Sunday, 17 May 2009

Dialektika Yahudi Ashkenazi - Sephardin


Sebelumnya perlu saya sampaikan sekilas pengertian tentang yahudi ashkenazi dan yahudi sephardin.

Paska pendudukan dan penghancuran Yerussalem oleh tentara Romawi pada tahun 70 masehi, sebagian besar bangsa yahudi meninggalkan Palestina dan menjalani apa yang disebut sebagai diaspora, yaitu menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagian dari diaspora tersebut menuju ke Irak tempat dimana nenek moyang mereka pernah menjalani penahanan oleh bangsa Babylonia. Sebagian lainnya menuju ke Mesir, juga tempat di mana nenek moyang mereka menjalani masa perbudakan. Sebagian yang lain berlayar ke Eropa barat seperti Italia, Perancis, Spanyol hingga Inggris. Sebagian lainnya berpindah ke selatan hingga Yastrib (Madinah) di semenanjung Arabia.

Di antara mereka yang ke barat termasuk Paulus dan Peter (murid Yesus) yang kemudian mendirikan Gereja Romawi yang bertahan hingga sekarang. Sejarahwan Inggris Laurent Gardner dalam bukunya "Bloodline of the Holy Grail" menyebutkan di antara yang berlayar ke barat terdapat Maria Magdalena (istri Yesus) dan putra-putranya, Simon (murid Yesus), dan adik kandung Yesus, Joseph Arimathea. Maria meninggal di Perancis, Simon meninggal di Corsica, dan Joseph meninggal di Inggris.

Adapun Yesus (Isa) menurut Paulus dalam satu suratnya yang termuat dalam kitab Perjanjian Baru sebagaimana penafsiran Laurent Gardner, mengkonfirmasi bahwa Yesus sempat berada di kota Roma sebelum menghilang secara misterius (sebagian sejarahwan percaya Yesus pergi ke timur hingga India dan meninggal di sana).

Orang-orang yahudi yang berada di Eropa barat selanjutnya melakukan asimilasi dengan orang-orang kulit putih setempat dan melahirkan keturunan berdarah campuran yang kemudian disebut sebagai yahudi sephardin atau yahudi putih. Sedangkan yang berada di Irak melakukan asimilasi dengan masyarakat kazhar setelah raja khazar (di utara Irak, memiliki darah keturunan mongolia) memeluk agama yahudi pada abad VIII masehi. Keturunan campuran yahudi-kazhar kemudian disebut sebagai yahudi ashkenazi atau yahudi gelap. Mereka banyak terdapat di Eropa timur seperti selatan Rusia, Polandia, Austria dan Jerman.

Ciri fisik yahudi sephardin adalah mata biru bening yang didapatkan dari darah arya (kulit putih) yang mengalir di dalam tubuh mereka, serta hidung yang lebih lancip dibanding yahudi ashkenazi yang memiliki hidung besar dan tebal.

Diskriminasi yang dialami oleh orang-orang yahudi seperti pembatasan kepemilikan tanah membuat orang-orang yahudi lebih mengkonsentrasikan diri pada bisnis simpan-pinjam emas dan uang serta industri perhiasan. Namun dari bisnis inilah mereka mampu mengumpulkan kekayaan melimpah karena mampu "menciptakan" selembar kertas menjadi setumpuk emas. (Lihat artikel Asal-usul Bank dan Kekuasaan Uang dalam blog ini).

Di antara dua kelompok yahudi berbeda tersebut (ashkenazi dan sephardin) terdapat persaingan diam-diam yang sangat keras. Pada umumnya orang-orang ashkenazi dianggap lebih rendah oleh orang-orang yahudi sephardin. Orang-orang yahudi sephardin memberi julukan yang sifatnya menghina atas orang-orang yahudi ashkenazi dengan sebutan "kike" atau “Yiddish”. Di sisi lain orang-orang yahudi ashkenazi dikenal memiliki sifat-sifat negatif maupun positif yang lebih menonjol seperti lebih kejam, keras kemauan, dan licik.

Di antara orang-orang yahudi ashkenazi yang paling terkenal adalah keluarga Rothschild yang selain berbisnis uang, emas dan perhiasan juga melakukan bisnis
penyediaan jasa tentara bayaran yang banyak terlibat dalam perang saudara di Amerika (1865-1868), perang Napoleon dan peperangan-peperangan lainnya. Sedangkan dari kalangan yahudi sephardin beberapa figur yang menonjol di antaranya adalah keluarga Samuel (Dutch Shell Oil Company), keluarga Sasson yang menguasai perdagangan di Cina dan India, keluarga Mond, keluarga Isaacs, keluarga Lord Reading dan keluarga Montagu. Di Amerika orang-orang yahudi sephardin yang terkenal di antaranya adalah keluarga Morgan (bank Morgan Stanley), Rockefeller (bersama beberapa keluarga yahudi lainnya menguasai industri minyak, perbankan, property, otomotif, pers dan industri vital lainnya), dan dalam skala lebih kecil adalah keluarga Bush dan Rossevelt yang melahirkan presiden-presiden Amerika.

Di antara keduanya terdapat perbedaan pandangan tentang eksistensi kaum yahudi. Orang yahudi ashkenazi memandang kaum yahudi sebagai suatu kelompok politik berdasar ras, sedang yahudi sephardin memandang kaum yahudi sebagai suatu kelompok agama. Namun keduanya sama dalam hal keimanan. Mereka lebih meyakini Talmud karangan para pemuka agama yahudi daripada Taurat yang diwahyukan Tuhan kepada Musa. Mereka keturunan sekte parisi dan saduki penyembah berhala, bukan sekte essene yang murni mengikuti ajaran Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman dan Yesus (Isa).

Dan meski bersaing sengit, dalam menghadapi orang-orang non-yanudi atau biasa mereka sebut gentile atau goyim (artinya adalah binatang ternak), mereka biasanya bersatu padu. Orang yahudi ashkenazi berteriak "Racial persecution!" dan yahudi sephardin berteriak "Religious intolerance!" terhadap orang-orang yang gentile yang mengancam mereka. Keduanya berteriak dengan nada yang sama kepada orang-orang yang mengancam mereka: "anti semit".

Dalam konteks sekarang, yahudi sephardin menguasai panggung ekonomi dan politik Inggris dan Amerika. Sedangkan yahudi ashkenazi menguasai panggung ekonomi dan politik Uni Eropa. Ini menjadi penjelasan mengapa Inggris sangat kuat mendukung Perang Iran dan Afghanistan yang dilancarkan Amerika dan sebaliknya paling sulit berintegrasi dalam Uni Eropa.

Pada tahun 1815, menjelang berakhirnya Perang Waterloo yang mengakhiri "petualangan" Napoleon Bonaparte serta sebelum keluarga Rothschild (yahudi ashkenazi dari Jerman) muncul menjadi keluarga paling kaya dan berpengaruh di dunia, Perjanjian Vienna membagi-bagi Eropa dengan ratusan juta penduduknya untuk negara-negara pemenang perang. Tentu saja perjanjian tersebut menimbulkan banyak kontroversi yang berujung pada berbagai pergolakan, peperangan, dan kelaparan di Eropa.

Dibutuhkan 50 tahun sebelum kondisi sosial politik menjadi agak stabil. Jerman mengkonsolidasi diri. Italia bersatu menjadi negara republik. Industrialisasi Jerman pun mulai melonjak dan demikian pula kekayaan keluarga Rothschild. Sebagian besar kekayaan Rothschild diinvestasikan pada saham-saham perusahaan industri di Jerman dan Austria-Hungaria. Selain perbankan, Rothschild menguasai industri pertambangan batubara dan besi serta sektor transportasi.

Karena berkembang pesatnya industrialisasi, wilayah Jerman terasa semakin kecil dan Jerman mulai melirik wilayah sekitarnya untuk dikuasai. Pasar global harus terbuka untuk produk-produk Jerman.

Di sisi lain di wilayah Belanda dan Inggris, orang-orang yahudi sephardin menguasai perusahaan-perusahaan besar di Belanda dan Inggris. Selama ratusan tahun perdagangan Inggris dengan angkatan lautnya yang superior telah menguasai jalur-jalur perdagangan internasional dan demikian juga kekayaan para yahudi sephardin menumpuk.

Maka persaingan dua raksasa pun dimulai, yahudi ashkenazi Jerman melawan yahudi sephardin Inggris, masing-masing dengan kekuatan seluruh rakyat dan angkatan perangnya.

Jerman berusaha membangun angkatan laut yang kuat untuk merebut jalur-jalur perdagangan laut yang telah lama dikuasai Inggris, namun segera disadari angkatan laut Inggris tidak terkalahkan. Maka mereka mencari alternatif lain, yaitu pembangunan jalur kereta api London-Baghdad. Jalur ini dimulai dari ibukota Jerman, Berlin, melalui Austria-Hongaria, semenanjung Balkan, Turki, dan berakhir di Baghdad, Irak. Melalui jalur ini, yahudi ashkenazi Jerman dapat mencapai wilayah Asia yang padat penduduknya dan kaya sumber alamnya tanpa harus bertempur dengan Inggris di laut.

Untuk mengamankan jalur ini, wilayah-wilayah yang dilalui jalur kereta api ini harus dikuasai oleh Jerman, secara fisik ataupun melalui pengaruh politik. Maka jargon "Pan-Jerman Movement" dan "Deutschland Uber Alles" pun dimunculkan.

Namun di sisi yang lain, selain yahudi sephardin Inggris, kerajaan slavia Rusia melihat rencana tersebut sebagai ancaman. Jerman yang menguasai Turki akan menutup Laut Hitam dari perairan internasional dan membuat kota-kota Rusia di sekitar Laut Hitam menjadi terisolir.

Rusia telah lama terlibat pertikaian laten dengan orang-orang yahudi tentu tidak menginginkan Turki dikuasai oleh musuh-musuhnya. Untuk membatasi pengaruh yahudi, Rusia menggerakan semangat persatuan ras slavia "Pan Slavic Movement" di kawasan Balkan. Mendahului rencana Jerman menguasai selat Dardanella Turki yang menghubungkan Asia dan Eropa, pada tahun 1877 Rusia menyerang Turki dan memulai episode perang yang dikenal dengan nama Perang Krim. Rusia berhasil menduduki Konstantinopel.

Namun penguasaan Rusia atas Konstatinopel yang tepat berada di pinggir jalur laut yang padat, Selat Dardanella, membuat seluruh yahudi bersatu. Dengan menggunakan kekuatan senjata Inggris (saat itu dipimpin perdana menteri Disraeli yang juga seorang yahudi sephardin) dan Perancis, orang-orang yahudi memaksa Rusia menarik diri dari Turki dan menyerahkan semenanjung Crimea miliknya kepada Inggris-Perancis.

Menjelang Perang Dunia I situasi politik global tetap didominasi oleh kepentingan yahudi sephardin dan yahudi ashkenazi dan Rusia dengan Turki berada di tengah-tengah. Yahudi ashkenazi Jerman yang semakin kuat tetap dengan rencana semula mewujudkan jalur kereta api Berlin-Baghdad. Kali ini yahudi sephardin dan Rusia bersatu untuk menggagalkan rencana ambisius ini. Maka terbentuklah pakta Tripple Entente beranggotakan Inggris, Perancis dan Rusia. Di sisi lain yahudi ashkenazi membentuk pakta Triple Alliance sebagai tandingan dengan anggota Jerman, Turki dan Austria-Hungaria.

Jadi beginilah kondisi politik Eropa menjelang perang dunia I. Dua blok berhadap-hadapan siap untuk berperang. Blok pertama Tripple Entente yang berjuang untuk kepentingan yahudi sephardin dan kekaisaran Rusia, dan blok lawannya Tripple Alliance yang membela kepentingan yahudi ashkenazi dengan proyek jalur kereta api Berlin-Baghdad-nya.

Dengan kekuatan media massa yang dimiliki serta birokrat korup yang telah disuap, bahkan para raja dan perdana menteri non-yahudi tidak berdaya untuk menentang perang yang diskenariokan orang-orang yahudi baik sephardin maupun ashkenazi. Pers milik yahudi mencekoki rakyat Inggris dan Perancis bahwa Jerman adalah musuh yang jahat, semikian pula sebaliknya.

Propagandis yahudi di Inggris terutama adalah Lord Northcliffe, yang memborbardir rakyat Inggris dengan opini bahwa "perang tidak bisa dielakkan" lagi, meski para diplomat dan pemimpin berusaha mengelakkannya.

Pada bulan November 1910, saat pers bertubi-tubi menyorakkan nada perang, dua orang pemimpin negara yang bersaing, yaitu Kaisar Jerman dan Czar Rusia mengadakan pertemuan di Potsdam untuk mencegah ketegangan antar kedua negara berubah menjadi perang. Keduanya kemudian mencapai kesepakatan: Jerman mengakui hak Rusia atas akses laut yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Tengah, yaitu Selat Dardanella di Turki. Sebaliknya Rusia akan membiarkan Jerman untuk membangun jalur kereta api Berlin-Baghdad.

Hal yang sama dilakukan oleh Hitler, Mussolini dan Perdana Menteri Inggris Chamberlain yang mengadakan pertemuan sebelum Perang Dunia II pecah. Namun upaya-upaya damai tersebut gagal dan perang tetap berkecamuk. Bahkan ketika Hitler membiarkan tentara Inggris yang terjebak di Dunkirk Perancis me-"lengang kangkung" kembali ke Inggris demi membujuk Inggris menghentikan Perang Dunia II, perang tetap saja berkecamuk tanpa bisa dicegah.

Mengapa? Karena orang-orang yahudi tetap menginginkan perang demi keuntungan mereka sendiri. Maka dibuatlah konspirasi-konspirasi, seperti misalnya mengirimkan Lenin ke Rusia untuk mengobarkan Revolusi Bolshevik. Atau melakukan pembunuhan politik.

Para intel Serbia binaan Inggris dan Perancis menginfiltrasi Austria-Hungaria menyebarkan uang palsu untuk menimbulkan hyper-inflasi dan kegoncangan sosial. Rakyat Perancis dicuci otaknya dengan pemahaman bahwa rakyat Jerman dan Austria adalah orang-orang keturunan bangsa Hun yang pernah menginvasi Eropa di era kegelapan. Konflik-konflik sektarian pun diciptakan di Balkan hingga Rusia dan Austria tergerak untuk memobilisasi pasukan.

Kemudian sebuah plot diciptakan untuk melakukan pembunuhan politik untuk memicu perang. Dua orang pelajar yahudi direkrut untuk melakukan pembunuhan tersebut. Adapun korbannya adalah Archduke Franz Ferdinand, putra mahkota kerajaan Austria-Hongaria. Setelah menjalani latihan di Serbia dan mendapatkan bekal senjata serta upahnya, keduanya diselundupkan ke titik pembunuhan di Serbia. (Serbia adalah wilayah yang berada di antara Austria-Hongaria dan Rusia. Menjadi ladang persaingan politik yang intens antara kedua blok. Namun penduduknya yang mayoritas beretnis Slavia secara kultural lebih dekat dengan Rusia). Pada tanggal 28 Juni 1914 kedua pembunuh berhasil melaksanakan tugasnya ditambah bonus kematian istri sang Archduke Franz Ferdinand. Maka Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia. Rusia, sekutu Serbia, menyatakan perang kepada Austria-Hongaria. Maka Jerman, Inggris dan Perancis pun menerjunkan diri dalam medan perang.

Pembunuhan dilakukan di Serbia, namun pembayarannya dilakukan di London, Inggris. Pembayaran tersebut langsung melalui kantor perwakilan Serbia di London. Sebuah dokumen membuktikan hal ini. John Bull, penerbit Inggris menerbitkan sebuah dokumen dari kantor perwakilan Serbia di London tertanggal 5 April 1914 yang berisi sebuah rahasia:

"Atas penghilangan nyawa F.F (Franz Ferdinand), sejumlah 2.000 poundsterling akan dibayarkan dengan term sbb: 1.000 poundsterling dibayarkan pada saat Anda tiba di Beograd (ibukota Serbia) melalui tangan Tuan G dan sisanya sebanyak 1.000 poundsterling dibayar setelah tugas dilaksanakan. Jumlah 2.000 poundsterling itu untuk semua biaya termasuk membayar agen pembunuh."

Untuk mencegah perang, Kaisar Jerman mengirim telegram kepada Czar Rusia memintanya tidak memulai perang. Czar langsung membalas dengan balasan serupa, meminta Jerman tidak memulai perang. Para diplomat dan pemimpin Inggris dan Perancis saling mengirimkan pesan untuk tidak terlibat dalam perang. Namun yahudi sephardin dan ashkenazi telah memutuskan perang. Dan keputusan mereka lah yang berlaku.

Namun meski perang sudah berlangsung selama setahun, orang-orang Jerman, Perancis dan Inggris masih belum mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Dan perang terhenti dengan sendirinya meski secara resmi tidak ada gencatan senjata dan secara teknis perang masih berlangsung.

Dua tahun perang berkecamuk hebat dan tampak tanda-tanda blok Jerman-Austria akan memenangkan perang. Maka yahudi sephardin mengalihkan pandangan ke Amerika sebagai penyelamat, meski Amerika tidak ada kepentingan dengan peperangan tersebut dan presiden Woodrow Wilson mempunyai slogan kampanye "He Kept Us out of War”. Untuk menyeret Amerika ke medang perang, orang-orang yahudi "memeras" Presiden Woodrow Wilson. Tidak hanya itu, mereka juga memeras Inggris untuk memberikan tanah Palestina kepada yahudi.

Mereka mengirimkan seorang pengacara terkenal, Untermeyer dari kantor pengacara Guggenheim, Untermeyer, & Marshall yang menjadi penyandang dana kampanye presiden Wilson. Untermeyer menginformasikan kepada Presiden Wilson bahwa seorang kliennya, mantan istri seorang profesor yang pernah menjadi teman presiden Wilson di Princetown University, berniat menuntut Presiden Wilson senilai $40.000. Alasannya, karena akibat hubungan gelapnya dengan Presiden Wilson membuatnya diceraikan oleh suaminya. Untuk memperkuat tuntutannya, Untermeyer membawa sepucuk surat yang pernah ditulis oleh presiden Wilson kepada kekasih gelapnya.

Presiden Wilson mangatakan tidak mempunyai uang sebanyak yang dituntut mantan kekasihnya. Untermeyer mengatakan akan membayar tuntutan tersebut dengan syarat tertentu. Pertama Presiden Wilson menyetujui pengangkatan Louis Brandeis, sebagai hakim agung pertama berdarah yahudi. Yang kedua menyetujui keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II. Sayang dengan kariernya, Presiden Wilson menyetujui semua syarat tersebut.

Adapun untuk alasan keterlibatan Amerika dalam perang dunia II, media massa mendramatisasi tenggelamnya kapal SS Sussex oleh kapal selam Jerman dengan tambahan tewasnya banyak warga Amerika. Dengan desakan media massa dan hakim agung Brandeis yang menyimpan rahasia pribadi presiden, presiden Wilson mengusulkan kepada Congress untuk menyatakan perang atas Jerman. Pada tgl 6 April 1917 setelah mendapat persetujuan Congress, Presiden Wilson mengumumkan perang kepada Jerman dan sekaligus menerjunkan Amerika ke dalam kancah perang dunia I yang sebenarnya tidak diinginkan rakyat Amerika.

Keterlibatan Amerika dalam kancah perang dunia I harus dibayar mahal dengan 115,516 tentara Amerika tewas dan 202,002 lainnya cacat akibat luka-luka yang dideritanya. Namun itu tidak seberapa dibandingkan puluhan juta rakyat Eropa yang tewas dan luka-luka. Dan ketika komandan perang Amerika Jendral Pershing mendarat di Eropa, ia mendapatkan kapal SS Sussex masih bersandar di pelabuhan. Bahkan tidak ada ada korban warga negara Amerika sebagaimana menjadi alasan Presiden Wilson mengumumkan perang.

Di sisi lain, orang-orang yahudi ashkenazi dan sephardin justru mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat akibat perang tersebut: bunga hutang yang mereka berikan kepada negara-negara yang terlibat perang, bisnis senjata dan amunisi, bisnis ransum dan perlengkapan tentara dan lain sebagainya. Bahkan meski ambisi yahudi ashkenazi untuk membangun jalur kereta api Berlin-Baghdad gagal karena perang, mereka masih mendapatkan keuntungan.

Pada perang dunia II yahudi sephardin dan ashkenazi mendapatkan lawan yang seimbang, Nazi Jerman, sehingga mereka bersatu untuk menghadapinya. Dan kini, setelah puluhan tahun berlalu yang disertai dengan berbagai interaksi dan perkawinan silang, polarisasi yahudi sephardin dan ashkenazi tidak begitu tampak lagi kecuali beberapa perbedaan antara poros Amerika-Inggris (sephardin) dan Uni Eropa (ashkenazi) seperti dalam kasus perang Irak yang dilancarkan Amerika dan Inggris yang tidak mendapat dukungan negara-negara Uni Eropa.

Keterangan gambar: Paus Paulus II bersama tokoh yahudi sephardin dan ashkenazi

4 comments:

R.Nababan said...

anda telah melakukan pembohongan besar. jika benar apa yg anda tuduhkan Jews Askhenazidan Jews Separdhic saling tidak menyukai, tidak akan mungkin Isreal bisa berdiri bersama melawan pemberontak tukang rusuh semacam Palestina.

karena kedua kelompok tersbut adalah yg merupakan terbesar yang mendiami Isreal sekarang.

Israel saja tidak pernah ambil pusing dengan sebutan sephardic maupun Askhenazi, anda dan anti semitism lah yg coba coba membelah perstauan Israel Raya sekarang.

Bung Cipto said...

artikelnya bagus

alghiff said...

ini tidak bohong, kalau jew ass sucker pasti bilang bohong

Vista said...

@ R Nababan
tidak bohong, justru itulah israel mengharuskan dirinya mencari musuh bersama dalam hal ini ya palestina. terkadang mencari musuh di luar bermakna memadamkan api di dalam