Monday, 7 March 2011
SANG TERPILIH (26)
BUMN adalah alat yang efektif bagi "organisasi" untuk membangkrutkan Indungsia agar terus tergantung hidup dan matinya pada "organisasi". Tidak mengherankan jika sebagian besar eksekutif BUMN di Indungsia adalah para agen "organisasi", tentunya termasuk Heloh S Namidub, direktur perusahaan listrik nasional, dan direktur perusahaan minyak dan gas negara, Karenina Gustia.
Baru-baru ini dua BUMN transporatasi, perusahaan kereta api dan perusahaan operator penyeberangan antar pulau, secara bersama-sama men-"grounded"-kan sebagian besar armadanya sehingga tranportasi barang jasa dan manusia menjadi lumpuh. Akibatnya negara mengalami kerugian yang tidak terkira. Belum lama sebelumnya BUMN angkutan udara "membangkrutkan diri" karena manajemen yang amburadul dan korup. Ujung-ujungnya pemerintah harus menalangi kebangkrutan itu dengan APBN hasil pinjaman luar negeri. Tapi yang menyakitkan adalah "kebangkrutan yang disengaja" itu dilakukan secara mendadak sehingga ribuan penumpang yang telah membeli tiket mengalami kerugian yang tidak terhitung nilainya.
Penghancuran ekonomi lebih massif dilakukan oleh Heloh S Namidub dengan membeli listrik dari perusahaan swasta milik "organisasi" dengan harga kelewat mahal. Kemudian setelah keuangan perusahaan terancam karenanya, ia meminta pemerintah menalangi. Sebagaimana para eksekutif agen "organisasi" lainnya, ia tidak pernah melakukan upaya efisiensi paling minimal sekalipun, karena dengan efisiensi maka ketergantungan para hutang luar negeri dan "organisasi" akan hilang. Ia tidak pernah berusaha mencari sumber energi alternatif untuk membangkitkan pembangkit-pembangkit listriknya yang boros BBM. Dan tentu saja sebagian besar BBM itu dibeli dari perusahaan-perusahaan minyak asing milik "organisasi".
Akhir-akhir ini Heloh gencar melakukan lobi politik agar subsidi pemerintah kepada perusahaannya ditambah dengan alasan kerugian. Untuk memperkuat "tekanan politik"-nya, Heloh sengaja melakukan pemadaman listrik bergilir di berbagai tempat di Indungsia. Padahal belum lama berselang ia telah bersumpah untuk tidak lagi melakukan pemadaman listrik karena, katanya, kebutuhan listrik telah bisa dipenuhinya.
Sementara itu Karenina berulangkali sengaja menghambat distribusi BBM ke daerah-daerah sehingga terjadi kelangkaan BBM dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Kemudian konspirasi lebih besar terjadi. Pemerintah mengijinkan ekspor 90% produksi minyak mentah Indungsia, dan sebagai imbalannya Indungsia harus mengimpor 600.000 barrel BBM per-hari dengan harga berkali-kali lipat.
Dan meskipun ulah manajemen BUMN tersebut jelas-jelas telah membawa dampak kehancuran yang tidak terkira, para eksekutif BUMN-BUMN tersebut tidak mendapat sangsi apapun dari Subagyo. Heloh dan Karenina bahkan telah digadang-gadang Subagyo untuk menjadi menteri energi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment