India telah menunjukkan diri sebagai negara besar yang harus dihormati bangsa-bangsa lain, termasuk Amerika. Tidak seperti para pemimpin Indonesia, yang berkali-kali negaranya dilecehkan negara lain bahkan oleh negara-negara "cecere" seperti Singapura dan Australia, tapi tetap "bersabar".
"India harus mempertahankan harga dirinya, dan untuk itu saya akan melakukan apapun," kata Menlu India terkait insiden pelecehan oleh aparat keamanan Amerika terhadap diplomat India di New York Amerika, Devyani Khobragade, tgl 12 Desember lalu.
Di antara yang dilakukan India adalah membongkar barikade di sekeliling kantor kedubes Amerika di New Delhi yang selama ini menjadi pelindung terhadap serangan terorisme. Selain itu, pemerintah India juga menarik seluruh tanda pengenal yang diberikan kepada para diplomat Amerika di seluruh wilayah India dan secara efektif menjadikan para diplomat tersebut lebih riskan dari serangan. Tidak hanya itu, India juga akan menghentikan ijin impor barang-barang kebutuhan oleh kedubes Amerika di India.
Tidak hanya pemerintah, selain demonstrasi besar-besaran rakyat India di berbagai kota besar mengutuk Amerika, para politisi oposisi pun menyatakan kemarahannya kepada Amerika. Kandidat perdana menteri dari partai oposisi Narendra Modi mengatakan kepada media massa, Selasa (17/12), bahwa dirinya bersama para tokoh politik lainnya telah menolak kunjungan satu delegasi pejabat Amerika.
Kemarahan India ini berawal dari kasus pelecehan yang dialami Wakil Konjen India di New York, Devyani Khobragade, minggu lalu. Ia ditangkap aparat keamanan dengan tuduhan pelanggaran visa, meski sebagai diplomat ia memiliki hak kekebalan hukum. Di dalam tahanan ia melaporkan kepada teman-temannya tentang perlakuka tidak patut yang diterimanya sebagai diplomat negara sahabat seperti pemborgolan dan pemeriksaan badan disertai pelecehan seksual.
AMERIKA "MENYESAL"
Respons keras yang ditunjukkan India terhadap Amerika memaksa menlu Amerika JOhn Kerry menyatakan "penyesalan" terhadap insiden terhadap diplomat India tersebut.
Dalam keterangan pers yang dikeluarkan kemenlu Amerika, Rabu (18/12), disebutkan bahwa Kerry menyatakan penyesalannya dalam pembicaraan dengan Penasihat Keamanan Nasional India Shivshankar Menon.
Dalam kaidah diplomatik internasional "penyesalan" dianggap lebih rendah tingkatannya dibandingkan "permintaan ma'af", sebagaimana penyesalan PM Australia terhadap kasus penyadapan yang dilakukan di INdonesia. Namun dengan sikap keras yang ditunjukkan India, Amerika mungkin saja akan dipaksa untuk meminta ma'af. Berbeda dengan kasus penghinaan Australia terhadap Indonesia, tidak ada pembongkaran barikade keamanan di kedubes Australia di Indonesia atau penarikan kartu tanda pengenal diplomatik para diplomat Australia.
"Dalam percakapannya dengan Penasihat Keamanan Nasional Menon, Menlu Kerry telah mengungkapkan penyesalannya sebagaimana harapan beliau bahwa isu publik yang tidak menguntungkan ini merugikan hubungan baik dan vital dengan INdia," kata jubir kemenlu Amerika dalam pernyataannya.
Pada hari Rabu (18/12) ribuan demonstran tumpah di jalanan ibukota India New Delhi serta kota-kota lainnya memprotes aksi pelecehan terhadap diplomat India tersebut. Sasaran utama aksi demonstrasi adalah kantor kedubes Amerika di Dehli.
Kini yang menjadi perhatian para analis adalah "motif" di balik kasus pelecehan diplomat India oleh Amerika. Menurut saya (blogger) hal ini merupakan manifestasi dari apa yang disebut pemimpin-pemimpin Iran sebagai "kekuatan arogan" Amerika. Sebagaimana diketahui, baru-baru ini India menunjukkan kegigihannya menolak perjanjian WTO yang diusulkan negara-negara barat yang dianggap mengancam ketahanan pangan India. Kemungkinan Amerika ingin menunjukkan kepada India tentang ketidak-sukaannya pada sikap India tersebut.
REF:
"India orders series of reprisals against US"; Press TV; 17 Desember 2013
"US voices regrets over strip-searching Indian diplomat"; Press TV; 19 Desember 2013
6 comments:
Andai saja pemimpin kita bs seperti pemimpin2 India... sbgai anak bangsa, kita harusnya malu....!!
Ingat kata Bung Karno "BERDIKARI"...!!!
indonesia lemah,kurang stamina dan loyo!
JANGAN MENHARAP TERJADI PERUBAHAN YANG SANGAT MENDASAR TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA . KARENA MEREKA ADALAH BAHAGIAN DARI AGENT PERUBAHAN DARI NASIONALISME MENJADI KAPITALISME/IMPRIALSME NEGARA BARAT.
BANGSA INDONESIA ADALAH BANGSA YANG LUPA AKAN JATI DIRINYA. BANGSA INDONESIA ADALAH BANGSA YANG TIDAK PUNYAI HARGA DIRI DAN HAK TAWAR YANG TINGGI DENGAN BANGSA LAIN. BANGSA INDONESIA TELAH LEPAS DARI AKAR BUDAYANYA DAN MENGADOPSI CARA-CARA KEBUDAYAAN KEBARATAN. PEMIMPIN BANGSA INDONESIA ADALAH PELACUR DARIBANGSA BARAT YANG DIWAKILI OLEH ZIONIS ISRAEL DAN SETAN BESAR AMERIKA SERIKAT.
BANGSA/KEPEMIMPINAN DI INDONESIA TIDAK AKAN BISA BERUBAH APABILA TIDAK ADA NIAT KUAT DARI BANGSA/PEMIMPIN ITU SENDIRI. BEGINILAH KARAKTER BANGSA YANG TELAH LAMA MENGALAMI PENJAJAHAN OLEH BANGSA LAIN (BELANDA DAN JEPANG )SEHINNGA DIA MENGALAMI KEGALAUAN UNTUK MENENTUKAN INDENTITAS DARI KEBANGSAANNYA DAN HARGA DIRI BERBANGSA TERHJADAP BANGSA LAIN .
Selagi Presiden Kita berstatus "Tigor" (Tengok Episode Sinetron Kejar Tayang Suami - Suami Takut Istri) Tidak Akan Pernah Ada Keberanian Untuk Menegakkan Harga Diri dan Kewibawaan Rakyakl dan NKRI Secara Utuh.
Post a Comment