Monday, 23 May 2011
DI AMBANG PERANG DUNIA 3
Masyarakat dunia tidak pernah menyangka bahwa peristiwa pembunuhan seorang pangeran Austria di Sarajevo tahun 1914 akan berujung pada perang maha besar, sedemikian besar sehingga disebut sebagai Perang Dunia I. Demikian juga ketika terjadi ketegangan di perbatasan Polandia-Jerman tahun 1939 yang berujung pada Perang Dunia II.
Masyarakat dunia pun kini tidak menyadari bahwa konflik bersenjata di perbatasan Pakistan-Afghanistan akan menggiring dunia pada perang yang mungkin jauh lebih besar dibanding perang-perang sebelumnya. Padahal sebagaimana Perang Dunia I dan II, momentum ke arah perang besar sudah tampak jelas.
Baru-baru ini pemerintah Cina mengeluarkan ultimatum keras kepada Amerika bahwa setiap serangan terhadap Pakistan akan dianggap sebagai serangan terhadap Cina, dan karena itu perang besar Amerika-Cina tidak akan terhindarkan.
“Any Attack on Pakistan would be construed as an attack on China,” demikian pernyataan jubir kemenlu Cina Jiang Yu dalam konperensi pers yang diadakan di Beijing, 19 Mei lalu. Peringatan semacam ini baru diterima Amerika sejak Uni Sovyet mengancam Amerika dalam Krisis Berlin tahun 1958. Peringatan ini sebenarnya juga telah diberikan delegasi Cina tgl 9 Mei lalu dalam acara pertemuan ekonomi delegasi pejabat tinggi Cina dengan Amerika di Washington. Delegasi Cina dipimpin oleh Wakil PM Wang Qishan.
Peringatan Cina ini tentu bukan gertakan sambal belaka karena Cina didukung oleh kekuatan militer yang cukup untuk menggentarkan Amerika dengan 2 juta tentara reguler dan rudal-rudal nuklirnya, termasuk 66 rudal ICBM (rudal balistik antar benua), plus 118 rudal nuklir jarak menengah, 36 rudal nuklir yang diluncurkan dari kapal selam, dan sejumlah besar senjata konvensional lainnya.
Peringatan Cina tampaknya merupakan puncak dari kejengkelannya atas ulah Amerika yang selalu memojokkannya dengan isu-isu HAM, campur tangan masalah Cina-Thaiwan, dan berusaha menjegalnya menjadi negara ekonomi terbesar di dunia. Terakhir Amerika menggusur investasi besar Cina di Libya lewat aksi militer NATO.
Sementara bagi Pakistan, dukungan Cina merupakan langkah terakhir setelah kedaulatan nasionalnya terus-menerus diobok-obok Amerika dan semakin memuncak paska serangan Amerika atas kediaman Osama bin Laden dengan kekhawatiran bahwa Amerika dan India akan menyerang Pakistan untuk menghancurkan negara Islam terbesar dan satu-satunya yang memiliki senjata nuklir itu.
“Jika Amerika dan India terus memojokkan kami, Pakistan bisa berpaling pada Cina dan berkata: jangan dikira kami sendirian, kami juga punya pendukung superpower di belakang kami," kata Talat Masood, seorang mantan jendral dan analis politik Pakistan kepada kantor berita AFP 15 Mei lalu.
Ultimatum Cina muncul dalam kunjungan PM Pakistan, Gilani, di Beijing, yang mana pemerintah Cina berjanji mengirimkan 50 pesawat tempur canggih JF-17, segera dan gratis. Cina juga bersedia segera membangun pangkalan AL di Pakistan. Sebelum mengakhiri kinjungannya, PM Gilanya menyatakan, "Kami bangga memiliki Cina sebagai teman paling baik dan terpercaya. Dan Cina akan selalu mendapatkan Pakistan untuk mendampinginya sepanjang waktu. Persahabatan ini lebih dalam dari samudra dan lebih tinggi dari puncak Himalaya dan menjadi dasar dari hubungan kedua negara."
Hubungan Pakistan-Amerika adalah laksana bara dalam sekam setelah kampanye perang melawan terorisme Amerika di perbatasan Pakistan-Afghanistan. Hampir setiap hari Amerika melakukan serangan udara di Pakistan membunuhi rakyat sipil Pakistan. Bagi para pemimpin Pakistan, terlebih lagi para tentaranya, semua itu dirasakan bagai cambukan yang setiap saat mereka rasakan di punggung. Namun pemerintah Pakistan tidak berdaya, bahkan meski telah mendapatkan dukungan politik dari parlemen untuk mendesak Amerika menghentikan aksi-aksi militernya. Tidak lain karena di sisi perbatasan yang lain, India mengancam dengan kekuatan militernya yang menakutkan. India juga menjadi ancaman serius, terlebih setelah aksi teror Mumbai yang oleh Amerika dan India dituduhkan sebagai aksi teroris asal Pakistan, meski para analis kritis menemukan kaitan CIA dan Mossad dalam aksi tersebut. Pakistan tidak akan berdaya menghadapi Amerika dan India sekaligus.
Ancaman itu semakin dirasakan kuat oleh Pakistan paska serangan militer Amerika atas sosok yang diklaim Amerika sebagai Osama bin Laden, tgl 1 Mei lalu. Selain menjadi tamparan bagi Pakistan karena Amerika melakukan aksi militer di Pakistan tanpa koordinasi dengan Pakistan, Pakistan juga melihat serangan tersebut akan dijadikan alasan Amerika melakukan aksi militer lebih besar dengan dalih Pakistan tidak mampu mengendalikan terorisme. Tanpa buang waktu, Pakistan melakukan pendekatan ke Cina.
PAKISTAN AKAN GUNAKAN KEKUATAN PENUH UNTUK BELA DIRI
Ultimatum Cina tersebut merupakan serangan puncak balik yang diterima Amerika setelah ancaman PM Gilani yang dikeluarkan di depan parlemen Pakistan tidak lama setelah serangan Amerika tgl 1 Mei lalu: "Kita tidak akan biarkan orang melakukan kesalahan perhitungan. Setiap serangan atas asset-asset strategis Pakistan, secara tersembunyi maupun terang-terangan, akan mendapatkan balasan setimpal. Tidak seorangpun bisa menganggap remeh kekuatan kita untuk mempertahankan tanah air yang suci."
Bahkan bagi Amerika dan regim ZOG (zionist occupied goverment)-nya, peringatan negara nuklir seperti Pakistan tentu adalah sangat serius.
Kekuatan penuh yang dimaksud PM Gilani tentu saja termasuk senjata nuklir Pakistan, senjata pamungkas yang selama ini digunakan sebagai daya tangkal Pakistan atas ancaman musuh bebuyutan sekaligus tetangganya, India.
Aktifitas militer Amerika di Afghanistan dan kini di Pakistan tidak bisa menyembunyikan maksud utama Amerika, yaitu menghancurkan Pakistan sebagai jembatan penghubung poros oposisi global Amerika, Iran-Cina, sekaligus mengambil alih senjata nuklirnya.
Menurut laporan Fox News tahun 2009 silam, "Amerika memiliki rencana detil untuk menginfiltrasi Pakistan dan mengamankan persenjataan nuklirnya jika negera itu terancam jatuh ke dalam kekuasaan Taliban, Al Qaida, atau oragnisasi Islam ekstrim lainnya.” Menurut Fox News rencana ini dikembangkan oleh Jendral Stanley McChrystal saat menjadi komandan Joint Special Operations Command (JSOC) di Fort Bragg, North Carolina. JSOC adalah komando yang terlibat dalam serangan terhadap markas Osama bin Laden tgl 1 Mei lalu, terdiri dari beberapa satuan komando elit Army Delta Force, Navy SEALs dan satuan khusus inteligen teknologi tinggi Task Force Orange.
“Beberapa satuan kecil yang mampu menguasai fasilitas-fasilitas nuklir Pakistan, melumpuhkannya, dan selanjutnya mengirimkannya ke wilayah yang aman," kata sumber Fox News.
Menurut laporan surat kabar Inggris, Sunday Express, Obama telah menyetujui operasi rahasia atas pangkalan-pangkalan nuklir Pakistan dan telah menyiapkan diri untuk melakukan operasi militer yang lebih agresif.
"Pasukan Amerika akan diterjunkan di Pakistan jika fasilitas-fasilitas nuklir negeri itu mendapat ancaman dari teroris sebagai aksi balasan atas kematian Osama bin Laden. Rencana itu akan diaktifkan meski tanpa persetujuan pemerintah Pakistan sehingga mendapat tantangan dari para pejabat Pakistan. Barack Obama akan memerintahkan pasukan untuk diterjunkan untuk melindungi fasilitas-fasilitas nuklir. Aksi ini termasuk akan melibatkan satuan udara Sargodha HQ yang diperkuat dengan skadron F-16 bersenjata nuklir dan setidaknya 80 rudal balistik."
Menurut seorang pejabat keamanan Amerika yang menjadi sumber Sunday Express, “Rencana ini telah mendapat persetujuan presiden Barack Obama dan presiden telah menunjukkan kemauannya untuk menerjunkan pasukan di Pakistan jika dirasakan perlu."
Para analis menyatakan bahwa aksi militer atas "Osama bin Laden" lalu telah menyalakan alarm bahaya di kalangan politisi dan militer Pakistan dan dianggap sebagai sebuah aksi yang telah lama direncanakan untuk menjadi dalih peningkatan operasi militer Amerika di Pakistan. Menurut New York Times, Obama menyadari betul bahwa aksi tersebut kemungkinan akan mendapat perlawanan dari militer dan aparat keamanan Pakistan sehingga memerintahkan digunakan kekuatan penuh agar tidak sampai gagal, meski satu helikopter yang terlibat dalam operasi tersebut tertembak jatuh.
TEMBAKAN SUDAH DIMUNTAHKAN
Bagaimana pun juga tembakan sudah ditembakkan dalam dalam drama perang Amerika-Pakistan, yaitu saat sebuah helikopter Amerika melanggar wilayah Wazirian Pakistan yang memicu kontak senjata dengan pasukan penjaga perbatasan Pakistan tgl 17 Mei lalu. Dalam aksi tersebut 2 orang personil militer Pakistan di area perbatasan Datta Khel terluka.
Tiga hari kemudian, kemungkinan sebuah aksi balasan Pakistan, terjadi serangan bom mobil atas konvoi konsulat Amerika di Peshawar meski tidak menelan jiwa personil Amerika. Dalam aksi lainnya inteligen Pakistan, dengan menggunakan tangan televisi lokal, membongkar jaringan CIA di Islamabad dan memaksa CIA menghentikan operasinya dan mengungsikan personilnya.
AMERIKA BERKUKUH LAKUKAN AKSI MILITER DI PAKISTAN
Pada tgl 19 Mei lalu utusan khusus Amerika di Afghanistan-Pakistan, Marc Grossman, dengan arogan dan mengabaikan suara-suara tuntutan penghentian operasi militer Amerika di Pakistan menolak tuntutan tersebut. Sebaliknya dengan congkak ia mengatakan bahwa para pejabat Pakistan "tidak pernah menghargai perbatasannya sendiri dalam beberapa tahun terakhir".
Untuk menambah ketegangan semakin meningkat, India tengah merencanakan latihan militer yang bisa ditafsirkan sebagai aksi provokasi terhadap Pakistan. Dengan nama sandi operasi “Vijayee Bhava” (Jadilah Pemenang), latihan itu akan digelar di Gurun Thar di sebelah utara Rajastan. Latihan bertema perang biologi-atom-kimia ini melibatkan Korp Lapis Baja II India. Latihan militer ini disebut-sebut ditujukan untuk persiapan menghadapi skenario perang frontal dengan Pakistan dimana diharapkan India bisa memotong Pakistan menjadi dua melalui tiga operasi militer simultan.
OPERASI INTELIGEN AMERIKA-INDIA-ISRAEL
Salah satu pintu masuk penting bagi aksi militer Amerika atas Pakistan adalah aksi terorisme yang dituduhkan dilakukan oleh teroris Taliban, Al Qaida atau organisasi Islam ekstrim lainnya.
Menurut media-media massa Pakistan dinas inteligen Amerika (CIA), India (Research and Analysis Wing) dan Israel (Mossad) telah membentuk organisasi Taliban versi baru. Salah satu laporan media massa Pakistan menyebutkan, "Agen-agen rahasia CIA telah menginfiltrasi Taliban dan jaringan Al-Qaeda dan membentuk organisasi baru Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) dengan misi mengacak-acak Pakistan.”
Mantan komandan dinas inteligen Pakistan, Inter-Service Intelligence (ISI), Brigjen purnawirawan Aslam Ghuman menyatakan kepada media Pakistan, "Selama kunjungan saya ke Amerika, saya melihat adanya aktifitas inteligen Mossad bersama-sama RAW di bawah pengawasan langsung CIA, merencanakan operasi intelegen untuk mendestabilisasi Pakistan dengan ongkos apapun."
Menurut media yang sama, inteligen Rusia telah menginformasikan kepada Pakistan bahwa Raymond Davis, warga Amerika yang beberapa waktu lalu terlibat aksi bersenjata dan dideportasi keluar Pakistan (lihat artikel lain dalam blog ini) adalah agen CIA yang telah menyediakan senjata kimia-biologi hingga nuklir kepada Al Qaida yang akan digunakan untuk menyerang asset-asset Amerika dan Pakistan dituduh sebagai pendukung aksi tersebut.
AMERIKA TETAPKAN SASARAN BERIKUT
Belum lama ini Amerika mensinyalir kalau pemimpi Al Qaida pengganti Osama, Saif al-Adel, bersembunyi di Wazirian, wilayah Pakistan yang dihuni oleh orang-orang yang teguh menjalankan kehidupan agama Islam. Selama ini Wazirian pula yang menjadi target utama serangan-serangan udara Amerika atas Pakistan. Presiden Barack Obama juga telah memberikan ancaman bahwa operasi militer seperti tgl 1 Mei lalu akan dilakukan lagi oleh Amerika.
Di sisi lain panglima militer Pakistan Jendral Kayani mengingatkan bahwa operasi militer seperti tgl 1 Mei tidak boleh diulangi lagi oleh Amerika seraya mengumumkan akan mengurangi jumlah personil Amerika di Pakistan.
Menurut kalkulasi inteligen Pakistan, ISI, jumlah personil CIA di Pakistan mencapai 7,000 personil, sebagian dari mereka tidak diketahui keberadaannya oleh aparat keamanan Pakistan. Sebagai langkah balasan, Amerika mengintensifkan aksi militer dengan menggunakan pesawat tak berawak seraya mendeskreditkan pribadi Jendral Kayani dengan menyebutkan bahwa serangan-serangan tersebut adalah atas permintaan Kayani.
Sejak Obama memegang kekuasaan, Amerika dan CIA-nya telah mengintensifkan operasi pesawat tak berawak, membunuhi rakyat sipil dengan maksud menciptakan kerusuhan sipil antara rakyat dan pemerintah yang berujung pada pecahnya Pakistan dalam beberapa negara kecil berdasarkan etnis di Punjab, Sind, Baluchistan, dan Pushtunistan.
Sejak tgl 1 Mei lalu tercatat 6 serangan pesawat tak berawak Amerika yang menewaskan 42 warga sipil Pakistan. Sebagai balasan, parlemen Pakistan pada tgl 14 Mei lalu menyerukan penghentian operasi militer Amerika dan meminta pemerintah untuk memutuskan jalur suplai NATO antara Pakistan-Afghanistan. Jika ini dilakukan maka tidak bisa dihindari NATO pun akan turut "menyerang" Pakistan.
AMERIKA MANFAATKAN TALIBAN
Pada bulan Februari lalu secara mengejutkan Amerika melakukan pendekatan kepada Taliban, rejim yang diperanginya sejak tahun 2001 dan yang dianggap turut bertanggungjawab dalam aksi teroris WTC 2001. Tidak lain adalah untuk memanfaatkan Taliban dalam petualangan melawan Pakistan.
Langkah ini terjadi setelah pendahulu Grossman, Helbrooke, yang terkenal keras terhadap Taliban meninggal secara mendadak. Tidak mengherankan jika kemudian Grossman dijuluki “Mr.Reconciliation.” Sebaliknya Amerika berusaha keras untuk membunuh pemimpin ekstrim lainnya, Haqqani, yang oleh Pakistan justru dijadikan sekutu.
KETERLIBATAN RUSIA
Jika terlibat dalam konflik di Pakistan, maka kemungkinan besar Rusia pun akan berdiri di samping Cina.
Seperti Cina, Rusia pun terus mengalami provokasi oleh Amerika. Provokasi paling telanjang adalah keterlibatan Amerika dalam agresi Georgia atas Ossetia Selatan, negeri protektorat Rusia, tahun 2008. Dan jika Cina kehilangan Libya, Rusia kini terancam kehilangan sekutu kuatnya di kawasan Laut Tengah, Syria, setelah keterlibatan Amerika dalam aksi-aksi demonstrasi di Syria akhir-akhir ini.
Dan bukan tanpa alasan kuat jika Rusia akan mendukung Cina melawan Amerika. Kedua negara adalah tulangpunggung forum kerjasama Shanghai Cooperation Organization yang beranggotakan negara-negara Asia Tengah. Presiden Cina Hu Jintao menyebut hubungan kedua negara sebagai “obvious strategic ingredient.”
Pemerintah Rusia sendiri telah menunjukkan oposisi yang tegas atas aksi militer NATO di Libya dan campur tangan asing di Syria, membuat Amerika mengekang diri dari aksi yang keras terhadap regim penguasa Syria. Presiden Medvedev minggu ini mengecam kebijakan-kebijakan Barack Obama telah memicu terjadinya Perang Dingin baru, merujuk pada hubungan antara Amerika dan sekutunya dengan Uni Sovyet dan sekutunya antara dekade 1950-an hingga 1980-an.
Seorang politisi terkenal Rusia, Vladimir Zhirinovsky, dalam sebuah acara diskusi di televisi Rusia baru-baru ini menyatakan bahwa Rusia memiliki banyak sumber daya ekonomi, alam dan senjata untuk mengalahkan Amerika. "Dengan Amerika di dalamnya, kita bisa menghancurkan setiap bagian bumi dalam waktu 15 menit," kata Zhirinovsky. Ia merujuk pada senjata rekayasa iklim HAARP yang dimiliki Rusia.
“Tanpa ledakan, tanpa sorotan cahaya, bukan semacam senjata laser, bukan cahaya. Senjata yang tenang dan seluruh benua akan dibuat tertidur selamanya," katanya.
Ref:
"US, Pakistan Near Open War; Chinese Ultimatum Warns Washington Against Attack"; Webster Tarpley; Tarpley.net; 20 Mei 2011
"Secret Weather Weapons Can Kill Millions, Warns Top Russian Politician"; Paul Joseph Watson; thetruthseeker.co.uk; 17 Mei 2011
CATATAN BLOGGER:
Dengan perang melawan Pakistan atau melawan Iran, zionis yahudi akan menciptakan Perang Dunia III. Motif pertama adalah sebagai pengalihan perhatian global atas krisis Palestina dimana Israel telah sampai pada satu titik untuk mengembalikan wilayah pendudukan atau perang. Motif kedua juga pengalihan isu atas sentimen anti-semit yang akhir-akhir ini merebak di seluruh dunia karena kesadaran masyarakat global atas kejahatan yahudi. Motif ketiga adalah mental unik orang-orang yahudi yang melihat dunia terlalu sepi tanpa perang. Dan setelah berbagai peperangan yang terjadi selama ini, kini mereka menunggu terjadinya perang terbesar sepanjang sejarah manusia, perang penghabisan, yaitu perang nuklir.
Jika Amerika menyerang Pakistan dan Cina mewujudkan ancamannya untuk membela Pakistan, mungkin saja perang akan terjadi dalam skala terbatas: Amerika menyerang Pakistan dan India menyerbu Kashmir, sementara Cina hanya mengirimkan persenjataan dan penasihat militer ke Pakistan. Dan setelah beberapa hari, minggu atau bulan, terjadi gencatan senjata dan posisi kembali ke "status quo".
Namun perang bisa juga meluas tak terkendali: Amerika, NATO dan India menginvasi Pakistan. Cina dan Rusia mengirimkan pasukan dan persenjataan ke Pakistan. Cina menginvasi India yang mendapat bantuan Australia dan negara-negara Commenwealt. Israel dengan bantuan NATO dan Amerika menyerang Iran, Lebanon dan Palestina dihadapi Hizbollah, Hamas, Syria dan Lebanon dan Palestina serta Rusia dan kemungkinan bantuan rahasia dari Turki. Amerika menginvasi Iran yang mendapat bantuan Irak dan Rusia. Iran meroket Israel dan mengirimkan persenjataan ke Palestina. Muncul gerakan jihad di negara-negara Arab untuk membebaskan Palestina.
Terjadi perang besar di 3 front: Palestina, Iran dan Pakistan yang selanjutnya merembes ke seluruh dunia. Korut, Cina dan Rusia menyerang Korsel dan Jepang yang didukung Amerika dan negara-negara barat. Medan perang juga mungkin terjadi di Georgia dan kawasan sekitar Laut Mati serta Semenanjung Balkan antara Serbia-Montenegro-Rusia melawan NATO, Amerika, Kosovo, dan Bosnia. Cina menginvasi Thaiwan. Gerakan jihad meluas hingga memaksa negara-negara Islam moderat seperti Indonesia pun mengirimkan sukarelawan ke Palestina, Pakistan maupun Iran.
Bahkan sebelum sampai pada tahap ini mungkin senjata nuklir sudah meletus.
Konstitusi Amerika mewajibkan persetujuan Congress untuk setiap aksi militer atas negara asing. Presiden Obama mengabaikan kewajiban itu saat menyerang Libya. Hal yang sama pun dilakukan di Pakistan, bahkan seandainya terjadi Perang Dunia III sekalipun karena Amerika adalah "zionis occupied goverment".
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Nice Info kk
Thanks
HAARP itu bukannya senjata yang dimiliki militer amerika?saya belum pernah dapat impormasi kalau rusia punya senjata jenis HAARP yang bisa memanipulasi iklim di dunia.mohon referensinya!
Post a Comment