massal akibat anthrax gagal diciptakan, tragedi WTC telah cukup untuk menjadi pre-kondisi dibuatnya UU yang bersifat sangat fasis yang sangat efektif membungkam rakyat yang kritis yaitu Patriot Act, sekaligus juga pre-kondisi petualangan Amerika dalam Perang Afghanistan dan Perang Irak.

Dan dalam banyak kasus selalu saja terkuak bukti keterlibatan yahudi dalam kasus-kasus sejenis. Dr Philip Zack (yahudi) tertangkap dalam kamera menyelinap di tempat penyimpanan barang bukti amplop berisi virus anthrax sebelum ia menyabot dan mempermalukan seorang ilmuwan Arab. Sebagaimana Presiden Perancis Nicholas Sarkozy ditulis media massa "kanan" oleh Perancis sebagai seorang "sayan", begitu juga Dr Zack. "Sayan" adalah sebutan dalam inteligen Israel untuk keturunan yahudi yang secara tidak resmi bekerja sebagai mata-mata Israel di negeri tempat dia tinggal. (Saya berani bertaruh Ahmad "Dewa" Dhani dan para keturunan yahudi lainnya di Indonesia juga menjadi "sayan").

Namun seperti biasa semua, media massa mengabaikan fakta-fakta itu. Tidak peduli meski orang-orang tak bersalah seperti Dr Hatfield dan Dr Bruce Ivins hancur hidupnya.

Maka kita bisa mengatakan bahwa flu babi yang kini tengah merebak dari Mexico, adalah hasil rekayasa genetik. Meski baru pertama kali ditemukan sebuah kombinasi flu babi, manusia dan burung sekaligus, wabah sejenis pernah terjadi tahun 1918 di Spanyol dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Virus yang ditemukan dalam Wabah flu saat itu merupakan kombinasi antara flu manusia dan flu babi.

Sejarahwan Alfred W. Crosby mengatakan bahwa wabah tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah, mengalahkan semua wabah penyakit lainnya termasuk wabah campak Black Death yang melanda Eropa pada abad pertengahan. Meski jumlah sesungguhnya tidak diketahui, para ahli memperkirakan korban tewas akibat wabah ini mencapai 20 hingga 100 juta orang. Di Amerika sendiri wabah ini menelan korban tewas hingga 500,000. Dengan prosentase yang sama, jumlah itu sama dengan 20 juta orang saat ini.

Perlu diperhatikan bahwa wabah semacam ini terjadi melalui dua gelombang. Gelombang pertama terjadi di musim semi. Pada tahap ini wabah tidak terlalu besar sehingga orang-orang segera melupakannya. Namun pada musim gugur gelombang kedua menyerang kembali. Kali ini lebih mematikan dan lebih luas. Pola seperti ini juga terjadi pada wabah flu babi yang saat ini melanda. Dan sebagaimana wabah flu tahun 1918, flu ini banyak menyerang orang-orang muda yang sehat.

Pada akhir dekade 90-an virus mematikan akibat wabah flu tahun 1918 ditemukan dari jasad orang Eskimo dan berhasil dipetakan oleh para ilmuwan Amerika dari laboratorium militer di Fort Detrick yang dipimpin oleh Dr. Jeffery Taubenberger (1997-2003). Tidak diketahui apa yang dihasilkan dari virus tersebut di laboratoriumnya.

Jika sebuah DNA sebuah virus atau bakteri ditemukan, kita bisa mengkombinasikannya dengan DNA virus dan bakteri lainnya dengan sifat-sifat baru yang tidak dikenal sebelumnya. Kombinasi virus-virus dan bakteri baru tersebut tidak dapat dicegah untuk terus berkembang.

Mungkinkah zionis yahudi merekayasa wabah penyakit untuk memusnahkan sebagian besar manusia di dunia sehingga mereka bisa menjadi penguasa tunggal dunia sebagaimana pernah "dijanjikan" Tuhan kepada mereka? Sangat boleh jadi. Bukankah DR. Pianka telah mengungkapkan obsesi tersebut? Rabbi Simon Yohai, seorang nabi yahudi terkemuka juga pernah mengatakan, "Bahkan gentile (non-yahudi) terbaik harus dibunuh."

Rabi Simon Yohai dan DR Pianka hanya dua dari ribuan orang-orang yahudi yang percaya pada Tuhan (mereka menyangka demikian, namun sebenarnya iblis) yang memerintahkan orang yahudi membunuh gentile sebanyak mungkin, dan percaya bahwa dunia hanya diperuntukkan bagi orang yahudi.

Zionis yahudi mempunyai banyak ilmuwan. Merekapun punya laboratorium hidup, yaitu orang-orang Palestina yang hidup di kamp konsentradi di Gaza dan Tepi Barat. Orang-orang Jepang menggunakan para tawanan perang orang Cina dan kulit putih di Manchuria (Korea) sebagai kelinci percobaan senjata biologi. Pada akhir perang data-data dari percobaan tersebut dirampas oleh pasukan Amerika dan Inggris, dua negara dengan pemerintahan yang dikuasai zionis (zionist occupied goverment) untuk digunakan sebagai bahan senjata biologi.

Pada tahun 1990 sebuah dokumen rahasia dari National Security Council (lembaga tertinggi keamanan Amerika, beranggota Presiden dan para menteri keamananan) bocor ke publik. Dokumen berkode NSM200, tersebut ditulis oleh Henry Kissinger, mengungkapkan skenario rahasia pengendalian populasi manusia di negara-negara dunia ketiga. Untuk melancarakan skenario, program tersebut di"sembunyikan" di balik jubah PBB dan organisasi internasioanl seperti IMF dan Bank Dunia. Sama seperti skenario menciptakan ketergantungan ekonomi global kepada para bankir kapitalis yahudi.

Itulah yang disebut konspirasi.

Pada tahun 1979 seorang misterius bernama R. C. Christian membangun monumen batu di beberapa properti (tanah dan bangunan) di pedalaman Georgia. Tidak ada yang tahu pemilik sebenarnya dari properti-properti itu. Pada permukaan monumen-monumen tersebut teradapat tulisan dari beberapa bahasa, termasuk bahasa yahudi, yang menyatakan bahwa dunia populasi dunia tidak boleh lebih dari 500 juta orang. Dengan kata lain, monumen tersebut memberitahukan bahwa 6 miliar penduduk dunia harus dihilangkan nyawanya.

Sebagian orang menganggap monumen tersebut adalah pesan dari para masonik (anggota organisasi rahasia Freemason). Sebagian lain menuduh kelompok Commitee 0f 300, suatu kelompok rahasia perancang apa yang disebut Agenda Global 2000 yang menyerukan kematian massal ummat manusia demi kekuasaan mereka di muka bumi.
Apakah mungkin agenda gila tersebut terealisasi? Secara teknis sangat mungkin, kecuali Tuhan mencegahnya atau sebagian besar manusia sadar dan melawan.

Dan inilah sebagian dari upaya yang telah mereka lakukan: komunis Rusia membantai puluhan juta rakyat Rusia. Mereka juga membunuh 10 juta lebih rakyat Ukraina antara tahun 1932-1933, saat Hitler masih menjadi politisi kelas kambing. Komunis Pol Pot membantai jutaan rakyat Kamboja pada tahun 1970-an. Demikian juga komunis Cina, Vietnam, Kuba, Indonesia dan lain-lainnya membantai jutaan rakyatnya sendiri.

Yahudi Turki yang tergabung dalam "Turki Muda" di bawah pimpinan Mustafa Kemal membantai ribuan orang-orang Armenia dan membuang ribuan lainnya ke padang pasir yang tandus untuk mati. Amerika di bawah yahudi Robert Morganthau dan antek yahudi Franklen Delanor Roosevelt memerintahkan Jendral Eisenhower untuk membiarkan to 1.1 sampai 1.7 juta tawanan perang Jerman mati kelaparan dan membiarkan 5.7 juta rakyat Jerman kelaparan paska Perang Dunia II. Belum lagi jutaan rakyat sipil Jerman yang mati akibat pemboman besar-besaran Amerika dan sekutu atas kota-kota besar Jerman pada akhir Perang Dunia II saat tentara Jerman sudah kalah.

Dan siapa yang menggunakan bom nuklir terhadap rakyat sipil? Amerika sang antek yahudi. Bagi mereka membunuh orang, jutaan atau bahkan miliaran orang hanya sekedar angka.

No comments: