Setelah bulan lalu PM Irak Nuri Nur Maliki menyatakan pemerintahan Syria tidak akan jatuh meski dilanda krisis politik yang telah berlangsung setahun lebih, kini pernyataan serupa datang dari Iran, mengisyaratkan dukungan tak terbatas kedua negara terhadap Syria dari konspirasi zionisme internasional.
Seorang ulama senior Iran Ayatollah Sayyed Ahmad Khatami, hari Kamis (26/4) menyatakan bahwa selama Iran mendukung Syria, pemerintahan negara tersebut tidak akan jatuh meski mendapatkan tekanan keras dari zionisme internasional.
"Selama Republik Islam Iran berada di samping Syria, pemerintahan negeri itu tidak akan jatuh," kata Sayyed Khatami kepada pers. Meski demikian Khatami juga menekankan bahwa dukungan Iran tidak berarti Iran mendukung semua kebijakan pemerintahan Syria.
"Iran sangat serius meminta dilakukannya reformasi di Syria, seperti pemilu parlemen baru-baru ini serta langkah-langkah reformasi lainnya yang telah dilakukan dengan dukungan Iran," tambahnya.
Menurut Khatami alasan dukungan Iran terhadap Syria adalah karena Syria tengah mendapatkan serangan balasan Amerika dan sekutu-sekutunya karena menguatnya gerakan "kesadaran Islam", Revolusi Islam Iran, serta gerakan "perlawanan" Hizbollah di Lebanon yang menjadi batu sandungan gerakan zionisme.
"Imperalisme barat telah mengirimkan senjata kepada gerakan oposisi Syria, suatu tindakan tidak terhormat, dan tentu saja Republik Islam Iran tidak akan membiarkan hal tersebut," tambah Khatami.
RUSIA KECAM OPOSISI KARENA AKSI-AKSI KEKERASAN
Sementara itu terkait terjadinya aksi-aksi terorisme di Syria di tengah-tengah upaya damai yang tengah digelar PBB, Rusia menuduh dan mengecam oposisi Syria sebagai pelakunya.
"Kelompok-kelompok oposisi telah sengaja menggelar aksi-aksi teror skala besar di Syria," kata jubir kemenlu Rusia, Alexander Lukashevich di Moskwa, Kamis (26/4).
Lukashevich juga menuduh terorisme oposisi di Syria juga melibatkan unsur-unsur Al Qaida.
“Ada unsur lain di Syria yang berupaya membunuh sebanyak mungkin rakyat sipil dan menghancurkan sebanyak mungkin, sebagaimana telah terjadi di Irak, Jordan dan tempat-tempat lain dimana Al Qaida dan kelompok-kelompok semacamnya beroperasi," tambah Lukashevich.
Pejabat keamanan Syria hari Kamis (26/4) menyebutkan bahwa sebanyak 16 warga Syria termasuk wanita dan anak-anak tewas dalam serangan bom di Hama, 16 lainnya mengalami luka-luka. Sedangkan kantor berita Syria SANA melaporkan kelompok-kelompok teroris melakukan aksi pembantaian terhadap sebuah keluarga yang terdiri dari 4 orang di distrik Erbin, dekat Damaskus.
Menurut laporan SANA mengutip pejabat kepolisian setempat, teroris berpenutup kepala menembak para korban dari jarak dekat, mem-film-kannya, kemudian mengirimkannya ke media massa luar negeri untuk disiarkan sembari menuduh pelakunya adalah aparat keamanan Syria.
PENYELUNDUPAN SENJATA SEMAKIN GENCAR
Di sisi lain, seiring kerusuhan yang tidak juga mereda di Syria, penyulundupan senjata semakin gencar dilakukan oleh kelompok-kelompok anti pemerintah Syria.
Pada hari Senin (23/4) aparat keamanan Lebanon menggagalkan upaya penyelundupan senjata yang dilakukan tiga orang di perbatasan Lebanon-Syria. Pelaku berkewarganegaraan Lebanon dan Syria. Pada hari yang sama aparat keamanan juga menangkap sekelompok orang yang menyamar sebagai turis yang akan menyelundupkan sejumlah besar senjata di dalam mobil mereka, di Jdeidet Yabous Crossing, perbatasan Lebanon-Syria.
Menurut pejabat keamanan Lebanon, senjata-senjata yang disita termasuk senapan laras panjang, peluncur roket, senjata mesin, pistol, remote detonator, RPG, mortar, amunisi, magazine dan berbagai perlengkapan senjata lainnya. Namun penangkapan lebih besar terjadi hari Jum'at, (27/4) ketika kapal patroli Lebanon menangkap kapal penyelundup senjata yang akan menyeberang ke Syria.
Ref:
almanar.com.lb, 23 April 2012
No comments:
Post a Comment