Monday 15 September 2008

LANGKAH MUNDUR BERKELANJUTAN PAMAN SAM


(Refleksi 7 th Tragedi WTC)

Peristiwa tragedi WTC secara telanjang dipenuhi oleh berbagai rekayasa. Misalnya tidak adanya reruntuhan pesawat di gedung Pentagon yang menurut keterangan pemerintah Amerika dihantam pesawat jet berbadan besar, serta model keruntuhan gedung WTC yang hanya mungkin disebabkan ledakan bom penghancur bangunan tinggi. Fakta misterius lainnya adalah lumpuhnya sistem pertahanan udara Amerika terutama di sekitar kota-kota penting Amerika yang hanya bisa dilakukan oleh otoritas pertahanan tertinggi Amerika sendiri. Hal tersebut masih ditambah dengan fakta bahwa Kongres sebagai lembaga legislatif Amerika tidak pernah membentuk tim penyidik independen sebagaimana dilakukan pada peristiwa-peristiwa besar lainnya, serta dirahasiakannya isi kotak hitam yang merekam data-data penerbangan pesawat-pesawat yang menabrak gedung WTC. Semuanya memperkuat analisis bahwa Amerika merancang tragedi itu untuk melegitimasi kebijakan politiknya: perang melawan terorisme dalam rangka memperkuat hegemoni Amerika di dunia.
Tragedi WTC memberi momentum tak ternilai bagi Amerika untuk “menguasai” dunia. Dengan alasan “perang melawan terorisme” dan “menegakkan demokrasi” Amerika sukses menduduki negara-negara yang dianggap membahayakan kepentingannya seperti Afghanistan dan Irak. Amerika sukses merancang gerakan revolusi di beberapa negara untuk mendudukkan pemerintahan bonekanya: Revolusi Cedar di Lebanon, Revolusi Mawar di Georgia, dan Revolusi Orange di Ukraina (dua revolusi terakhir berhasil menghilangkan pengaruh Rusia di dua negara bekas Uni Sovyet, Georgia dan Ukrainia).
Amerika juga sukses menabuh genderang isu flu burung, SARS, dan kampanye anti barang-barang produk Cina -- bersama Rusia, Cina adalah dua negara besar yang berpotensi menghalangi hegemoni Amerika -- untuk mengurangi kekuatan ekonomi Cina
Amerika berhasil memaksa Presiden Pakistan Pervez Musharraf melakukan kebijakan keras terhadap komponen bangsanya sendiri yang menganut garis politik Islam. Selain itu Amerika berhasil menggiring dunia untuk memusuhi Iran atas hakya mendapatkan teknologi nuklir.
Di Indonesia selain berhasil memaksa pemerintah Megawati dan SBY ikut-ikutan menabuh genderang perang anti terorisme, Amerika berhasil memaksa Indonesia ikut memusuhi Cina melalui kampanye anti produk obat-obatan Cina. Menyadari pemerintah Indonesia sudah dijinakkan bak kerbau dicocok hidungnya, Amerika berani melanggar kedaulatan wilayah Indonesia secara provokatif dan mempermainkan Presiden Yudhoyono saat Presiden Bush membatalkan kunjungan ke Istana Bogor sementara Yudhoyono dengan susah payah dan menahan malu telah menyediakan landasan helikopter berharga mahal di Istana Bogor. Amerika juga sukses memaksakan aspirasinya dalam beberapa produk hukum Indonesia (termasuk UU Migas) hingga memaksakan penahanan Ketua MMI Ustadz Ba’asyir dan Ketua FPI Rizhieq Shihab. Pendek kata, Amerika merajalela di mana-mana.
Namun apalah artinya manusia di banding hukum Tuhan? Meski didukung dengan kekuatan militer yang superkuat, Amerika, pelan namun pasti mengalami langkah mundur dalam konstelasi politik dunia. Satu demi satu regim bonekanya bertumbangan: Regim Blok 14 Februari di Lebanon yang pro-Israel/Amerika, anti Hizbullah dan anti Syria diganti pemerintahan baru yang pro Hizbullah, pro Syria dan anti-Israel/Amerika, Pervez Musharraf tumbang dari jabatan presiden secara memalukan, regim boneka Nur Maliki di Irak berbalik menentang Amerika dan berani memaksa Amerika menjadwalkan penarikan mundur pasukannya.
Musuh-musuh potensialnya Amerika juga bangkit dari kelemahan (Rusia dan Cina yang membangun aliansi anti Amerika berhasil tumbuh menjadi kekuatan militer dan ekonomi yang kuat. Rusia bahkan secara de facto berhasil memukul regim pro Amerika di Georgia), dan di beberapa bagian dunia muncul pemerintah-pemerintah baru yang anti-Amerika: Bolivia, Ekuador, dan Venezuela (Pemerintah Bolivia dan Venezuela minggu ini dengan berani mengusir dubes Amerika karena tuduhan melakukan konspirasi menentang negara).
Amerika rupanya tidak mau belajar dari sejarah bahwa kekuasaan sebesar apapun, yang tidak digunakan untuk kebaikan, akan berakhir dengan tragis. Tragedi badai Katrina telah menjadi peringatan Tuhan. Hutang pemerintah yang semakin besar seiring semakin besarnya defisit belanja pemerintah dan defisit neraca perdagangan serta terus merosotnya nilai dollar juga menjadi peringatan lain. Rakyat Amerika pun mulai terobsesi dengan kehancuran negerinya -- buktinya banyak sekali muncul film-film dan novel-novel fiksi tentang kehancuran Amerika -- . Kita tunggu saja apakah kita akan beruntung bisa menjadi saksi sejarah keruntuhan sebuah imperium besar?

Keterangan foto: Gedung Pentagon yang hancur dalam peristiwa Tragedi WTC. Pemerintah Amerika menyatakan gedung tersebut dihantam oleh pesawat jet berbadan besar yang terlebih dahulu jatuh di halaman gedung, namun tidak ada reruntuhan pesawat yang terlihat. Rumput halaman gedung pun tampak tidak ada kerusakan sama sekali.

No comments: