Sunday 13 December 2009

Kasus Prita Mulyasari: Tanggalkan Konspirasi, Ini Masalah Nurani


Sebenarnya saya ingin menulis soal motif konspirasi di balik berbagai masalah sosial-ekonomi-politik yang melanda Indonesia akhir-akhir ini khususnya terkait masalah kriminalisasi KPK, skandal bank Century, pengadilan-pengadilan hitam terhadap rakyat jelata, dan terakhir adalah kasus Prita Mulyasari.

Hal ini (soal konspirasi) bukan sekedar paranoid atau mengada-ngada. Contohnya, bagaimana mungkin seorang Anggodo yang telah mengangkangi instusi kejaksaan dan kepolisian serta mempermalukan presiden Republik Indonesia bisa melenggang bebas tak tersentuh hukum. Lalu bagaimana Prita Mulyasari, seorang ibu rumah tangga yang mendapat perlakuan tidak adil dengan menjalani penahanan selama satu bulan di penjara karena masalah sepele, yang telah mendapatkan dukungan publik, termasuk menteri, jaksa agung, DPR, para tokoh nasional hingga presiden, kasusnya tetap berjalan bahkan kemudian dijatuhi hukuman perdata (masih ada kemungkinan hukuman pidana juga).

Well, di negara-negara dimana para konspirator jahat telah mengendalikan kekuasaan, semua hal paling keji bisa saja terjadi. Lihatlah nasib Bobby Fischer, sang legenda catur dari Amerika. Menjadi figur paling terkenal di Amerika bahkan dunia selama bertahun-tahun tidak menjamin ia bebas dari perlakuan keji. Ia dikeroyok polisi, dibekukan paspornya, disita harta bendanya, dan akhirnya ia meninggal di pengasingan (Islandia). Atau John Demjanjuk. Lelaki tua lumpuh berumur 89 tahun itu ditangkap polisi Amerika dan diekstradisi ke Jerman untuk diadili dengan tuduhan komprador Nazi dalam Perang Dunia 2. Padahal 30 tahun lalu ia juga dituduh hal yang sama dan telah diekstradisi ke Israel. Pengadilan Israel bahkan menjatuhi hukuman mati terhadapnya dan ia tengah menunggu eksekusi ketika pengacaranya yang gigih berhasil menemukan bukti baru yang akhirnya berhasil membebaskannya dari kematian.

Namun nasib Demjanjuk dan Bobby Fischer tidak setragis Anton Schuessler, warga kota Chicago, Amerika. Pada tahun 1955 ia kehilangan dua anak kesayangannya oleh pembunuhan keji misterius, yang kemudian ia ketahui sebagai praktik ritual berdarah oleh sekelompok sekte ortodok yahudi. Demi keadilan, ia melaporkan kasus tersebut kepada polisi. Namun polisi justru menuduhnya sakit jiwa dan menahan paksa dirinya untuk dijebloskan ke dalam sebuah klinik kejiwaan. Pada hari yang sama ia masuk ke dalam klinik tersebut, ia meninggal dunia menyusul dua orang anaknya yang telah meninggal sebelumnya.

Rakyat Amerika, khususnya penduduk Chicago yang diinspirasi oleh Arnold Leese penulis paper "Jewish Ritual Murder", melawan ketidak adilan yang menimpa Schuessler dengan aksi-aksi demo dan aksi-aksi lainnya. Untuk menghindari kerusuhan etnis, komunitas yahudi Chicago memberi santunan sebesar $500.000 kepada nyonya Anton Schuessler. Dr Leon Steinfield, seorang yahudi pemilik klinik kejiwaan pembunuh Anton Schuessler pun melarikan diri ke Swiss. Namun pelaku pembunuhan ritual tidak pernah tertangkap.

Sebagaimana rakyat Amerika melawan ketidak adilan yang menimpa keluarga Schuessler, rakyat Indonesia juga melawan ketidak adilan yang menimpa Prita Mulyasari, dengan menggalang dukungan melalui situs internet jejaring sosial dan aksi pengumpulan uang logam untuk membayar hukuman perdata yang menimpa Prita. Aksi-aksi dukungan masyarakat itu pun membuat ciut RS Omni yang berperkara dengan Prita Mulyasari sehingga menarik tuntutan perdatanya.

Namun semua itu belum benar-benar berakhir. Prita masih menghadapi tuntutan pidana yang mungkin akan terasa lebih berat ditanggung Prita. Sebagaimana kasus kriminalisasi KPK yang jauh dari berakhir dengan masih melenggang bebasnya Anggodo dan bebasnya para "buaya" yang telah menahan pimpinan KPK Bibit dan Chandra, atau kasus bank Century dengan masih bercokolnya Sri Mulyani dan Boediono di kursi kekuasaan. Namun kasus Prita menunjukkan, bahwa rakyat Indonesia masih memiliki hati nurani yang merupakan modal dasar bangkitnya Indonesia dari keterpurukan. Insya Allah.

Bangkitlah Indonesiaku. Kau adalah bangsa besar. Satu-satunya bangsa yang berhasil menghancurkan kekuatan-kekuatan jahat dalam sejarah manusia: imperalisme mongol, kolonialisme, dan komunisme. Kau pun akan menghancurkan kekuatan jahat yang saat ini tengah mengendalikanmu.

No comments: